AJUAN
AJUAN
Page 1
BAB I.
PENDAHULUAN
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu komoditi yang memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian
Nasional. Terbukti Kontribusi komoditi tersebut terhadap Produk Domistik Bruto (PDB) sektor Tanaman Pangan sudah mencapai
12,96 % pada tahun 2017 yang merupakan sumbangan terbesar sektor pertanian . Angka tersebut terus meningkat meskipun tidak
menunjukkan angka yang menyolok.
Produksi ubikayu di Indonesia pada tahun 2016 rata-rata mencapai 27,7 juta ton/tahun. Peningkatan semakin pesat sejak
tahun 2015 hingga kini. Produksi Ubikayu Indonesia 85% diantaranya masih diserap oleh industri dan konsumsi dalam Negeri
sedang sisanya di Ekspor dalam bentuk gaplek/ chips dan tepung tapioka. Data menunjukkan bahwa prospek dan peluang agribisnis
ubikayu untuk kebutuhan dalam dan luar negeri masih sangat terbuka.
Propinsi Kalimantan Utara berpotensi cukup baik sesuai dengan letak geografis strategis, ketersediaan lahan yang luas, dan
beriklim tropis dengan curah hujan tinggi dalam satu bulan rata-rata 7 hari hujan. Iklim yang demikian ditunjang oleh adanya lahan
subur yang berasal dari banyaknya aliran sungai, menyebabkan sebagian besar dari luas tanahnya baik untuk digunakan pertanian
dan perkebunan, termasuk untuk pengembangan tanaman singkong gajah , khususnya di desa Tanah Kuning dengan areal garapan
mencapai 500 hektar yang dicadangkan untuk kebutuhan bahan baku pabrik sebagai factor pengaman bila terjadi hal-hal yang tidak
terduga sehingga ada keterhambatan suplai dari kebun petani.
Peluang yang sangat baik ini awalnya masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh sebagian besar petani didesa tanah
kuning karena terbatasnya penerapan teknologi serta belum menyadari dan melaksanakan usaha dengan jiwa kewirausahaan
apalagi mengarah kepada proses pengolahan produk menjadi barang setengah jadi guna mendapatkan nilai tambah. Salah satu
Industri pengolahan yang kami anjurkan adalah pabrik pengolahan tepung Tapioka.
Selain memproduksi tepung tapioka unit ini juga menghasilkan limbah hasil pengolahan yang dapat di manfaatkan dan bahkan
tidak ada limbah yang terbuang sia-sia, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani itu sendiri dan lebih efisien bagi
pabrik pengolah karena limbah tidak secara total diproses oleh pabrik, tapi sebagian besar langsung dimanfaatkan oleh petani
sebagai pakan ternak ataupun pupuk tanaman.
Page 2
BAB II.
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Page 3
BAB III.
ASPEK PEMASARAN
Page 4
3.2.2. Jalur Pemasaran
Berdasarkan survey yang dilakukan jalur pemasaran tepung tapioka saat ini tidak berbeda dengan produk lain yang di
produksi di pulau jawa kemudian di distribusikan ke daerah. Melihat situasi tersebut, dapat di simpulkan bahwa apabila
tepung tapioka di produksi langsung di kalimantan utara tentu akan lebih ekonomis.
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan produknya sampai ke ta ngan
konsumen pada saat yang diinginkan dan dibutuhkan. Pemilihan saluran distribusi akan berpengaruh pada bia ya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya tersebut adalah biaya distribusi. Biaya distribusi yang semakin besar berakibat harga-harga
menjadi lebih mahal sehingga kurang kompetitif, begitu sebaliknya. Sebelum memilih saluran distribusi yang paling sesuai
untuk BUM Desa maka perlu diketahui terlebih dahulu jenis-jenisnya. Jenis-jenis saluran distribusi adalah sebagai berikut :
a. Saluran distribusi langsung.
Saluran distribusi yang langsung dari produsen kepada konsumen tanpa perantara atau agen.
b. Saluran distribusi semi langsung.
Saluran distribusi yang hanya menggunakan satu perantara, misalnya melalui pengecer dari produsen. Perusahaan hanya
menunjuk satu jenis pengecer saja untuk mendistribusikan produknya ke konsumen.
c. Saluran distribusi tidak langsung.
Saluran distribusi yang menggunakan dua atau lebih banyak perantara se belum produk sampai di tangan konsumen.
Page 5
BAB IV.
ASPEK PRODUKSI
Page 6
Filter air pabrikasi
Alat Ukur PH
Page 7
4.2.2. Mesin dan Peralatan Pabrik
Pisau kupas singkong gajah
Page 8
Alat pengayak (sintrik)
Alat pengayak atau sintrik terdiri dari saringan halus yang di bingkai besi/kayu berukuran 1 m x 4 m. Alat ini
bekerja dengan mengayak hasil parutan singkong, yang bertujuan memisahkan air sari pati singkong gajah dan
serat-serat kasar. Selanjutnya sari pati parutan singkong gajah mengalir kedalam bak pengendap sedangkan sisa
serat kasar akan berkumpul dan terdorong kedalam bak penampung sisa bahan limbah.
Bak Pengendap
Pati hasil saringan bubur singkong selanjutnya dialirkan pada bak pengendap yang ukuran nya disesuaikan dengan
kebutuhan, sisa serat kasar akan berkumpul dan terdorong kedalam bak penampung sisa bahan limbah.
Page 9
Lantai Jemur
Mesin Penepung
Page 10
Timbangan Mekanik
Page 11
Page 12
4.2.3. Kapasitas Produksi Pabrik
Salah satu keputusan penting yang harus dibuat oleh pengelola BUM Desa adalah menentukan tingkat (volume)
produksi. Penentuan volume produksi harus disesuaikan dengan kemampuan produksi dan jumlah permintaan pasar.
Penentuan tingkat produksi memerlukan adanya per kiraan volume produksi yang dapat ditetapkan de ngan metode kuantitatif
dan metode kualitatif. Kesalahan dalam menentukan tingkat produksi akan menyebabkan kerugian.
Baik kerugian karena kelebihan produk maupun kekurangan produk. Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur
kinerja dari manajemen operasi adalah produktivitas. Produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya
diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan
4.6. TEKNOLOGI
Teknologi yang di gunakan dalam proses produksi adalah Teknologi Mekanik Sederhana atau semi modern. Pada teknologi ini
sebagian proses produksi menggunakan mesin penggerak, seperti untuk melakukan proses pemarutan dan penyaringan bubur pati,
sedangkan proses pengeringan di lakukan secara manual atau menggunakan tenaga matahari.
Page 13
4.7. PROSES PRODUKSI
4.7.1. Pengupasan
Proses pengupasan dilakukan secara manual dengan tujuan untuk memisahkan daging singkong gajah dari kulitnya. Bersama
dengan proses pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih singkong yang berkualitas tinggi.
4.7.2. Pencucian
Proses pencucian dilakukan secara manual dengan tujuan memisahkan singkong gajah dari kotoran/tanah pada singkong gajah.
4.7.3. Pemarutan
Proses pemarutan dilakukan dengan menggunakan alat/mesin parut semi mekanis, di gerakan oleh mesin penggerak.
4.7.4. Pemerasan/ekstraksi
Proses pemerasan dilakukan dengan menggunakan saringan goyang yang di sebut juga sintrik. Bubur singkong gajah diletakan
di atas saringan yang di gerakan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, selanjutnya di tambahkan air melalui
pipa-pipa berlubang. Pati yang di hasilkan di tamoung dalam bak pengendapan.
