A. Identitas pasien
Nama : Tn. Rahman
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pugung Lol - Blok A No. 167 Sleman
B. Anamnesis
Autoanamnesis : 16 April 2012
Keluhan utama : Bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar
(juling) dan penglihatan menjadi kabur dan
tidak fokus sejak 1 tahun terakhir.
Keluhan tambahan : Sering pusing bila lama membaca dan
menonton televisi, melihat benda seperti
double.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan bola mata kiri terlihat bergulir ke arah luar
sejak kurang lebih 10 tahun (usia 20 tahun). Pasien mulai menyadari kedua
matanya tidak simetris dari pengakuan teman-temannya. Keluhan ini tidak dialami
pasien sejak ia kecil, pasien mengatakan kedua bola matanya masih simetris saat
ia kecil dan menjelang remaja, menjelang dewasa ia baru menyadari bahwa kedua
matanya tidak simetris. Karena merasa tidak ada keluhan pada mata kirinya pasien
membiarkannya saja dan tidak pernah mencoba berobat dan mengobati mata
kirinya. Namun kurang lebih 3 tahun pasien mulai merasakan keluhan pada mata
kirinya, mula-mula ia mengatakan mata kirinya bila digunakan untuk melihan
menjadi kurang fokus, benda yang dilihat seperti menjadi double dan mata kiri
menjadi sedikit kabur bila digunakan untuk menonton atau membaca lama.
1 tahun terakhir pasien mengatakan keluhan pada mata kirinya menjadi
semakin memberat, mata kiri semakin tidak fokus untuk melihat, benda yang
dilihat menjadi double dan menjadi semakin kabur sehingga sangat menggangu
Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 1
pasien dalam melakukan aktifitas kesehariannya, pasien juga mengeluh menjadi
sering pusing setelah lama membaca atau menonton televisi. Keluhan ini hanya
dialami mata kiri saja, mata kanan tidak ada keluhan. Keluhan tidak disertai
dengan mata merah, nyeri, mengganjal dan berair. Pasien menyangkal keluhan
yang dialami terjadi didahului oleh penyakit mata lainnya. Pasien juga
mengatakan mata tidak pernah terbentur atau terpukul. Karena keluhan dirasakan
semakin memberat akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Mata
RS Mata dr. YAP, Yogyakarta.
C. Pemeriksaan fisik
1. Status generalis
Kondisi umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 C
Pernafasan : 20 x/menit
Kepala : Normocephal
THT : Tidak diperiksa
Leher : Tidak diperiksa
Jantung/paru : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
2. Status ofthalmologikus
Keterangan OD OS
Visus
Super silia
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
Palpebra superior
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropin Tidak ada Tidak ada
Blefaropasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fisura palpebra 12 mm 12 mm
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Palpebra inferior
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropin Tidak ada Tidak ada
Blefaropasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Sistem lakrimalis
Punctum lakrimalis Terbuka Terbuka
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Skelra
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus seniles Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Iris
Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
Pupil
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Keterangan OD OS
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Di tengah Di tengah
Shadow test Negatif Negatif
Badan kaca
Kejernihan Jernih Jernih
Fundus okuli
- Papil
Palpasi
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Massa tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi okuli 20 16
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Keterangan OD OS
Kampus visi
Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
D. Resume
Pasien laki-laki usia 32 tahun, datang dengan keluhan bola mata kiri
terlihat bergulir ke arah luar sejak kurang lebih 10 tahun. Awalnya tidak ada
keluhan, teteapi 3 tahun terakhir pasien mulai merasakan keluhan pada mata
kirinya, mula-mula ia mengatakan mata kirinya bila digunakan untuk melihan
menjadi kurang fokus, benda yang dilihat seperti menjadi double dan mata kiri
menjadi sedikit kabur bila digunakan untuk menonton atau membaca lama.
Keluhan semakin memberat dalam 1 tahun terakhir. Keluhan tidak ada saat pasien
anak-anak sampai remaja, mulai muncul saat dewasa.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tajam penglihatan okuli dekstra 6/6, dan
okuli sinistra 6/36 f (S + 1,37 C 1,5 aksis 176). Pergerakan bola mata, terdapat
keterlambatan gerak ke arah temporal, atas dan bawah pada okuli sinistra. Tes
Hirschberg, okular sinistra 40 eksotropia. Uji tutup buka mata bergantian :
eksotropia. Uji tutup mata eksotropia pada okuli sinistra.
E. Diagnosa kerja
F. Diagnosa banding
Tidak ada
G. Anjuran pemeriksaan
Maddox test.
Uji krimsky.
Uji prisma vertikal
H. Penatalaksanaan
OS Rencana Operasi : Resesi RL 10, Reseksi RM +/- 8 (GA)
Cek Laboratorium pre OP
Pre OP : LFX 4 x ODS
Tobroson 4 x ODS
Injeksi Adona 1 ampul
Konsul dokter retina
TINJAUAN PUSTAKA
STRABISMUS
A. Definisi
B. Etiologi
Strabismus disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara otot-otot mata. Hal ini
dapat terjadi berkaitan dengan:
Masalah, ketidakseimbangan, atau trauma pada otot-otot penggerak mata
Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
Kelainan saraf
Gambar 1. Esotropia
(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)
Ilmu Penyakit Mata/Strabismus Page 8
Nonparetik
a) Nonakomodatif
Infantilis
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya tidak jelas. Deviasi
konvergen telah bermanifestasi pada usia 6 bulan. Deviasinya
bersifat comitant yaitu sudut deviasi kira-kira sama dalam
semua arah pandangan dan biasanya tidak dipengaruhi oleh
akomodasi. Dengan demikian, penyebab tidak berkaitan dengan
kesalahan refraksi atau bergantung pada parese otot
ekstraokular.
Didapat
Jenis esotropia ini timbul pada anak, biasanya setelah usia 2
tahun.
b) Akomodatif
Esotropia ekomodatif terjadi apabila terjadi mekanisme akomodasi
fisiologis normal disertai respon konvergensi berlebihan tetapi
divergensi fusional yang relatif insufisien untuk menahan mata
tetap lurus.
c) Akomodatif parsial
Dapat terjadi mekanisme campuran yakni sebagian
ketidakseimbangan otot dan sebagian ketidakseimbangan
akomodasi.
Paretik (incomitant)
Pada strabismus incomitant selalu terdapat satu atau lebih otot
ekstraokular yang paretik. Paresis biasanya mengenai satu atau kedua
otot rektus lateralis, biasanya akibat kelumpuhan saraf abdusen.
2). Eksotropia
Eksotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek
yang menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju ke
arah lain yaitu ke arah luar (eksodeviasi). Anak-anak tertentu
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya eksotropia.
Adapun yang mempunyai resiko tersebut diantaranya anak yang
mengalami gangguan perkembangan saraf, prematur atau berat lahir
rendah dan anak dengan riwayat keluarga juling serta adanya anomaly
ocular atau sistemik.
Etiologi :
1. Herediter : autosomal dominan
2. Didapat : kelainan refraksi, kekeruhan pada media mata,
abnormalitas retina, kelainan saraf (nervus 3, 4, 6)
Gambar 3. Hipertropia
(Diunduh dari http://images.emedicinehealth.com)
b. Heteroforia
Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai
kecenderungan untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi oleh
usaha otot untuk mempertahankan penglihatan binokular. Contoh:
eksoforia dan esoforia. Penyebab heteroforia dibagi menjadi penyebab
refraktif dan nonrefraktif. Penyebab refraktif, misalnya pada hipermetropia
dan miopia. Sedangkan penyebab non refraktif, foria tampak pada keadaan
neurastenia, anemia, penderita debil, infeksi lokal.
Temuan klinis
D. Pemeriksaan
1. Anamnesa
Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat, perlu
ditanyakan usia pasien saat ini dan usia pada saat onset strabismus, jenis
onsetnya, jenis deviasi, fiksasi dan yang tidak kalah penting yakni adanya
riwayat strabismus dalam keluarga.
2. Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen.
3. Penentuan kelainan refraksi
E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan
(misal: ambliopia), memperbaiki kedudukan bola mata, dan mendapatkan
penglihatan binokuler yang dapat dicapai dengan terapi medis atau bedah.
1. Terapi medis
Terapi oklusi
Merupakan terapi ambliopia yang utama. Mata yang baik ditutup untuk
merangsang mata yang mengalami ambliopia.
2. Terapi bedah
Prinsip operasi adalah melakukan reseksi pada otot yang terlalu lemah atau
melakukan resesi otot yang terlalu kuat.