Anda di halaman 1dari 17

1.

1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi,

karena dengan adanya laporan keuangan pihak-pihak yang berkepentingan dapat

menilai dan mengukur kinerja organisasi tersebut.

Laporan keuangan disajikan dengan memiliki tujuan yaitu memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam

pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil

peranggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011 : 1.5-1.6) Oleh karena itu,

organisasi yang menerbitkan laporan keuangan harus dapat memberikan

informasi secara relevan, akurat, dan terbebas dari kesalahan atau kecurangan

agar tidak salah dalam pengambilan keputusan. Namun, sampai saat ini masih

banyak organisasi yang belum menyadari betapa pentingnya laporan keuangan

yang bersih dan terbebas dari kecurangan. Untuk mendeteksi apakah laporan

keuangan bersih dan terbebas dari kecurangan, maka dari itu pihak organisasi

menunjuk pihak eksternal yang independen yaitu auditor untuk memastikan

laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material baik disebabkan

karena kecurangan ataupun kekeliruan dan juga bertanggung jawab memberikan

keyakinan bagi pihak yang berkepentingan bahwa laporan keuangan tersebut

sudah disusun sesuai dengan peraturan yang berlaku secara umum.


Dalam melakukan pekerjaannya seorang auditor dituntut untuk bertindak

secara profesional, memiliki pengalaman yang baik, sikap yang independen dan

skeptisme terhadap informasi yang diberikan oleh perusahaan. ISA

(International Standard on Auditing) menegaskan bahwa tujuan auditor adalah

memberikan assurance yang memadai (Reasonable Assurance) bahwa laporan

keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan (error)

atau manipulasi (fraud). (Tuanakotta, 2013: 28).

Faktor yang membedakan antara kesalahan dan kecurangan adalah tindakan

yang mendasarinya, apakah kesalahan pada laporan keuangan terjadi karena

tindakan yang disengaja atau tindakan yang tidak disengaja. Peran auditor

eksternal adalah memeriksa laporan keuangan tersebut sehingga pemakai laporan

keuangan akan percaya bahwa laporan keuangan tersebut tidak akan menyesatkan

mereka. (IAPI, 2011 Dalam Yuni : 2015)

Dalam kondisi perekonomian yang seperti ini, semakin meningkatnya modus

kecurangan yang dilakukan oleh organisasi terutama kecuragan dalam bidang

akuntansi. Sebagai contoh yaitu terdapat banyak manipulasi laporan keuangan

atau kasus korupsi yang semakin marak. Untuk dapat mendeteksi dan

mengendalikan kecurangan dibutuhkan jasa akuntan publik untuk memeriksa

laporan keuangan yang disajikan apakah sudah sesuai dengan peraturan yang

berlaku dan terbebas dari tindakan kecurangan atau salah saji yang material. Akan

tetapi banyak kasus mengenai kegagalan auditor dalam proses audit dan

kegagalan dalam mengungkap terjadinya suatu kecurangan, menimbulkan


dampak bagi auditornya sendiri yaitu berkurangnya kepercayaan masyarakat

kepada auditor sebagai pihak independen yang memeriksa laporan keuangan.

Berdasarkan Standar Auditing Profesional Akuntan Publik (SPAP), akuntan

dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh SPAP

tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar auditing, standar atestasi,

standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar pengendalian

mutu. Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang mengatur

tentang keahlian auditor yang independen (Asih : 2006) dalam (Yuni : 2015)

Fenomena yang peniliti ambil yaitu banyak terjadinya kegagalan auditor

dalam menemukan atau mengungkap kecurangan, disini ketidakmampuan Ernst

& Young ShinNihon LLC sebagai auditor independen PT Thosiba dalam

mengungkap penggelembungan laba senilai US$ 1.22 miliar sejak tahun 2008

melengkapi berita tentang kegagalan auditor menerapkan skeptisisme profesional.

Kegagalan penerapan skeptisisme profesional yang tepat oleh auditor ditengarai

sebagai salah satu penyebab terjadinya defisiensi dan kegagalan audit, yang

kemudian dapat berdampak pada memburuknya reputasi jasa audit dan timbulnya

krisis kredibiitas. (Bambang Unjianto, 2015) di akses dalam

(www.suaramerdeka.com)

Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa masih banyak kantor akuntan publik

yang belum bekerja secara maksimal dalam menjalankan tugasnya, khususnya

dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan yang belum

mengimplementasikan sikap skeptisme, independensi, kompetensi dan


kemampuan untuk mendeteksi sinyal red flags. Oleh karena itu, auditor harus

mempunyai dan mempertahankan sikap dan keahliannya, hal tersebut sangat

diperlukan auditor agar ia dapat mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan

yang telah terjadi dan melakukan pekerjaannya sebagai auditor yang profesional.

