Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................................................... 01

BAB II. PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ..................................................................................................................................... 02

BAB III. ASPEK PEMASARAN ............................................................................................................................................................................. 03

BAB IV. ASPEK PRODUKSI ..................................................................................................................................................................................... 01

BAB V. ASPEK KEUANGAN ................................................................................................................................................................................... 02

BAB VI. PENUTUP ...................................................................................................................................................................................................... 03

Page 1
BAB I.
PENDAHULUAN

Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu komoditi yang memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian
Nasional. Terbukti Kontribusi komoditi tersebut terhadap Produk Domistik Bruto (PDB) sektor Tanaman Pangan sudah mencapai
12,96 % pada tahun 2017 yang merupakan sumbangan terbesar sektor pertanian . Angka tersebut terus meningkat meskipun tidak
menunjukkan angka yang menyolok.
Produksi ubikayu di Indonesia pada tahun 2016 rata-rata mencapai 27,7 juta ton/tahun. Peningkatan semakin pesat sejak
tahun 2015 hingga kini. Produksi Ubikayu Indonesia 85% diantaranya masih diserap oleh industri dan konsumsi dalam Negeri
sedang sisanya di Ekspor dalam bentuk gaplek/ chips dan tepung tapioka. Data menunjukkan bahwa prospek dan peluang agribisnis
ubikayu untuk kebutuhan dalam dan luar negeri masih sangat terbuka.
Propinsi Kalimantan Utara berpotensi cukup baik sesuai dengan letak geografis strategis, ketersediaan lahan yang luas, dan
beriklim tropis dengan curah hujan tinggi dalam satu bulan rata-rata 7 hari hujan. Iklim yang demikian ditunjang oleh adanya lahan
subur yang berasal dari banyaknya aliran sungai, menyebabkan sebagian besar dari luas tanahnya baik untuk digunakan pertanian
dan perkebunan, termasuk untuk pengembangan tanaman singkong gajah , khususnya di desa Tanah Kuning dengan areal garapan
mencapai 500 hektar yang dicadangkan untuk kebutuhan bahan baku pabrik sebagai factor pengaman bila terjadi hal-hal yang tidak
terduga sehingga ada keterhambatan suplai dari kebun petani.
Peluang yang sangat baik ini awalnya masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh sebagian besar petani didesa tanah
kuning karena terbatasnya penerapan teknologi serta belum menyadari dan melaksanakan usaha dengan jiwa kewirausahaan
apalagi mengarah kepada proses pengolahan produk menjadi barang setengah jadi guna mendapatkan nilai tambah. Salah satu
Industri pengolahan yang kami anjurkan adalah pabrik pengolahan tepung Tapioka.
Selain memproduksi tepung tapioka unit ini juga menghasilkan limbah hasil pengolahan yang dapat di manfaatkan dan bahkan
tidak ada limbah yang terbuang sia-sia, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani itu sendiri dan lebih efisien bagi
pabrik pengolah karena limbah tidak secara total diproses oleh pabrik, tapi sebagian besar langsung dimanfaatkan oleh petani
sebagai pakan ternak ataupun pupuk tanaman.

Page 2
BAB II.
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. PROFIL USAHA


Ubi kayu atau singkong gajah adalah bahan baku utama dalam idustri tapioka. Saat ini desa Tanah Kuning merupakan salah satu
wilayah penghasil utama singkong gajah. Usaha budidaya singkong gajah dilaksanakan oleh masyarakat setempat yang tergabung
dalam wadah kelompok tani. Meskipun demikian belum ada satu pun perusahaan pengolah tepung tapioka berdiri di desa Tanah
Kuning atau bahkan di daerah lainnya di wilayah provinsi Kalimantan Utara, sehingga dapat di pastikan hasil panen tidak terserap
maksimal. Hal ini lah yang menjadi dasar dari rencana pendirian pabrik pengolahan tepung tapioka skala kecil dengan sistim semi
mekanis didesa Tanah Kuning.

