Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATANKEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN WAHAM

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan jiwa

Disusun Oleh :

YENI SARTIKA

PROGRAM STUDI PROFESI NURSE

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Rentang respon
Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga
perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptive. Perilaku yang
berhubungan dengan respon biologis maladaptif :
1. Delusi
a. waham meruypakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )
b. berwujud sipat kemegahan diri
c. pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan
d. gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil
2. Halusinasi
a. pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang bersangkutan
b. perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik, misalnya
penglihatan, rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan
imajinasi
c. mengalami dunia seperti dalam mimpi
3. Kerusakan proses emosi
a. luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat
b. keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan
c. marah, amuk, depresi, tidak berespon
4. Perilaku yang tidak terorganisir
a. tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang tidak
teratur
b. kehilangan kendali terhadap impuls
5. Isolasi sosial
a. menarik diri secara sosial
b. menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok
B. Jenis-Jenis Waham
1. Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
contoh : kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih
setiap hari , atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat
mengendalikan mahkluk nya
2. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........
saya punya tambang emas !
3. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya.
4. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau
terserang penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di
lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh
nya.
5. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan
Contoh : ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.
Kategori Waham :
a) Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi
walaupun hanya secara teoritis.
b) Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak
mungkin

C. Fase- Fase Tejadinya Waham


Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human needm
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self
ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-
ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi
sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

D. Tanda dan Gejala


1. Data subbyektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan (Keliat, 2009).
2. Data obyektif
a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
c. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

E. Penyebab
1. Factor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir
dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul
nya waham.
c. Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik.
e. Faktor genetik
2. Factor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti
atau di asingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenagkan.

F. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal.
Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.
Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala:
1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
3. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
4. Mata merah, wajah agak merah.
5. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
6. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
7. Merusak dan melempar barang-barang.

G. Psikopatologi
Proses terjadinya waham dapat diuraikan sebagai berikut ;
1. Seseorang merasa terancam oleh orang lain atau oleh dirinya sendiri,
mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan bahwa sesuatu yang
tidak menyenangkan akan terjadi.
2. Seseorang kemudian berusaha terhadap persepsi diri dan obyek realita melalui
manifestasi, lisan terhadap suatu kejadian ayau suatu keadaan.
3. Dilanjutkan dengan memperoykesikan pikiran dan perasaaan lingkungannya,
sehingga pikiran, perasaan, dan keinginan yang negatif, dan tidak dapat diterima
akan terlihat datangnya dari dirinya.
4. Akhirnya orang tersebut berusahan untuk memberikan alasan atau rasional
tentang interpretasi personal ( diri sendiri ) terhadap realita kepada diri sendiri
dan orang lain.

H. Diagnosa keperawatan utama


Perubahan isi pikir : waham

I. Fokus intervensi keperawatan


1. Mandiri
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal.
Perkenalkan diri dengan sopan.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
Jelaskan tujuan pertemuan.
Jujur dan menepati janji.
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
c. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
Utamakan memberi pujian yang realistik.
d. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
e. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
f. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah.
g. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harag diri rendah.
2) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
2. Modalitas
Strategi pelaksanaan
3. Kolaboratif
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di BPK RSJ
Propinsi Bali dan klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Maramis,2005, hal 213-232)
a. Farmakoter
b. Api
1) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada
penderita dengan psikomotorik yang meningkat.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai
diberi dalam dua tahun penyakit.
c. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik
dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
d. Psikoterapi dan Rehabilitasi
e. Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali
ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien
bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari :
1) Therapy aktivitas
a) Therapy music
Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi.
Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.
b) Therapy seni
Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan
seni.
c) Therapy menari
Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Therapy relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok.
Rasional : untuk koping / prilaku mal adaptif / deskriptif,
meningkatkan partisipasi dan kesenanga klien dalam kehidupan.
2) Therapy social
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain
3) Therapy kelompok
Group therapy (therapy kelompok)
a) Therapy group (kelompok terapiutik)
b) Adjunctive group activity therapy (therapy aktivitas kelompok)
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah : waham curiga

Proses Keperawatan :

1. Kondisi Klien

Ds : Klien mengatakan dia tahu bahwa saudaranya ingin mengahancurkan


hidupnya dan ingin menyakiti dirinya.

