TUGAS
Januari 2012
Oleh :
ZAINAL ABIDIN (C11104183)
Pembimbing :
Dr. SRI ASRIYANI, Sp.Rad
Penelitian adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara
ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah disini diartikan kebenaran pengetahuan yang
didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh dari penyelidikan secara berhati-hati dan
bersifat objektif. Dengan perkataan lain, kebenaran pengetahuan tersebut diperoleh bukan
dari ide pribadi atau duga-dugaan, tetapi berdasarkan fakta empiris. Oleh sebab itu, kegiatan
penelitian ilmiah memerlukan dan menempuh tahap-tahap yang sistematis, dalam arti
menurut aturan tertentu, dan logis dalam arti sesuai dengan penalaran. Metode penelitian
adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan
suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah.
A. PENELITIAN SURVEI
Dalam survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau
populasi, tetapi hanya mengambi sebagian dari populasi tersebut (sampel). Sampel
adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian
survei, hasil dari penelitian tersebut merupakan hasil dari penelitian keseluruhan.
Penelitian survei, digolongkan menjadi 2 yaitu penelitian survei yang bersifat deskriptif
dan analitik.
3. Penelitian Cohort
Penelitian cohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu
penelitian survei (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan
antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan
dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif
timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian cohort antara lain sebagai berikut :
o Identifikasi faktor-faktor rasio dan efek
o Menetapkan subyek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
o Pemilihan subyek dengan faktor risiko positive dari subjek dengan efek
negative
o Memilih subyek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
o Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan
o Mengidentifikasi timbul atau tidaknya efek pada kedua kelompok
o Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat
efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada
kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol
Guna:
o Mengetahui hubungan antara faktor risiko dengan timbulnya efek
o Mengetahui insidens
Beberapa keunggulan penelitian kohort
o Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek
dan kelompok kontrol) sejak awal penelitian
o Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari suatu waktu
ke waktu yang lain
o Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor risiko maupun efek dari
waktu ke waktu
Keterbatasan penelitian cohort :
o Memerlukan waktu yang cukup lama
o Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
o Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan
mengganggu analisis hasil
o Karena faktor risiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya
efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
B. PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri
khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains,
penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel
dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu
dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling
sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi
pengaruhnya terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan
salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-
penelitian lain.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu
situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai
variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Arikunto (2006)
mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
B.3. Validitas
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh
variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada
situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus
diterima yakni faktor internal dan eksternal.
1. Validitas Internal
Validitas ini mengacu pada kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada
variabel bebas adalah suatu hasil langsung dari variabel beas yang
dimanipulasi dan bukan dari variabel lain. Campbel dan Stanley (dalam
Gay:1981) sebagaimana dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi delapan
ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:
Historis, dimana munculnya suatu kejadian yang bukan bagian dari
perlakuan dalam eksperimen yang dilakukan, tetapi mempengaruhi model,
karakter, dan penampilan variabel bebas.
Maturasi, dimana terjadi perubahan fisik atau mental peneliti atau obyek
yang diteliti yang mungkin muncul selama suatu periode tertentu yang
mempengaruhi proses pengukuran dalam penelitian.
Testing, dimana sering terjadi ketidak efektifan suatu penelitian yang
menggunakan metode test karena suatu kegiatan test yang dilakukan dengan
menggunakan pra test dan post test, apalagi dengan rentang waktu yang
cukup panjang, dan terkadang nilai pra test dan post test yang sama.
Instrumentasi, instrumentasi sering muncul karena kurang konsistensinya
instrumen pengukuran yang mungkin menghasilkan penilaian performansi
yang tidak valid. Dimana jika dua test berbeda digunakan untuk pratest dan
postest, dan test-test tersebut tidak sama tingkat kesulitannya, maka
instrumentasi dapat muncul.
Regresi Statistik, dimana regresi statistik ini sering muncul bila subyek
dipilih berdasarkan skor ekstrem dan mengacu pada kecenderungan
subyektif yang memiliki skor yang paling tinggi pada pratest ke skor yang
lebih rendah pada postes, begitupun sebaliknya.
Seleksi subyek yang berbeda, dimana biasanya muncul bila kelompok yang
ada digunakan dan mengacu pada fakta bahwa kelompok tersebut mungkin
berbeda sebelum kegiatan penelitian dimulai.
Mortalitas, dimana sering terjadi bahwa subyek yang terkadang drop out
dari lingkup penelitian dan memiliki karakteristik kuat yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Interaksi seleksi Maturasi, dimana satu kelompok akan termaturasi dengan
hasil kelompok lain tanpa melalui perlakuan.
2. Validitas Eksternal
Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian.
Dimana dibutuhkan kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa
digeneralisasikan ke populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009)
mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons
subjek berbeda pada setiap perlakuan karena mengikuti prates.
Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak
dipilih secara acak sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan
dengan ketidakvalidan internal.
Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak
mengindahkan generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.
Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan
cara bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang
dilibatkan.
Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang
sama menerima lebih dari satu perlakuan dalam pergantian.
Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban
subjek dan peneliti mempengaruhi hasil penelitian.
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti
membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan
dilakukan. Emzir (2009) mengklasifikasikan desain eksperimental dalam dua kategori
yakni:
1. Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang dimanipulasi)
yang terdiri atas;
A. Pra-Experimental Designs (non-designs)
Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel
luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi
hasil eksperimen yang merupakan variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak
adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Bentuk pra-
experimental designs antara lain:
1. One-Shot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment
(perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai
variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam
eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.
2. One Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain a tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan.
3. Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
2. Desain Faktorial, yang melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-
kurangnya satu yang dimanipulasi).
Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental
dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual
dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel
eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol
atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari
variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang
tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
3. Lingkungan (Environment)
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari 2 bagian,internal dan
eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis dan
seimbang yang disebut dengan homeostatis, sedangkan lingkungan hidup eksternal
merupakan lingkungan diluar tubuh manusia yang terjadi atas 3 komponen antara lain :
a. Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen, vektor pembawa infeksi,
berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik
sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai
reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia), fauna sekitar manusia
yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang
penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik
sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan)
maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
b. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.
Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi : udara keadaan
cuaca, geografis, dan golongan air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai
bentuk pemencaran pada air, dan unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan
air, radiasi dan lain sebagainya. Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara
alamiah tetapi banyak pula yang timbul akibat manusia sendiri.
c. Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi. Serta
instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat
tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi : sistem hukum, administrasi dan lingkungan
sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku, bentuk organisasi masyarakat yang
berlaku setempat sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat kepadatan penduduk meliputi kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan
demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong
mata rantai pada berbagai titik.
Interaksi yang seimbang diantara ketiga faktor ini menjadikan tidak munculnya
sebuah penyakit.
b. Interaksi agens penyakit dan lingkungan
Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit langsung dipengaruhi
oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu serta terjadi pada saat
prepatogenesis dari suatu penyakit. Hal ini bisa disebabkan tingkat virulensi agen
yang tinggi dibandingkan ketahanan host dalam melawan agen. Atau bahkan dalam
sebuah lingkungan tersebut memiliki jumlah agen yang lebih banyak sehingga akan
lebih mudah menyerang host.
c. Interaksi manusia dan lingkungan
Interaksi ini merupakan suatu suatu keadaan saat manusia langsung di pengaruhi
oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Terjadi
interaksi antara manusia dan lingkungan yang menyebabkan daya tahan tubuh host
menurun.
Daftar Pustaka