http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio
ABSTRAK
Tanaman jabon (Anthocephalus cadamba Miq. ex Roxb.) merupakan salah satu jenis tanaman lokal Indonesia
yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam perbaikan hutan di samping itu tujuan lainnya adalah, seperti
penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang. Produksi dan produktivitas tanaman jabon relatif rendah dikarenakan
sulit untuk mendapatkan bibit karena teknik budidaya yang dilakukan masih tradisional. Salah satu cara
perbanyakan yang sanggup memenuhi kebutuhan permintaan bibit dalam jumlah besar dan seragam
pertumbuhannya ialah dengan sistem kultur jaringan. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui kombinasi
konsentrasi 2,4-D dan kinetin yang paling optimal menghasilkan tunas eksplan pucuk jabon. Data dianalisis dengan
menggunakan anava satu arah untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan, jika terdapat perbedaan yang
nyata maka dilanjutkan dengan uji Jarak Ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa perlakuan MS+1.10-1
mg/L 2,4 D+3.10-1 mg/L kinetin mampu menginduksi tunas dalam waktu 2 hari dan rerata tinggi tunas yang
optimal sebesar 1,28 cm
ABSTRACT
Jabon (Anthocephalus cadamba Miq. Ex Roxb.) is one of Indonesia local plants that could potentially be developed for
the improvement of the forest is in addition to the other purposes, such as reforestation, reclamation of mined lands. Production
and productivity is relatively low due Jabon hard to get the seeds for cultivation techniques are traditionally performed. One way
of propagation that can meet the demand of large amounts of seed and uniform growth is a tissue culture system. The purpose of
this study is to determine the combination of 2,4-D concentration and the optimal kinetin produced shoots shoots jabon explants.
Data were analyzed using one-way Anova to determine the effect of a given treatment, if there is a noticeable difference then will
proceed to test Dual Duncan distance. The results showed that the treatment was able to induce MS+1.10-1 mg/L 2,4 D+3.10-1
mg/L kinetin shoots in 2 days the best optimal shoots high by 1.28 cm.
generatif dengan menggunakan biji, tetapi metode kelompok yaitu auksin, giberelin, etilen, sitokinin
ini membutuhkan waktu yang lama. Untuk itu, dan asam absisat (ABA) (Wattimena, 1992).
salah satu cara perbanyakan yang sanggup Auksin adalah senyawa yang berpengaruh
memenuhi kebutuhan permintaan bibit dalam terhadap perkembangan sel, menaikkan tekanan
jumlah besar dan seragam pertumbuhannya ialah osmotik, meningkatkan sintesis protein,
dengan sistem kultur jaringan. meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara melenturkan atau melunakkan dinding sel yang
perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur diikuti menurunnya tekanan dinding sel sehingga
jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman air dapat masuk ke dalam sel yang disertai
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti dengan kenaikan volume sel (Hendaryono, 1994).
daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian- Dalam penelitian ini auksin yang digunakan
bagian tersebut dalam media buatan secara adalah 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D), 2,4-D
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur memiliki rumus molekul C8H6Cl2O3 (Hogan,
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus 2011). 2,4-D merupakan golongan auksin sintesis
cahaya sehingga bagian tanaman dapat yang mempunyai sifat stabil, karena tidak mudah
beregenerasi menjadi tanaman lengkap. terurai oleh enzim-enzim yang dikeluarkan sel
Aplikasi kultur jaringan pada awalnya ialah atau pemanasan pada proses sterilisasi
untuk propagasi tanaman. Penggunaan kultur (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Sitokinin ialah
jaringan lebih berkembang lagi, yaitu untuk senyawa yang dapat meningkatkan pembelahan
menghasilkan tanaman yang bebas penyakit, sel pada jaringan tanaman serta mengatur
koleksi plasma nutfah, memperbaiki sifat genetika pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sama
tanaman, produksi dan ekstraksi zat-zat kimia halnya dengan kinetin (6-furfurylaminopurine).
yang bermanfaat dari selsel yang dikulturkan Sitokinin berperan merangsang pertumbuhan sel
(George dan Sherrington, 1984). dalam jaringan yang disebut eksplan dan
Eksplan adalah bagian kecil jaringan atau merangsang pertumbuhan tunas daun
organ yang dikeluarkan atau dipisahkan dari (Wetherell,1982).
tanaman induk kemudian dikulturkan. Berhasil Di ujung batang terdapat meristem apikal
tidaknya pengkulturan eksplan tergantung pada bersama dengan daun-daun muda yang berada
faktor yang dimiliki oleh eksplan itu sendiri. didekatnya membentuk pucuk batang. Pucuk
Faktor-faktor itu meliputi ukuran, umur fisiologi, batang merupakan daerah titik tumbuh, dimana
sumber dan genotip eksplan (Hughes dalam pada daerah tersebut terjadi proses pembelahan
Katuuk, 1989). sel yang menambah jumlah sel sehingga
Bagian tanaman jabon yang akan dijadikan menyebabkan batang tumbuh lebih tinggi.
sebagai sumber eksplan ialah bagian pucuk dari Setelah eksplan dikulturkan, kemungkinan
tanaman jabon, karena keberadaan pucuk dapat terjadi adanya respon pertumbuhan dan
tanaman jabon lebih melimpah dan juga tidak organogenesis. Respon organogenesis eksplan
merusak tanaman karena pucuk yang diambil secara in vitro terjadi dengan dua cara yang
dari tanaman jabon dapat tumbuh kembali. Pucuk berbeda yaitu secara langsung dan tidak
tanaman jabon merupakan bagian tanaman yang langsung. Organogenesis eksplan secara langsung
bersifat meristematik karena sel-selnya masih ditunjukkan dengan munculnya organ secara
aktif membelah dan mempunyai daya regenerasi langsung dari potongan tanaman utuh tanpa
yang tinggi. melalui terbentuknya kalus. Bentukan-bentukan
Keberhasilan teknik kultur jaringan sangat ini muncul secara teratur bisa berupa tunas dan
ditentukan pada pemilihan media yang tepat akar dalam kultur jaringan proses morfogenesis
(mengandung unsur hara makro dan mikro, atau organogenesis tergantung pada tiga hal,
vitamin, asam amino, sukrosa dan zat pengatur yaitu inokulasi, media, dan lingkungan.
tumbuh), kondisi yang aseptik, dan faktor Pembentukan tunas dan akar umunya bergantung
lingkungan. Zat pengatur tumbuh merupakan pada rasio sitokinin atau auksin pada nutrisi
salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan media (Skoog dan Miller dalam Anggraeni, 2008).
pertumbuhan tanaman yang dikulturkan. Zat Berdasarkan penjelasan di atas, maka
pengatur tumbuh tanaman dapat dibedakan dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh zat
menjadi zat pengatur tumbuh endogen dan pengatur tumbuh 2,4-d (2,4-dichlorophenoxyacetic
eksogen. Zat pengatur tumbuh endogen disebut acid) dan kinetin (6-furfurylaminopurine) untuk
fitohormon, sedangkan zat pengatur tumbuh pertumbuhan tunas eksplan pucuk tanaman jabon
eksogen disebut zat pengatur tumbuh sintetik. Zat (anthocephalus cadamba miq. ex roxb.) secara in
pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari 5 vitro.