Do : Klien selalu mengulang-ulang perkataanya. Klien terlihat ketakutan dan


bingung.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham Curiga
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan proses berpikir klien baik
b. Tujuan Khusus

1) Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap


2) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
3) Klien mampu menggunakan obat dengan benar

4. Intervensi
Fokus intervensi keperawatan :
c. Mandiri
d. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
e. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik :
1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
f. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
3) Utamakan memberi pujian yang realistik.
g. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
h. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
i. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
j. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harag diri rendah.
2) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi


kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Orientasi:
Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan nama saya perawat Yeni Sartika, biasa
dipanggil Yeni, saya yang akan praktek di ruangan ini selama 2 minggu ke
depan. Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat
Bapak/ibu pagi ini.
Nama Bapak/ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?
X, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang X rasakan sekarang?
Berapa lama X mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
X mau kita berbincang-bincang di mana?
Kerja:
Saya mengerti X merasa bahwa X adalah seorang., tapi yang X rasakan tidak
dirasakan oleh orang lain
Tampaknya X gelisah sekali, bisa X ceritakan apa yang X rasakan?
Oh... jadi X merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri X sendiri?
Siapa menurut X yang sering mengatur-atur diri X?
Jadi Orang tua yang terlalu mengatur-ngatur X, juga kakak dan adik X yang
lain?
Kalau X sendiri inginnya seperti apa?
O... bagus X sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri
Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut
Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya X ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya
Terminasi :
Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah X mau kita berbincang-bincang lagi
atau sampai disini saja?
Bagaimana perasaan X setelah berbincang-bincang dengan saya?
Apa saja yang sudah kita bicarakan X
Bagaimana kalau saya kembali lagi 2 jam lagi
Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang mengenai hobi X?
Jadi X, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang X rasakan, Xingin
seperti apa dan jadwal yang sudah kita buat
Kalau begitu saya pamit dulu X, Selamat Pagi
SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan
membantu mempraktekkannya
Orientasi :
Selamat Pagi, bagaimana perasaan X saat ini? Bagus!
Apakah X sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran X?
Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi X tersebut?
Berapa lama X mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit
tentang hal tersebut?
Kerja :
Apa saja hobi X? Saya catat ya X, terus apa lagi?
Wah.., rupanya X pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain
volley seperti itu lho X
Bisa X ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada X , dimana?
Bisa X peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?
Wah..baik sekali permainannya
Coba kita buat jadwal untuk kemampuan X ini ya, berapa kali sehari/seminggu
X mau bermain volley?
Apa yang X harapkan dari kemampuan bermain volley ini?
Ada tidak hobi atau kemampuan X yang lain selain bermain volley?
Terminasi :
Oya X, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau mau
dilanjutkan?
Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan X?
Setelah ini coba X lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat ya?
Besok kita ketemu lagi ya ?
Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya
setuju?
Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus X minum, setuju?
Kalai begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi

SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar


Orientasi :
Selamat Pagi X?.
Bagaimana X sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali
Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang X minum?
Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?
Berapa lama X mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
Kerja :
X berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?
X perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang
Obatnya ada tiga macam X, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini
diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut X terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.
Sebelum minum obat ini X mengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama X tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa
saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar
Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya X tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.
Terminasi :
Oya X, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau
lanjut?
Bagaimana perasaan X setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?
Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan X? Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster
Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya X!
Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?
Kalau begitu saya pamit dulu X, Selamat Pagi
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC :


Jakarta
Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi
2.Jakarta: EGC
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
Nurjannah (2005), Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Edisi 2
Moco Media
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Suliswati (2005), Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai