Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

Gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan utama di banyak negara

di dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang di Asia, Afrika,

Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Gizi buruk merupakan status kondisi

seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk

banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita). Usia balita merupakan

periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu,

kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang

rawan terhadap kekurangan gizi.1

Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia

sebab penderita gizi buruk umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain

adalah generasi penerus bangsa. Kasus gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah

dan masyarakat karena terjadi di tengah pesatnya kemajuan zaman. Dengan alasan

tersebut, masalah ini selalu menjadi program penanganan khusus oleh

pemerintah.2

Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum

menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

kurang vitamin A, anemia defisiensi besi, gangguan akibat kurang Yodium dan

gizi lebih (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di seluruh tanah air.

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut

saling berkaitan. Secara langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu anak

kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama dan anak
menderita penyakit infeksi. Anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat

dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan

akibat penyakit infeksi. Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk

yaitu tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh kurang

memadai, dan sanitasi / kesehatan lingkungan kurang baik, serta akses pelayanan

kesehatan terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga.3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 status gizi

balita menurut indikator BB/U, prevalensi berat-kurang adalah 19,6%, terdiri dari

5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka

prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) da tahun 2010 (17,9%) terlihat

meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu 5,4% tahun

2007, 4,9% tahun 2010 dan 5,7% pada tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi

kurang naik sebesar 0,9% dari 2007 dan 2013. Untuk mencapai sasaran MDG

tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus

diturunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015.4(riskesdas 2013

bappenas 2012).

Data pencatatan jumlah kasus masalah gizi di Puskesmas Jambo Aye pada

tahun 2016, ditemukan ada 11 kasus gizi kurang dan 5 kasus gizi buruk.

Keseluruhan kasus gizi buruk baru terdata pada bulan april 2016. Berbeda halnya

dengan tahun sebelumnya (2015), tidak ada ditemukan masalah gizi di Puskesmas

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai