Anda di halaman 1dari 8

TITLE: INDONESIA MENOLAK LUPA H5N1

AUTHOR:
Argia Anjani (1102013041)
Ayuningtyas Tri H. (1102013050)
Bayu Segara Hoki (1102012041)
Betha Nurvia (1102010048)
Dhina Lorenza (1102013082)
Intan Purnama Sari (1102013138)
Khaerunnisa (1102013147)
Lisa Dwiriansyah T. (1102013155)
Anggit Ekawati (1102013030)
Hanny Ardian Cholis (1102012107)

ABSTRACT

Avian influenza A (H5N1) atau Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI), telah
menjadi perhatian dunia dikarenakan peluangnya untuk menjadi penyakit pandemi.
Untuk itu akan dijelaskan ciri-ciri infeksi pada manusia, patogenesis, transmisi dan
tatalaksana dari H5N1

INTRODUCTION
Penyakit flu burung (avian influenza) pertama kali di laporkan pada tahun 1878
sebagai wabah yang menjangkiti ayam dan burung di italia (Perroncito,1878), yang
biasa di sebut "Penyakit Lombardia" mengikuti nama daerah lembah di hulu sungai
Po. Meskipun tahu 1901 mikrorganisme telah berhasil di identifikasi namun pada
tahun 1955 Schafer dapat menunjukkan ciri-ciri dari organisne tersebut sebagai virus
influenza a.

Berbagai variasi mutan dari virus influenza a seperti H5N1,H5N8,H5N2 telah


menyebabkan pandemi sehingga tidak mengherankan jika kewaspadaan global
terhadap wabah flu burung mendapat perhatian khusus.
Dalan tabel terlihat bahwa telah terjadi kecendrungan yang meningkat angka baik
maupun kematian manusia yang terinfeksi virus H5N1.

Di pindai 3 februari 2015 dari CDC (the US Centers for Disease Control and
Prevention) ditemukan kasus H5N1 di Mesir, kasus H7N9 di China dan fluburung di
Israel,Vietnam. Egypt's Ministry of Health and Population melaporkan bahwa ada
tambahan kasus dari H5N1 dalam 2 bulan terakhir. Pasien kasus adalah gadis 13
tahun dari Qena.

OBJECTIVE

Kajian ini merupakan studi literature yang bertujuan untuk menjelaskan dan menelaah
penyakit Avian Influenza A (H5N1) yang telah mewabah selama 18 tahun yang lalu
di Negara Asia termasuk Indonesia. H5N1 yang pertama kali menyerang penduduk
hongkong dan di Indonesia H5N1 mewabah mulai pada tahun 2005.

DISCUSSION

Epid
Saat ini dunia kembali dikagetkan dengan merebaknya avian influenza H5N1 yang
pertama kali menyerang dan menewaskan 6 orang penduduk Hongkong pada tahun
1997 dari 18 orang yang terinfeksi (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001).
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus
kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh
karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Kehebohan itu bertambah
ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal.
Saat ini jumlah kasus flu burung pada manusia di Indonesia terbanyak ke-2 setelah
Vietnam, dengan angka kematian tertinggi di dunia. Dibandingkan negara-negara lain
yang juga tertular avian influenza/H5N1, penyakit flu burung di Indonesia terus
berkembang dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun

Pengertian
Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas.

Etiologi
Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili Orthomyxoviridae.
Virus Influenza A subtipe H5N1 adalah salah satu virus tipe A yang dikenal sebagai
virus influenza unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic Avian Influenza -
HPAI).

Pathogenesis
Penularan melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung (Bridges
CB, et.al. 2003) dan masa inkubasi bisa mencapai antara 4-8 hari (Chotpitayasunondh
T, et.al. 2005).
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi
penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel
hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan
mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya,
Dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat
bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion ini dapat
menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya.

Dari hasil pemeriksaan spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian
influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan di dalam sel
gastrointestinal (de Jong MD, 2005)

Manifestasi Klinis
Gejala awal = demam tinggi (biasanya lebih dari 38C) dan gejala flu
Gejala lain = diare, muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan juga dapat
perdarahan dari hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai terjadi etelah 1 minggu
berikutnya.
Gejala klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai dengan
pneumonia berat
Diagnosis
Pemeriksaan spesimen klinik berupa swab tenggorokan dan cairan nasal.
Uji konfirmasi terhadap infeksi virus H5N1, harus dilakukan pemeriksaan
dengan cara :
1. Mengisolasi virus,
2. Deteksi genom H5N1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
menggunakan sepasang primer spesifik,
3. Tes imunoflouresensi terhadap antigen menggunakan monoklonal antibodi
terhadap H5,
4. Pemeriksaan adanya peningkatan titer antibodi terhadap H5N1,
5. Pemeriksaan dengan metode western blotting terhadap H5-spesifik. (Beigel
JH, et.al. 2005, WHO,2005).