2.2. POLA PEMBIAYAAN


Dalam menjalankan usaha pengolahan tepung tapioka ini BUMDES desa Tanah Kuning menginvestasikan sejumlah dana untuk
mendirikan pabrik pengolahan skala kecil beserta dengan mesin, peralatan produksi beserta biaya operasional produksi yang mana
hal ini telah terlebih dahulu dilakukan kajian kelayakan usaha, sehingga pada tahapan selanjutnya apabila di pandang perlu serta
dalam rangka pengembangan usaha tidak menutup kemungkinan pembiayaan usaha ini akan melibatkan pihak investor atau pun
memanfaatkan jasa perbankkan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pelaku usaha sejenis di wilayah lain di
Indonesia.
Dengan prospek dan peluang usaha yang tinggi, usaha ini dapat diarahkan sebagai bisnis yang mampu meningkatkan
pendapatan dan memberikan nilai tambah. Selanjutnya dalam rangka membangun suatu usaha yang sehat dan berhasil sesuai tujuan,
pihak BUMDES desa Tanah Kuning bekerja bersama individu-individu terbaik yang memahami secara rinci segala aspek teknis dan
menejerial, yang pada pelaksanaannya berfungsi sebagai pengelola usaha. Dalam hal pembagian keuntungan usaha diciptakan juga
pola pembagian hasil yang saling menguntungkan sesuai dengan prinsif-prinsif ekonomi positif.

Page 3
BAB III.
ASPEK PEMASARAN

3.1. PERMINTAAN DAN PENAWARAN


3.1.1. Permintaan
a. Pasar Dalam Negeri
Permintaan tepung tapioka dalam negeri cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah industri makanan yang
menggunakan bahan baku tepung tapioka. Selama ini, sebagian besar hasil produksi tapioka hanya mampu memenuhi
kebutuhan beberapa wilayah di indonesia. Tepung tapioka indonesia sangat berpeluang meraih pasar Asia dan Eropa.
Ketersediaan lahan dan bahan baku menyebabkan produk ini mampu bersaing dalam harga.
b. Pasar Eksport
Ekspor tepung tapioka Indonesia telah menjangkau berbagai negara Asia dan Eropa, dengan ekspor terbesar ke negara
Korea (54%) dan Cina (30%)

3.2. ASPEK PEMASARAN


3.2.1. Harga
Harga tepung tapioka di tentukan oleh kualitas tepung tapioka dan harga bahan baku yang dalah hal ini adalah singkong
gajah. Kualitas yang baik adalah tepung tapioka yang berwarna putih dan empuk. Harga singkong di tingkat petani Rp. 700,- per
kilogram, sementara industri tepung tapioka mampu membeli singkong dengan harga antara Rp. 800,- hingga Rp. 1000,- per
kilogram. Regulasi ini dimaksudkan agar petani sebagai produsen bahan baku dapat membiayai dan tetap melangsungkan
usahanya. Sementara regulasi perdagangan tepung tapioka dimaksud kan agar terjadi kestabilan harga.
Setelah produk maka pengelola usaha harus menentukan harga dari produknya. Harga harus ditetapkan secara cermat,
tepat, dan kompetitif agar BUM Desa sukses dalam memasarkan produk . Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan oleh
konsumen untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanan yang maksimal. Menetapkan harga jual atas
produksi yang dihasilkan oleh BUM Desa merupakan pekerjaan yang tidak boleh diabaikan, karena kesalahan didalam
menetapkan harga jual akan berdampak langsung terhadap keberhasilan usaha BUM Desa.
Menentukan harga jual ke konsumen akan mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang didapat dan seberapa lama
BUM Desa bisa mencapai balik modal (Break Even Point). Namun menetapkan harga jual juga harus hati-hati dan penuh
perhitungan karena akan menentukan laku atau tidaknya sebuah produk. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode khusus
dalam menentukan harga jual.

Page 4
3.2.2. Jalur Pemasaran
Berdasarkan survey yang dilakukan jalur pemasaran tepung tapioka saat ini tidak berbeda dengan produk lain yang di
produksi di pulau jawa kemudian di distribusikan ke daerah. Melihat situasi tersebut, dapat di simpulkan bahwa apabila
tepung tapioka di produksi langsung di kalimantan utara tentu akan lebih ekonomis.
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan produknya sampai ke ta ngan
konsumen pada saat yang diinginkan dan dibutuhkan. Pemilihan saluran distribusi akan berpengaruh pada bia ya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya tersebut adalah biaya distribusi. Biaya distribusi yang semakin besar berakibat harga-harga
menjadi lebih mahal sehingga kurang kompetitif, begitu sebaliknya. Sebelum memilih saluran distribusi yang paling sesuai
untuk BUM Desa maka perlu diketahui terlebih dahulu jenis-jenisnya. Jenis-jenis saluran distribusi adalah sebagai berikut :
a. Saluran distribusi langsung.
Saluran distribusi yang langsung dari produsen kepada konsumen tanpa perantara atau agen.
b. Saluran distribusi semi langsung.
Saluran distribusi yang hanya menggunakan satu perantara, misalnya melalui pengecer dari produsen. Perusahaan hanya
menunjuk satu jenis pengecer saja untuk mendistribusikan produknya ke konsumen.
c. Saluran distribusi tidak langsung.
Saluran distribusi yang menggunakan dua atau lebih banyak perantara se belum produk sampai di tangan konsumen.