(Sandi Prasetyo, 2013)

Untuk mendukung kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang

dapat terjadi dalam auditnya, auditor perlu untuk mengerti dan memahami definisi

kecurangan, jenis kecurangan, karakteristik kecurangan, serta cara untuk

mendeteksi kecurangan. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi

kecurangan antara lain dengan melihat tanda, sinyal, atau red flags suatu tindakan

yang diduga menyebabkan atau potensial menimbulkan kecurangan. Red flags

merupakan suatu kondisi yang janggal atau berbeda dari keadaan normal. Dengan

kata lain, red flags merupakan petunjuk atau indikasi akan adanya sesuatu yang

tidak biasa dan memerlukan penyidikan lebih lanjut (Sitinjak, 2008) dalam

(Sandi Prasetyo, 2013). Meskipun timbulnya red flags tidak selalu

mengindikasikan adanya kecurangan, namun red flags biasanya selalu muncul di

setiap kasus kecurangan yang terjadi sehingga dapat menjadi tanda peringatan

bahwa kecurangan terjadi (Amrizal, 2004) dalam (Sandi Prasetyo, 2013).

Pemahaman dan analisis lebih lanjut mengenai red flags, dapat membantu

langkah selanjutnya bagi auditor untuk dapat memperoleh bukti awal atau

mendeteksi adanya kecurangan.


Berdasarkan ketentuan PSA (Pernyataan Standar Audit) No. 04 (SA Seksi

220), di dalam standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya

tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk

kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik

sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada

kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia

miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk

mempertahankan kebebasan pendapatnya.

Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tidak hanya harus mengikuti

prosedur auditnya saja melainkan harus memiliki sikap skeptisme terhadap

berbagai hal yang ada disekitarnya. Salah satu terjadinya kegagalan audit (Audit

failure) adalah rendahnya sikap skeptisme professional dari seorang auditor itu

sendiri. Skeptisme professional yang rendah ini menumpulkan kepekaan dari

seorang auditor terhadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa

potensi, atau terhdap tanda-tanda (red flags, warning signs) yang

mengindikasikan adanya kesalahan (error) atau kecurangan (fraud).

(Tuanakotta, 2011 : 77)

Internasional Standard on Auditing (ISA) No. 200 dalam (Yuni, 2015)

menyatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat

penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran yang selalu

mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dan bukti audit yang

diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontrakdiksi atau


menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan realiabilitas dan dokumen, dan

memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang

diperoleh dan manajemen dan pihak yang terkait (IFAC, 2011).

Penggunaan kemahiran Profesional dengan cermat dan seksama menuntut

auditor profesional itu sendiri adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu

mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Pengumpulan

dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor mempertimbangkan

kompetensi dan kecukupan bukti tersebut. Oleh karena itu bukti dikumpulkan dan

dinilai selama proses audit, skeptisme profesional harus digunakan selama proses

tersebut. (SPAP, 2011: 230. 2)

Untuk mendeteksi kecurangan, auditor perlu memiliki kompetensi dalam

menjalankan tugasnya. Pada pernyataan standar umum pertama dalam SPKN,

dinyatakan bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan

profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Ini berarti

auditor wajib memiliki sikap kompetensi yang diperoleh melalui pengetahuan,

keahlian, dan pengalaman. (Sandi Prasetyo, 2013)

Kemampuan mendeteksi fraud adalah sebuah kecakapan atau keahlian yang

dimiliki auditor untuk menemukan indikasi mengenai fraud. Menurut (Kumaat,

2011) dalam (Yuni, 2015) mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk

mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak kecurangan, sekaligus

mempersempit ruang gerak para pelaku kecurangan. Menurut ISA seksi 240

fraud didefinisikan sebagai tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen


perusahaan, pihak yang berperan dalam governance perusahaan, karyawan atau

pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh

keuntungan yang tidak adil atau illegal (Yuni : 2015)

Salah satu definisi manipulasi (fraud) adalah (1) perbuatan melawan hukum,

(2) perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan, niat jahat penipuan

(deception), penyembunyian (concealment), penyalahgunaan kepercayaan

(vialtion of trust), (3) perbuatan yang bertujuan mengambil keuntungan haram

(illegal advantage) yang bisa berupa uang, barang/harta atau tidak membayar

jasa. (Tuanakotta, 2013: 28).

Berdasarkan latar belakang peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Penerapan Red Flags, Independensi, Skeptisme, Kompetensi

Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan. (Studi

survey pada kantor akuntan publik di Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang maka peneliti mengidentifikasi permasalahan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penerapan red flags, independensi, skeptisme,

dan kompetensi terhadap kemampuan auditor alam mendeteksi

kecurangan

2. Seberapa besar pengaruh penerapan red flags, independensi,

skeptisme, dan kompetensi terhadap kemampuan auditor dalam


mendeteksi kecurangan

1.3 Tujuan Penelitian

Seperti yang telah dijelaskan dalam identifikasi masalah sebelumnya, tujuan

penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai, Bagaimana dan

seberapa besar pengaruh penerapan red flags, independensi, skeptisme, dan

kompetensi terhadap kemampuan auditor alam mendeteksi kecurangan

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian diatas

memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan

Informasi bagi para pembaca yang ingin lebih menambah wawasan

pengetahuan khususnya di bidang Auditing.