Untuk diagnosis pasti, salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut
diatas harus dinyatakan positif.

Tatalaksana

Pengobatan
Virus ini sudah resisten dengan amantadine dan rimantadine.
Sedangkan pada saat ini diiberikan zanamivir dan oseltamivir,
yang merupakan inhibitor neuraminidase. Neuraminidase ini diperlukan oleh
virus H5N1 untuk lepas dari sel hospes pada fase budding sehingga
membentuk virion yang infektif. Bila neuraminidase ini dihambat oleh
oseltamivir atau zanamivir, maka replikasi virus tersebut dapat dihentikan.
Pencegahan

Vaksin
Saat ini ada 3 jenis vaksin influenza yang beredar, dengan karakteristik berbeda
dalam hal imunogenitas, reaktogenitas dan implikasi kliniknya yaitu
(1) Whole virion vaccine (virus utuh),
(2) Split virus vaccine (vaksin virus split),
(3) Sub unit virus vaccine (vaksin virus sub unit) (Raharjo, 2004)

WHO merekomendasikan diberikan :


Terapi profilaksis dengan 75 mg oseltamivir sekali sehari, selama 7 sampai 10 hari.

WHO (2004) mengeluarkan Penuntun Vaksinasi WHO Guidlines for the use of
seasonal influenza vaccine in human at risk of H5N1 infection pada 30 Januari 2004.
Salah satu vaksin influenza terdiri dari dua tipe virus influenza A dan satu tipe B, dan
harus diproduksi sesuai dengan rekomendasi WHO kepada produsen vaksin tentang
virus influenza sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga
lebih murni, efektif dan memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi.

Departemen Kesehatan RI masih dalam persiapan untuk memproduksi vaksin flu


burung dari strain virus H5N1 asal Indonesia karena hasil pengujian rantai RNA
menunjukkan bahwa virus H5N1 yang menginfeksi warga Indonesia merupakan virus
asli Indonesia.

Terapi supportif di dalam perawatan di rumah sakit sangat penting untuk


dilaksanakan. Sebagian besar penderita memerlukan oksigenasi, dan pemberian cairan
parenteral (infus).
CONCLUSIONS
Avian influenza A (H5N1), atau highly pathogenic avian influenza (HPAI), telah
menyebabkan wabah yang serius di beberapa negara terutama di Asia. Avian
Influenza merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza
yang ditularkan oleh unggas. Cara penularan penyakit ini melalui inhalasi, kontak
langsung, ataupun kontak tidak langsung dari hewan ke manusia. Pengobatan dan
pengembangan obat antiviral sangat diperlukan dan harus lebih potensial, karena
untuk mengantisipasi virus HPAI yang resisten terhadap obat yang ada saat ini.
Koordinasi antar instansi yang terkait dalam penanggulangan wabah virus HPAI
sangat penting, dan kolaborasi dengan berbagai institusi dalam bidang kesehatan
dunia dan negara lain perlu dilakukan dalam rangka menghindari semakin
merebaknya wabah virus HPAI.

REFERENCES
http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_FLU_BURUNG.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25470/4/Chapter%20II.pdf
pixshark.com
http://www.researchgate.net/profile/Maksum_Radji/publication/261914456_REVIEW_A
RTIKEL_AVIAN_INFLUENZA_A_(H5N1)__PATOGENESIS_PENCEGAHAN_DAN
_PENYEBARAN_PADA_MANUSIA/links/0c960535f3e00bedab000000.pdf
http://influenzareport.com/influenzareport_indonesian.pdf

ACKNOWLEDGEMENTS
Gambar 2: Bagan patogenesis dan epidemiologi influensa unggas
LPAIV = Low Pathogenic Avian Influenza Virus (Virus influensa unggas berpatogenisitas
rendah);
HPAIV = High Pathogenic Avian Inluenza Virus (Virus influensa unggas yang sangat
patogen);
HA = protein hemagglutinin
Garis terputus-putus dengan panah menunjukkan penghalang (barrier) spesies

Anda mungkin juga menyukai