4.7.5. Pengendapan
Pati hasil ekstraksi di endapkan dalam ba pengendapan selama 4 jam. Air di bagian atas endapan di alirkan dan dibuang,
sedangkan endapan di ambil dan di keringkan.
4.7.6. Pengeringan
Sistim pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan cara menjemur tapioka dalam tampan atau tambir yang
diletakan di atas rak-rak kayu selama satu atau dua hari (tergantung cuaca). Tepung tapioka yang dihasil kan sebaiknnya
mengandung kadar air 15-19 %
Page 14
BAB V.
ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan di perlukan untuk membantu pihak BUMDES selaku lembaga yang mengeluarkan modal usaha untuk
mengetahui kelayakan usaha ini dari sisi keuangan, juga segala informasi tentang kemampuan pelaksana usaha pabrik pengolahan
tapioka ini dalam hal mengembalikan pembiayaan yang di keluarkan (dana investasi ). Selain daripada itu, analisis keuangan ini dapat
pula dimanfaatkan oleh pelaksana usaha dalam hal membuat perencanaan dan pengelolaan usaha sehingga di peroleh keuntungan
sesuai yang diharapkan.
Page 15
5.3. ASUMSI
TABEL ASUMSI
Page 16
5.4. KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL
5.4.1. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) untuk melakukan pengolahan tepung tapioka. Biaya investasi pabrik
pengolahan tepung tapioka meliputi perizinan, sewa tanah, bangunan, mesin dan peralatan. Kebutuhan pembiayaan tahun ke-0
sebesar Rp. 248.000.000,-.
Page 17
5.4.2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya tidak tetap (variabel cosat)yang besarannya tergantung pada jumlah produk.
Komponen biaya operasional meliputi pembelian bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Dalam usaha pabrik
pengolahan tepung tapioka ini modal kerja yang di butuhkan di asumsikan selama 1 (satu) tahun.
1 Bahan Baku
* Singkong Gajah Kg 10,000.00 800.00 8,000,000.00 200,000,000.00 2,400,000,000.00
Sub Jumlah 1 8,000,000.00 200,000,000.00 2,400,000,000.00
2 Sumber Daya Manusia
*Direktur Perusahaan OB 1.00 3,000,000.00 120,000.00 3,000,000.00 36,000,000.00
*Kepala Divisi Produksi OB 1.00 2,500,000.00 100,000.00 2,500,000.00 30,000,000.00
*Kepala Divisi Perkebunan OB 1.00 2,500,000.00 100,000.00 2,500,000.00 30,000,000.00
*Kepala Divisi Pemasaran OB 1.00 2,500,000.00 100,000.00 2,500,000.00 30,000,000.00
*Tenaga Kerja Tetap OB 8.00 2,250,000.00 720,000.00 18,000,000.00 216,000,000.00
*Tenaga Kerja Borong
(org/kg) Kg 10,000.00 150.00 1,500,000.00 37,500,000.00 450,000,000.00
Sub Jumlah 2 2,640,000.00 66,000,000.00 792,000,000.00
3 Overhead
*Bahan Bakar Minyak (solar) Ltr 75.00 10,000.00 750,000.00 18,750,000.00 225,000,000.00
*Pemeliharaan/Penyusutan Ls 1.00 25,500,000.00 85,000.00 2,125,000.00 25,500,000.00
Page 18
5.5. KEBUTUHAN DANA UNTUK INVESTASI DAN MODAL KERJA (operasional)
Kebutuhan dana untuk usaha pabrik pengolahan tepung tapioka sebagaimana yang di jelaskan sebelumnya, meliputi ; biaya
investasi sebesar Rp. 248.000.000,- dan biaya operasional kerja per bulan sebesar Rp. 303.000.000,- atau Rp. 3.884.000.000,- per
tahun modal kerja tersebut bersumber dari BUMDES.
Page 19
5.7. PROYEKSI BREAK EVEN POINT (BEP)
Page 20
BAB VI.
PENUTUP
Page 21