2. Sebagai sarana penelitian untuk mengembangkan dan menerapkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis dari bangku kuliah

dengan yang ada di dunia kerja dan sebagai bahan referensi bagi

yang melakukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan ini.

3. Memberikan tambahan wawasan bagi penulis terutama mengenai

pengaruh penerapan red flags, independensi, skeptisme, dan


kompetensi terhadap kemampuan auditor alam mendeteksi

kecurangan

1.4.2 Kegunaan Praktis

Bagi lembaga yang terkait :

Bagi KAP diharapkan dapat memberi masukan dan saran yang membangun

guna meningkatkan Pengetahuan red flags, independensi, skeptisme,

kompetensi dan memberikan pengetahuan lebih terhadap pendeteksian akan

kecurangan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang diperoleh sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam

penyusunan skripsi ini adalah dengan melakukan penelitian pada beberapa kantor

akuntan publik (KAP) yang ada di wilayah Kota Bandung dengan menyebarkan

kuesioner yang telah disusun untuk mengukur variabel yang diteliti. Kuesioner

ditujukan kepada Akuntan Publik yang bekerja di Beberapa Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Wilayah Kota Bandung, dengan waktu penelitian dilaksanakan

pada bulan Agustus 2016 sampai dengan selesai.

1.6 Kerangka Pemikiran


1.7 Metode Penelitian yang Digunakan

1.7.1 Obyek Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:38) pengertian objek penelitian adalah:

Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Objek dalam penelitian ini adalah pengaruh penerapan red flags,

independensi, skeptisme, dan kompetensi auditor terhadap kemampuan

auditor dalam mendeteksi kecurangan. Sementara yang menjadi subjek

penelitian ini adalah junior auditor, senior auditor, manajer, supervisor

dan partner yang bekerja pada beberapa Kantor Akuntan Publik di Kota

Bandung.

Pemilihan subjek penelitian pada auditor dilakukan dikarenakan

auditor adalah pihak yang terjun langsung kelapangan pekerjaan.

1.7.2 Populasi dan Sampel

1.7.2.1 Populasi

Pengertian Populasi menurut Indriantoro dan Supomo (2014):

Populasi (population) adalah sekelompok orang, kejadian atau

segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu.

Sedangkan Pengertian Populasi Menurut Sekaran (2013):


Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau

hal-hal yang menarik bagi peneliti untuk ditelaah.

Berdasarkan pengertian tersebut, populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang

bekerja pada beberapa Kantor Akuntan Publik Kota Bandung

1.7.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2012:81) sampel merupakan sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah

Non Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2012:120)

pengertian Non Probability Sampling adalah Teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Teknik Non Probability Sampling yang

digunakan dalam pengertian sampel pada penelitian ini adalah

tekni Puposive Sampling. Menurut Sugiyono (2012:122)

Puposive Sampling adalah Teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan sampel dengan

menggunakan teknik Puposive Sampling karena tidak semua

sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan telah penulis


tentukan. Adapun kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi

oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel sebagai

berikut :

1. Merupakan auditor yang bekerja di kantor akuntan publik

(KAP).

2. Merupakan auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik lebih dari 1 tahun.

3. Merupakan auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang memiliki layanan dalam pendeteksian

kecurangan.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan

data dengan menggunakan metode kuesioner atau data primer. Data

primer diperoleh dari hasil penelitian lapangan pada kantor akuntan

publik (KAP) yang menjadi objek penelitian dengan cara menyebarkan

kuesioner. Dalam mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh

dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap

pertanyaan berdasarkan skala likert.


Skala likert adalah metode yang mengukur sikap dengan menyatakan

setuju atau ke-tidaksetujuannya terhadap subyek, obyek, atau kejadian

tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2014).

