Penyusun :
No Nama Nim
1 Rega Maurischa A. P 021211131057
2 Setian Fitri Sayekti 021211131058
3 Viviana Saputra 021211131059
4 Risky Anita Oktaviani 021211131060
5 Cyntia Nur Malikfa N 021211131061
6 Ardista Rani Lestari 021211131062
7 Belgiz Anasis 021211131063
2.1 Bahan
Malam inlay
Air PDAM
2.2 Alat
Mangkuk karet
Gambar 2. Bowl
Spiritus brander
Gambar 4. Spiritus brander
Jangka sorong
Thermometer
Gambar 6. Termometer
3. CARA KERJA
Dilakukan dua percobaan yaitu pertama malam inlay dimasukkan
kedalam air, dan yang kedua dibiarkan di udara terbuka:
a. Mengisi mangkuk karet dengan air 100 ml air PDAM.
b. Melunakkan malam inlay diatas api spiritus brander sampai
homogen dengan menggerakan ke kanan, ke kiri dan memutar
malam agar panasnya merata selama 5 menit dengan jarak
antara malam dengan api adalah 10 cm.
c. Membengkokkan malam inlay hingga berbentuk tapal kuda.
d. Membiarkan malam inlay menjadi dingin di udara terbuka
selama 5 menit.
e. Mengukur jarak kedua ujungnya dengan jangka sorong
(sebagai jarak awal).
f. Memasukkan malam inlay tersebut ke dalam mangkuk karet
yang telah diisi dengan air.
g. Membiarkan malam inlay yang lain di udara terbuka.
h. Mengamati perubahan bentuk malam inlay dan mengukur jarak
antara dua ujung malam inlay dengan jangka sorong ( sebagai
jarak akhir).
i. Melakukan pengukuran untuk malam inlay baik yang di dalam
air maupun di udara terbuka setiap 15 menit selama 1 jam.
Persentase distorsi bentuk yang terjadi dihitung dengan rumus :
4. HASIL PRAKTIKUM
Berikut ini adalah hasil praktikum yang di dapat pada percobaan untuk
mengetahui distorsi yang terjadi pada wax:
20
15 Percobaan 1
Jarak (mm)
percobaan 2
percobaan 3
10 percobaan 4
percobaan 5
percobaan 6
5
percobaan 7
0
0 menit 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
Waktu
9%
8%
7%
6%
Persentase
5%
4% Pada Air
3% Pada Udara
2%
1%
0%
0 menit 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
Waktu
Pada hakikatnya malam (wax) atau liliin merupakan salah satu bahan yang
memegang peranan penting di dalam ilmu bidang Kedokteran Gigi. Malam (wax)
atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia Kedokteran Gigi sekitar abad
18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi. Meskipun telah
ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang
besar untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis.
(Annusavice, 2003).
Karena penggunaan malam dalam kedokteran gigi maka perlu untuk
mengetahui segala aspek dalam malam atau wax terutama sifat-sifatnya sehingga
akan memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi
yang maksimal. Dan untuk lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu
percobaan yang akan memperlihatkan cara manipulasi malam yang benar serta
pengaruh sifat sifatnya terhadap hasil manipulasi. Pada perkembangan
selanjutnya, malam dental sebagian besar digunakan dalam proses laboratorium,
meskipun masih ada sebagian dari malam dental yang digunakan langsung pada
rongga mulut penderita misalnya malam onlay untuk mencetak atau mengecek
hasil dari preparasi sebuah gigi. Sebuah malam dental juga harus memiliki syarat-
syarat tertentu sehingga malam tersebut mampu memenuhi kebutuhan baik itu
malam yang digunakan secara direct ataupun indirect. Pada proses laboratorium
malam dental digunakan dalam banyak kepentingan, dan penggunaannya
disesuaikan dengan jenis malam dan sifat dari masing-masing malam dental.
(Annusavice, 2003).
Pattern wax harus tepat sesuai bentuk, ukuran, dan kontur dari aplikasi
yang akan dikonstruksi.
5.2. Distorsi
Distorsi pada malam merupakan salah satu masalah serius yang terjadi
dalam pembuatan maupun pelepasan model malam dari mulut atau die. Distorsi
dapat terjadi karena perubahan temperatur dan relaxion of stresses yang
disebabkan oleh perubahan pendinginan, udara yang terjebak di dalam malam,
pelepasan malam serta perubahan temperature dan lamanya penyimpanan
( Anusavice 2003, hal 289).