Kartikasari dkk.: Pengaruh zat pengatur tumbuh 77
terbentuk tunas dalam 4 hari. Perlakuan D Pengukuran tinggi tunas dari pangkal tunas
(MS+3.10-1 mg/L 2,4-D+1.10-1 mg/L kinetin) setelah 60 hari inokulasi yang diukur dengan
terbentuk tunas dalam 6 hari, dan perlakuan E menggunakan penggaris melalui luar botol. Hasil
(MS+4.10-1 mg/L 2,4-D+0.10-1 mg/L kinetin) pengukuran tinggi tunas dapat dilihat pada Tabel
terbentuk tunas dalam 9 hari. Perlakuan kontrol 2.
rerata pembentukan tunas dalam 11 hari. Induksi
tercepat pada perlakuan ini terjadi pada hari Tabel 2. Rerata Tinggi Tunas Pucuk Tanaman Jabon (A.
kedua yaitu pada perlakuan B (MS+1.10-1 mg/L cadamba) pada Berbagai Kombinasi Konsentrasi 2,4-D
2,4-D+3.10-1 mg/L kinetin) setelah inokulasi. dan Kinetin beserta notasi hasil Uji Jarak Ganda
Duncan Secara In-vitro
Tabel 1. Waktu Induksi Tunas (hari) Eksplan Pucuk
Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Miq. ex Roxb.) Perlakuan Rerata tinggi tunas perlakuan (cm)
pada Berbagai Kombinasi Konsentrasi 2,4-D dan Kontrol 0,06 a
Kinetin Secara In-vitro. A 0,58 bc
Perlakuan Rerata waktu induksi (hari) B 1,28 d
Kontrol 11 hari C 0,64 c
A 4 hari D 0,36 abc
B 2 hari E 0,14 ab
C 4 hari
D 6 hari
E 9 hari
Tinggi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4.883 5 .977 9.141 .000
Within Groups 2.564 24 .107
Total 7.447 29
pada perlakuan merupakan bukti, bahwa sel-sel dalam jaringan yang dibuat eksplan dan
mampu merespon zat pengatur tumbuh 2,4-D dan merangsang pertumbuhan tunas daun.
kinetin yang diberikan secara kombinasi. Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil tinggi
Perbedaan waktu induksi tunas dapat terjadi tunas yang diukur pada masing-masing
dikarenakan adanya perbedaan kombinasi zat perlakuan. Rerata tinggi tunas yang terbesar
pengatur tumbuh yang diberikan. Hariyanti et al. terdapat pada perlakuan B (MS+1.10-1 mg/L 2,4
(2004) menyebutkan bahwa penambahan sitokinin D+3.10-1 mg/L kinetin), diikuti oleh tinggi tunas
dalam konsentrasi yang tinggi memberikan pada perlakuan C (MS+2.10-1 mg/L 2,4 D+ 2.10-1
pengaruh yang baik terhadap pembentukan tunas mg/L kinetin), A (MS+ 0.10-1 mg/L 2,4 D+4.10-1
dan menghasilkan jumlah tunas terbanyak. Pada mg/L kinetin), D (MS+3.10-1 mg/L 2,4 D+1.10-1
perlakuan kontrol induksi tunas terjadi lebih lama mg/L kinetin), E (MS+4.10-1 mg/L 2,4 D +0.10-1
dibandingkan dengan perlakuan A (MS+ 0.10-1 mg/L kinetin) dan kontrol. berdasarkan uji
mg/L 2,4-D+4.10-1 mg/L kinetin), B (MS+1.10-1 parametrik satu arah (Tabel 3) didapatkan bahwa
mg/L 2,4-D+3.10-1 mg/L kinetin), C (MS+2.10-1 terdapat perbedaan yang nyata, dengan F hitung =
mg/L 2,4-D+ 2.10-1 mg/L kinetin), D (MS+3.10-1 9,141 dan nilai signifikasi = 0 < =0,05 diantara
mg/L 2,4-D+1.10-1 mg/L kinetin) dan E (MS+4.10- perlakuan terhadap tinggi tunas jabon.
1 mg/L 2,4-D +0.10-1 mg/L kinetin), hal ini Hasil pengujian Jarak Ganda Duncan
dikarenakan pada perlakuan kontrol media MS diperoleh bahwa perlakuan B (MS+1.10-1 mg/L
tidak terdapat penambahan zat pengatur tumbuh 2,4 D+3.10-1 mg/L kinetin) berbeda nyata dengan
2,4-D dan kinetin, sehingga eksplan hanya A (MS+ 0.10-1 mg/L 2,4 D+4.10-1 mg/L kinetin), C
menggunakan hormon endogen yang dikandung (MS+2.10-1 mg/L 2,4 D+ 2.10-1 mg/L kinetin), D
eksplan atau tumbuhan itu sendiri. Pada (MS+3.10-1 mg/L 2,4 D+1.10-1 mg/L kinetin), E
perlakuan B (MS+1.10-1 mg/L 2,4-D+3.10-1 mg/L (MS+4.10-1 mg/L 2,4 D +0.10-1 mg/L kinetin) dan
kinetin) konsentrasi 2,4-D yang lebih rendah kontrol. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat
dibandingkan dengan konsentrasi kinetin pengaruh dari penambahan zat pengatur tumbuh
mendorong terjadinya induksi tunas secara dengan konsentrasi 2,4-D yang lebih rendah
optimal, hal ini sesuai dengan Wattimena et al. dibandingkan dengan konsentrasi kinetin yang
(1992) menyatakan proliferasi tunas aksilar hanya lebih tinggi. Kandungan sitokinin dalam sel yang
memerlukan sitokinin dalam konsentrasi yang lebih tinggi daripada auksin akan memacu sel
tinggi tanpa auksin atau auksin dalam konsentrasi untuk membelah secara cepat dan berkembang
rendah sekali. Eksplan pucuk jabon merespon menjadi tunas. Wetherell (1982), menyebutkan
kombinasi tersebut dengan membentuk tunas bahwa sitokinin mempunyai dua peranan penting
dengan kecepatan tumbuh yang paling cepat (2 untuk propagasi secara in-vitro yaitu merupakan
hari setelah inokulasi). perangsang pembelahan sel dalam jaringan dan
Secara morfologi, tunas dapat diamati pada merangsang pertumbuhan tunas daun.
tinggi. Berdasarkan Tabel 2, diperoleh data rerata Perbandingan antara auksin dan sitokinin yang
tinggi tunas dari masing-masing perlakuan. tepat akan meningkatkan pembelahan sel dan
Tinggi tunas diamati dengan tujuan mengetahui diferensiasi sel.
perkembangan massa sel (tunas) hingga akhir Respons yang berbeda tersebut dipengaruhi
penelitian. Respon organogenesis eksplan secara oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh yang
in vitro terjadi dengan dua cara yang berbeda diberikan. Perbedaan ini diduga tidak hanya
yaitu secara langsung dan tidak langsung. dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh yang
Organogenesis eksplan secara langsung diberikan pada media kultur saja, melainkan juga
ditunjukkan dengan munculnya organ secara dipengaruhi oleh kadar hormon endogen pada
langsung dari potongan tumbuhan utuh tanpa eksplan. Kadar hormon endogen yang berbeda
melalui terbentuknya kalus (George, 1993). Tunas pada setiap eksplan akan memengaruhi respons
merupakan ranting muda yang baru tumbuh atau suatu eksplan terhadap pemberian zat pengatur
calon tanaman baru yang tumbuh dari bagian tumbuh, meskipun eksplan tersebut ditanam
tanaman (Rahardja dan Wiryanta, 2003). Sitokinin dalam media kultur yang sama. Abidin (1990)
diyakini memegang peranan utama dalam menyatakan zat pengatur tumbuh pada
mengatur perkembangan tunas (Goldsworthy dan konsentrasi tertentu mampu menghambat kerja
Fisher, 1996). Wetherell (1982), juga hormon endogen dan dapat mengganggu
menyebutkan bahwa sitokinin mempunyai dua pertumbuhan dan perkembangan sel.
peranan penting untuk propagasi secara in- vitro Berdasarkan pengamatan selama 60 hari
yaitu merupakan perangsang pembelahan sel penelitian didapatkan semua perlakuan
kombinasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan kinetin
80 LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:7580