3.2.3. Kendala Pemasaran


Salah satu kendala pemasaran tepung tapioka terletak pada minimnya informasi mengenai harga dan jumlah
permintaan pasar, di samping itu mutu bahan baku juga menentukan kualitas tepung tapioka. Untuk mengatasi kendala
tersebut di perlukan pembinaan mulai dari penyediaan bahan baku sampai dengan pemasaran produk jadi. Dalam penyediaan
bahan baku, di perlukan kemitraan antara petani dan pengusaha agar ketersediaan dan kualitas bahan baku tetap terjaga.
Selain itu dalam hal pemasaran produk di perlukan regulasi dan pembinaan akses pasar bagi pengusaha industri tapung
tapioka.

Page 5
BAB IV.
ASPEK PRODUKSI

4.1. LOKASI USAHA


Penentuan atau pemilihan lokasi tempat usaha penting, karena mempengaruhi kedudukan BUM Desa dalam persaingan, dan
kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi tempat usaha juga harus mempertimbangkan kemungkinan perluasan tempat usaha
(ekspansi). Pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan, aspek lingkungan dan pencemaran, faktor biaya produksi serta biaya
distribusi barang yang dihasilkan.

4.2. FASILITAS PRODUKSI DAN PERALATAN


Untuk memproduksi tepung tapioka , dengan kapasitas 2,5 ton per hari di butuhkan fasilitas dan peralatan produksi sebagai
berikut :
4.2.1. Unit Pengelola Air Bersih

Tandon air (profil tank)

Pipa PVC (instalasi air)

Page 6
Filter air pabrikasi

Alat Ukur Kualitas Air ( Digitas TDS Meter)

Alat Ukur PH

Page 7
4.2.2. Mesin dan Peralatan Pabrik
Pisau kupas singkong gajah

Bak pencuci singkong gajah

Alat pemarut singkong gajah


Singkong yang sudah di bersihkan dimasukan kedalam mesin pemarut sedikit demi sedikit secara manual sambil
menggerakan tuas keatas dan kebawah agar singkong gajah masuk secara perlahan. Hasil parutan menghasilkan
bubur pati singkong gajah yang selanjutnya dialirkan ke alat pengayak (sintrik).

Page 8
Alat pengayak (sintrik)
Alat pengayak atau sintrik terdiri dari saringan halus yang di bingkai besi/kayu berukuran 1 m x 4 m. Alat ini
bekerja dengan mengayak hasil parutan singkong, yang bertujuan memisahkan air sari pati singkong gajah dan
serat-serat kasar. Selanjutnya sari pati parutan singkong gajah mengalir kedalam bak pengendap sedangkan sisa
serat kasar akan berkumpul dan terdorong kedalam bak penampung sisa bahan limbah.

Bak Pengendap
Pati hasil saringan bubur singkong selanjutnya dialirkan pada bak pengendap yang ukuran nya disesuaikan dengan
kebutuhan, sisa serat kasar akan berkumpul dan terdorong kedalam bak penampung sisa bahan limbah.

Page 9
Lantai Jemur

Mesin Penepung

Alat Uji Derajat Putih Tepung Tapioka

Page 10
Timbangan Mekanik

Mesin Pengemas Tepung Tapioka

kav. 25 Kg 50 Kg kav. 250 g 500 g

Kontainer Plastik (Baket)

Page 11
Page 12
4.2.3. Kapasitas Produksi Pabrik
Salah satu keputusan penting yang harus dibuat oleh pengelola BUM Desa adalah menentukan tingkat (volume)
produksi. Penentuan volume produksi harus disesuaikan dengan kemampuan produksi dan jumlah permintaan pasar.
Penentuan tingkat produksi memerlukan adanya per kiraan volume produksi yang dapat ditetapkan de ngan metode kuantitatif
dan metode kualitatif. Kesalahan dalam menentukan tingkat produksi akan menyebabkan kerugian.
Baik kerugian karena kelebihan produk maupun kekurangan produk. Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur
kinerja dari manajemen operasi adalah produktivitas. Produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya
diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan

4.2.4. Unit Pengelola Limbah Produksi

4.3. BAHAN BAKU


Bahan baku tepung tapioka adalah singkong gajah yang di panen setelah berumur di atas 7 bulan, sehingga menghasilkan
tepung tapioka yang berkualitas baik.

4.4. BAHAN PENUNJANG

4.5. TENAGA KERJA


Tenaga kerja pada industri ini tidak memerlukan keahlian khusus dan jumlah tenaga kerja di tentukan oleh penerapan
teknologi produksi yang di gunakan serta besaran kapasitas produksi. Dengan kata lain besarnya penyerapan tenaga kerja, di
tentukan oleh volume produksi.

4.6. TEKNOLOGI
Teknologi yang di gunakan dalam proses produksi adalah Teknologi Mekanik Sederhana atau semi modern. Pada teknologi ini
sebagian proses produksi menggunakan mesin penggerak, seperti untuk melakukan proses pemarutan dan penyaringan bubur pati,
sedangkan proses pengeringan di lakukan secara manual atau menggunakan tenaga matahari.

Page 13
4.7. PROSES PRODUKSI
4.7.1. Pengupasan
Proses pengupasan dilakukan secara manual dengan tujuan untuk memisahkan daging singkong gajah dari kulitnya. Bersama
dengan proses pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih singkong yang berkualitas tinggi.
4.7.2. Pencucian
Proses pencucian dilakukan secara manual dengan tujuan memisahkan singkong gajah dari kotoran/tanah pada singkong gajah.
4.7.3. Pemarutan
Proses pemarutan dilakukan dengan menggunakan alat/mesin parut semi mekanis, di gerakan oleh mesin penggerak.
4.7.4. Pemerasan/ekstraksi
Proses pemerasan dilakukan dengan menggunakan saringan goyang yang di sebut juga sintrik. Bubur singkong gajah diletakan
di atas saringan yang di gerakan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, selanjutnya di tambahkan air melalui
pipa-pipa berlubang. Pati yang di hasilkan di tamoung dalam bak pengendapan.
4.7.5. Pengendapan
Pati hasil ekstraksi di endapkan dalam ba pengendapan selama 4 jam. Air di bagian atas endapan di alirkan dan dibuang,
sedangkan endapan di ambil dan di keringkan.
4.7.6. Pengeringan
Sistim pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan cara menjemur tapioka dalam tampan atau tambir yang
diletakan di atas rak-rak kayu selama satu atau dua hari (tergantung cuaca). Tepung tapioka yang dihasil kan sebaiknnya
mengandung kadar air 15-19 %

4.8. JUMLAH, JENIS DAN MUTU PRODUKSI


Untuk menghasilkan tepung tapioka yang berkualitas, di butuhkan singkong gajah yang memiliki kadar tepung tinggi atau
berumur di atas 7 bulan.

4.9. PRODUKSI OPTIMUM


Produksi optimun tepung tapioka di tentukan oleh kualitas bahan baku. Dengan kualitas bahan baku yang baik, satu ton
singkong gajah dapat menghasilkan maksimal 400 Kg tepung tapioka dan 160 Kg onggok

4.10. KENDALA PRODUKSI


Kendala produksi paling utama dalam proses pengolahan singkong gajah menjadi tepung tapioka adalah ketidaktersediaan nya
bahan baku. Ketersediaan bahan baku sangat penting karena apabila terjadi kelangkaan, maka produksi akan macet. Untuk itu,
kemitraan dengan petani sebagai pemasok bahan baku sangat di perlukan. Disamping untuk menjamin ketersediaan bahan baku, juga
untuk menjamin kualitas bahan baku tersebut.

