Anda di halaman 1dari 3

Teori Awan Debu

24 March 2011

Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl von Weizsaeker
mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan Teori Awan Debu (The Dust-Cloud
Theory).Teori ini kemudian disempurnakan lagi oleh Gerard P.Kuiper
(1950),Subrahmanyan Chandrasekhar,dan lain-lain.

Teori ini mengemukakan bahwa tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas
dan debu.Sekarang ini di alam semesta bertebaran gumpalan awan seperti itu.Lebih
dari 5 milyar tahun yang lalu,salah satu gumpalan awan itu mengalami
pemampatan.Pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke bagian
pusat awan itu,membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin.Lama-kelamaan
gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal di bagian tengah
dan lebih tipis di bagian tepinya.

Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu kemudian saling


menekan,sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar.Bagian inilah yang disebut
matahari.Bagian yang lebih luar berpusing sangat cepat,sehingga terpecah-pecah
menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil.Gumpalan kecil ini juga
berpilin.Bagian ini kemudian membeku dan menjadi planet-planet dan satelit-
satelitnya.
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang
disebut big bang, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah
gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.

Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri
dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan
berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai
20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen.
Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-
red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc 2, besarnya energi
yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.

Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar


dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa
berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-
bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur
filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang
bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).

Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang

Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya


Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas
pembentuknya

Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas

Anda mungkin juga menyukai