Pola pembuatan wax yang baru memelihara untuk menjaga untuk
mengubah bentuk dan ukurannya selama satu periode waktu. Selama pendinginan
kerutan, dan setelah mencapai keseimbangan. Pola akan mencapai dimensi tetap
yang stabil. Sangat penting bahwa pola wax akan menahan untuk lenyap dalam
beberapa jam untuk menghindari distorsi dan untuk memastikan kondisi
keseimbangan tercapai. (Annusavice,2003 hal.289)
Pola yang dibuat dari wax keras kurang sensitif terhadap kondisi suhu
dibandingkan dengan wax halus. Panas eksotermal akan dihasilkan selama setting
atau penanaman yang mempengaruhi pola selektif. Pola wax halus akan
menghasilkan cetakan yang besar tips dan relatif kasar daripada wax kasar.
(Annusavice,2003 hal.290)
b. Elastic memory
Saat internal stress sudah terlepas dari dalam malam, suhu malam
telah menurun di bawah suhu transisi solid-solid dan bentuk molekul
dalam malam akan menjadi stabil kembali dan akan berhenti
mengalami distorsi dan kembali mengeras atau cenderung ke bentuk
semula sesudah dimanipulasi (elastic memory). Elastic memory yang
ditunjukkan terjadi lebih besar selama pengukuran ekspansi termal pada
malam yang dibiarkan pada udara bebas daripada malam yang
didiamkan dalam air.
c. Thermal Expansion
Distorsi pada malam juga dipengaruhi oleh perubahan dimensi yang
dialami oleh malam karena faktor suhu. Malam mempunyai koefisien
ekspansi termal yang lebih tinggi daripada bahan kedokteran gigi yang
lain.
d. Residual stress
Terlepas dari metode yang digunakan untuk menyiapkan pola
malam, tegangan sisa yang ada di pola selesai. ketika dipengaruhi oleh
waktu dan suhu, sisa, atau internal stress dapat mengakibatkan
perubahan dimensi tidak seragam, atau distorsi.
Faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi distorsi yang terjadi pada
malam (dikarenakan tidak sesuai ketentuan) :
1. Jika pemanasan malam tidak merata
2. Jika tekanan yang tepat dan berkelanjutan tidak diperbarui ketika
pendinginan
3. Penambahan malam cair ketika perbaikan pola atau pada saat
pengukiran
4. Flow dari malam yang mengeras setelah dikeluarkan dari mulut
Pada percobaan ini diberikan dua perlakuan yang berbeda pada malam
yaitu dibiarkan dalam udara yang terbuka dan direndam dalam air. Percobaan ini
dilakukan sebanyak empat kali pada pada air dan tiga kali pada udara terbuka
yang dilakukan selama 60 menit pada setiap percobaannya.
Tahap pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah pelunakan inlay
wax dengan cara pemanasan di atas api pada jarak 10 cm dan dilakukan selama 5
menit. Kemudian, malam dibentuk seperti tapal kuda yang diberi tanda cross pada
setiap ujung dari malam sebagai pedoman dalam pengukuran jarak antara kedua
ujung malam yang dibentuk. Jarak antara kedua ujung malam inilah yang menjadi
acuan dalam menentukan besarnya distorsi pada malam yang diamati.
6. KESIMPULAN
Distorsi yang terjadi pada inlay wax bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu pelepasan internal stress, elastic memory, dan termal
ekspansi yang tinggi. Oleh karena itu manipulasi malam harus
dilakukan dengan benar, yaitu malam diberi panas yang merata pada
seluruh permukaan (homogen).
Presentase distorsi malam inlay dalam air lebih besar daripada
distorsi malam yang diletakkan pada suhu ruangan. Dalam kasus
sebenarnya, biasanya fenomena terjadi setelah malam
dimanipulasi lalu dikeluarkan dari rongga mulut.
7. DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, KJ, 2003, Philips Science of Dental Materials, 11th ed,
Westline Industrial Drive, St. Louis, Missouri.
2. Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental
Material: 11th edition. United State of America : Mosby.