Tabel 3.2
Skala Likert
Jawaban Responden Nilai
Sangat tidak setuju
(STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Ragu-ragu (R) 3
Setuju (S) 4
Sangat setuju (SS) 5

Teknik- teknik pengumpulan data yang digunakan penulis


penelitian ini, terdiri dari studi lapangan dan studi kepustakaan.
1. Penelitian lapangan (Field Research)
Dalam penelitian lapanagan, penulis meninjau objek penelitian dan
juga menyebarkan kuesioner untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan objek yang diteliti. Cara yang ditempuh adalah :
A. Kuesioner, yaitu lembaran isian yang didalamnya
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
objek penelitian. Kuesioner (daftar pertanyaan) merupakan
alat komunikasi antara peneliti dengan yang diteliti
(responden) yang dibagikan oleh peneliti untuk diisi
oleh responden. Tipe pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner penelitian ini adalah tertutup, yaitu pertanyaan-
pernyataan yang mengharapkan responden untuk
memberikan jawaban bukan dalam bentuk uraian. Dalam
kuesioner ini, jawaban yang diharapkan adalah jawaban
berbentuk data ordinal. Pernyataan dalam kuesioner dibuat
dalam bentuk positif agar dalam memberikan jawaban,
responden lebih serius dan tidak mekanistis. Kuesioner
dalam penelitian ini ditujukan kepada auditor senior,
auditor junior, manajer, supervisor dan partner yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tercatat
di IAPI Dictionary pada Kota Banding. Alasan peneliti
menggunakan kuesioner dikarenakan mempunyai center
perhatian, yaitu masalah yang ingin dipecahkan. Tiap
pertanyaan harus merupakan bagian dari hipotesis yang
akan diuji. Demi menjaga kerahasiaan, peneliti merancang
kesioner sedemikian rupa sehingga identitas responden
tidak terpublikasikan ke khalayak publik.

B. Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan


melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait
dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan kepada para Auditor pada Beberapa
KAP yang ada di Kota Bandung.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)


Dalam penelitian kepustakaan ini, pengumpulan data dilakukan
dengan cara mempelajari dan menelaah berbagai sumber bacaan
berupa buku-buku teori, media cetak, dan jurnal-jurnal ilmiah yang
berhubungan dengan kemampuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan. Hal ini diharapkan dapat memberikan data serta
informasi yang bersifat teoritis menegenai pengendalian internal
yang nantinya akan digunakan sebagai landasan teori dalam
menunjang pelaksanaan penelitian. Data yang diperoleh dari
penelitian kepustakaan ini digunakan untuk membangun landasan
teori yang kuat guna mendukung analisis yang digunakan.Selain
itu, penelitian ini juga bertujuan memperoleh sumber data yang
dapat dipercaya dan berkaitan dengan topik yang dibahas dalam
penulisan ini.
1.7.4 Jenis Data

Jenis data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

yang ditransformasu menjadi data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan

dalam angka-angka yang menunjukan nilai terhadap besaran atau

variabel yang mewakilinya.

1.7.5 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

primer yang berasal dari persepsi responden atau kuesioner yang

dibagikan mengenai tujuan pengisian kuesioner serta penjelasan lain jika

terjadi kesulitan interpretasi untuk dapat dinyatakan kepada peneliti.

Sumber data primer menurut indriantoro dan Supomo (2014)

merupakan:

Sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli

(tidak melalui media perantara).


Sumber data penelitian ini didapat dari skor total yang diperoleh

dari pengisian kuesioner yang telah dikirim kepada auditor yang bekerja

di beberapa Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

1.7.6 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2012:59) variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan judul penelitian pengaruh penerapan red flags,

independensi, skeptisme, dan kompetensi terhadap kemampuan auditor

alam mendeteksi kecurangan, maka dalam penelitian ini dibuat variabel

penelitian sebagai berikut :

1) Variabel Bebas atau Variabel Independen

Menurut Sekaran (2013), Penjelasan mengenai variabel

independen adalah:

Variabel Independen atau Variabel Bebas adalah variabel


yang mempengaruhi variabel terikat atau variabel
dependen, entah secara positif atau negatif yaitu jika
terdapat variabel bebas, variabel terikat juga hadir, dan
dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat
pula kenaikan atas penurunan dalam variabel terikat.
Variabel Independen penelitian ini adalah :

X1 : Pengaruh Penerapan Red Flags

X2 : Pengaruh Penerapan Independensi


X3 : Pengaruh Penerapan Skeptisme
X4 : Pengaruh Penerapan Kompetensi

2) Variabel Terikat atau Variabel Dependen

Penjelasan mengenai Variabel Dependen menurut Sekaran

(2013) adalah

Variabel Terikat merupakan variabel yang menjadi


perhatian utama peneliti.Tujuan peneliti adalah memahami
dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitiasnya
atau memprediksinya.

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah :


Y : Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan

1.8 Hipotesis

H1 : Red flags mempengaruhi kemampuan dalam mendeteksi kecurangan

H2 : Independensi mempengaruhi kemampuan dalam mendeteksi kecurangan

H3 : Skeptisme mempengaruhi kemampuan dalam mendeteksi kecurangan

H4 : Kompetensi mempengaruhi kemampuan dalam mendeteksi kecurangan

H5 : Kemampuan dalam mendeteksi kecurangan dipengaruhi oleh red flags,

independensi, skeptisme, dan kompetensi.

Anda mungkin juga menyukai