Page 14
BAB V.
ASPEK KEUANGAN

Analisis aspek keuangan di perlukan untuk membantu pihak BUMDES selaku lembaga yang mengeluarkan modal usaha untuk
mengetahui kelayakan usaha ini dari sisi keuangan, juga segala informasi tentang kemampuan pelaksana usaha pabrik pengolahan
tapioka ini dalam hal mengembalikan pembiayaan yang di keluarkan (dana investasi ). Selain daripada itu, analisis keuangan ini dapat
pula dimanfaatkan oleh pelaksana usaha dalam hal membuat perencanaan dan pengelolaan usaha sehingga di peroleh keuntungan
sesuai yang diharapkan.

5.1. FLEKSIBILITAS PEMBIAYAAN


Untuk menghitung tingkat keuntungan (laba) yang di harapkan dalam usaha ini, digunakan sistim margin atau bagi hasil.
Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang di harapkan. Margin atau bagi hasil di
perhitungkan setelah pendapatan di kurangi seluruh biaya (keuntungan bersih).

5.2. PEMILIHAN POLA USAHA DA PEMBIAYAAN


5.2.1. Pemilihan Usaha
Usaha pabrik pengolahan tepung tapioka ini harus memperhatikan ketersediaan bahan baku, musim dan modal. Untuk
usaha yang menggunakan mesin pengering, faktor alam seperti sinar matahari tidak menjadi kendala yang berarti, namun
untuk teknologi semi modern hal ini sangat berpengaruh. Usaha pengolahan tepung tapioka di provinsi kalimantan utara ini
masih sangat terbuka peluangnya, mengingat masih luasnya lahan budidaya singkong gajah sebagai bahan baku utama.
Disamping itu usaha ini juga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

5.2.2. Pola Usaha Dan Pembiayaan


Pola usaha yang di pilih adalah pabrik pengolahan tepung tapioka. Kegiatan ini memiliki prospek usaha yang sangat baik
mengingat komoditas yang dihasilkan dapat menjadi pengganti dari sumber bahan pakan utama yakni beras. Apabila dilihat
dari trend permintaan dari komoditas dewasa ini, maka terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Tentu hal ini merupakan
peluang yang harus diambil.
Agar menjadi suatu kegiatan usaha yang utuh, maka pola usaha ini harus merupakan kegiatan yang terintegrasi antara
perusahaan pengelola tepung tapioka dengan petani singkong gajah sebagai penyedia bahan baku utama melalui pola
kemitraan. Perhitungan analisis keuangan ini di dasarkan pada kelayakan usaha baru. Kebutuhan pembiayaan yang di perlukan
meliputi biaya investasi dan modal kerja (operasional) yang di penuhi dengan pembiayaan yang bersumber dari Badan Usaha
Milik Desa (BUMDES) desa Tanah Kuning. Adapun pembiayaan yang diberikan meliputi biaya investasi untuk pembangunan
pabrik skala kecil, segala peralatan produksi dan biaya operasional produksi. Selanjutnya jangka waktu pembiayaan investasi
dan pembiayaan operasional produksi adalah 1 (satu) periode proyek (1 tahun).

Page 15
5.3. ASUMSI

TABEL ASUMSI

No Asumsi Satuan Jumlah/Nilai


1 Periode proyek Tahun 1
2 Luas tanah Hektar 0,5
3 Hari kerja per bulan Hari 25
- Bulan kerja per tahun Bulan 12
- Hari kerja tenaga borongan Hari 300
4 Produksi dan Harga
- Kapasitas produksi per hari Ton 2,8
- Kapasitas produksi per bulan Ton 70
- Kapasitas produksi per tahun Ton 1750
- Harga Tepung Tapioka per ton Rp 4.300.000,-
- Produksi onggok per bulan Ton 40
- Harga onggok Rp/Ton 1.400.000
5 Rendemen per ton bahan baku
- Tepung tapioka % 28 %
- Onggok % 16%
6 Penggunaan tenaga kerja
- Tenaga manajerial Orang 4
- Tenaga kerja tetap Orang 8
- Tenaga kerja borongan Orang 10
7 Upah tenaga kerja per hari
- Tenaga manajerial Rp/Orang
- Tenaga kerja tetap Rp/Orang 100.000
- Tenaga kerja borongan Rp/Orang 100.000
8 Bahan baku per bulan Ton 250
9 Harga bahan baku Rp/Ton 8.000.000,-
10 Margin pembiayaan % 8,0 %
11 Jangka waktu pembiayaan Tahun 1

Page 16
5.4. KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL
5.4.1. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) untuk melakukan pengolahan tepung tapioka. Biaya investasi pabrik
pengolahan tepung tapioka meliputi perizinan, sewa tanah, bangunan, mesin dan peralatan. Kebutuhan pembiayaan tahun ke-0
sebesar Rp. 248.000.000,-.

TABEL KOMPONEN BIAYA INVESTASI

No Jenis Biaya Nilai (Rp) Persentase


1. Perijinan usaha 32.000.000,- 0%
2. Sewa tanah 1.000.000,- 0%
3. Bangunan pabrik 65.000.000,- 15%
4. Mesin/peralatan penunjang 150.000.000,- 0.17%
JUMLAH 248.000.000,-

Page 17
5.4.2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya tidak tetap (variabel cosat)yang besarannya tergantung pada jumlah produk.
Komponen biaya operasional meliputi pembelian bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Dalam usaha pabrik
pengolahan tepung tapioka ini modal kerja yang di butuhkan di asumsikan selama 1 (satu) tahun.

TABEL KOMPONEN BIAYA OPERASIONAL

HARGA SATUAN NILAI/HARI NILAI/BULAN NILAI/TAHUN


NO INPUT SATUAN JUMLAH
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Bahan Baku
* Singkong Gajah Kg 10,000.00 800.00 8,000,000.00 200,000,000.00 2,400,000,000.00
Sub Jumlah 1 8,000,000.00 200,000,000.00 2,400,000,000.00
2 Sumber Daya Manusia
*Direktur Perusahaan OB 1.00 3,000,000.00 120,000.00 3,000,000.00 36,000,000.00
*Kepala Divisi Produksi OB 1.00 2,500,000.00 100,000.00 2,500,000.00 30,000,000.00
*Kepala Divisi Perkebunan OB 1.00 2,500,000.00 100,000.00 2,500,000.00 30,000,000.00
*Kepala Divisi Pemasaran OB 1.00 2,500,000.00 100,000.00 2,500,000.00 30,000,000.00
*Tenaga Kerja Tetap OB 8.00 2,250,000.00 720,000.00 18,000,000.00 216,000,000.00
*Tenaga Kerja Borong
(org/kg) Kg 10,000.00 150.00 1,500,000.00 37,500,000.00 450,000,000.00
Sub Jumlah 2 2,640,000.00 66,000,000.00 792,000,000.00
3 Overhead
*Bahan Bakar Minyak (solar) Ltr 75.00 10,000.00 750,000.00 18,750,000.00 225,000,000.00
*Pemeliharaan/Penyusutan Ls 1.00 25,500,000.00 85,000.00 2,125,000.00 25,500,000.00

*Transportasi Ls 1.00 4,000,000.00 160,000.00 4,000,000.00 48,000,000.00


Sub Jumlah 3 995,000.00 24,875,000.00 298,500,000.00

JUMLAH TOTAL ( 1 + 2 + 3 ) 11,635,000.00 290,875,000.00 3,490,500,000.00

Page 18
5.5. KEBUTUHAN DANA UNTUK INVESTASI DAN MODAL KERJA (operasional)
Kebutuhan dana untuk usaha pabrik pengolahan tepung tapioka sebagaimana yang di jelaskan sebelumnya, meliputi ; biaya
investasi sebesar Rp. 248.000.000,- dan biaya operasional kerja per bulan sebesar Rp. 303.000.000,- atau Rp. 3.884.000.000,- per
tahun modal kerja tersebut bersumber dari BUMDES.

TABEL KEBUTUHAN BIAYA (MODAL)

No Uraian Jumlah (Rp)


1. Total Biaya Investasi 248.000.000,-
2. Total Biaya Operasional 303.000.000,-
Jumlah 551.000 000,-

5.6. PROYEKSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN

TABEL PROYEKSI PENDAPATAN

No Keterangan Satuan Jumlah Harga/Satuan Pendapatan/Bulan Pendapatan/Tahun (Rp)


(Rp) (Rp)
1. Tapioka Ton 70 4.300.000,- 301.000.000,- 3.612.000.000,-
2. Onggok Ton 40 1.600.000,- 56.000.000,- 672.000.000,-
Jumlah 4.284.000.000,-

Page 19
5.7. PROYEKSI BREAK EVEN POINT (BEP)

Page 20
BAB VI.
PENUTUP

Page 21

Anda mungkin juga menyukai