OLEH:
SHAFFLY A SHADIQ KAWU
B111 07 735
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
HALAMAN JUDUL
OLEH:
SHAFFLY A SHADIQ KAWU
B111 07 735
SKRIPSI
Pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASNUDDIN
MAKASSAR
2012
i
ABSTRAK
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................... v
A. Kriminologi ........................................................................... 9
ix
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 32
A. Kesimpulan .......................................................................... 59
B. Saran ................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
x
BAB I
PENDAHULUAN
atau alat yang akan membawa kita kepada ide yang dicita-citakan.
mengakhiri suatu tatanan sosial yang tidak adil dan menindas hak-hak
asasi manusia.
1
keperluan tujuan mewujudkan pembangunan dibidang perikanan,
panjang garis pantainya sekitar 95.000 km, dengan total luas laut sebesar
3,1 juta km2. Selain itu di sebelah luarnya terdapat perairan ZEE (Zone
Ekonomi Eksklusif) dengan luas sekitar 2,7 juta km 2. Ini berarti luas
perairan laut yang harus dikelola oleh Indonesia adalah sekitar 5.8 juta
km2.
nelayan kita masih hidup dalam kemiskinan. Sementara itu stok ikan
Perikanan liar atau pencurian ikan oleh nelayan asing juga belum dapat
2
kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan tentang pemanfaatan
taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan, dan
begitu besar dan menjadi asset bangsa Indonesia dapat dikelola dengan
lapisan masyarakat pada umumnya dan bagi para penegak hukum pada
3
Tantangan dan ancaman yang timbul cukup besar untuk mengelola
sektor perikanan sebagai potensi sumber daya alam yang belum tergarap.
ini dan masa yang akan datang, karena dibidang perikanan saat ini dan
Oleh karena itu, dengan tujuan peningkatan taraf hidup, para nelayan
menggunakan bahan peledak, hal ini sangat berbahaya bagi diri pelaku
juga terhadap lingkungan dan habitat laut serta ekosistem yang ada
4
masyarakat pesisir yang bergantung pada komoditi perikanan, sayangnya
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Setiap negara pasti akan
taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan, dan
5
Sebagai negara yang memiliki perairan yang luas, tentunya
wibawa negara dan bangsa dari setiap ancaman baik dari dalam maupun
dari luar terhadap kedaulatan wilayah perairan, oleh karena itu kepastian
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
7
2. Secara praktis
Sulawesi Selatan.
peledak.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kriminologi
1) Pengertian Kriminologi
berlainan, tujuannya pun berbeda, kalau obyek ilmu hukum pidana adalah
dari kata crimenyang berarti kejahatan atau penjahat dan logos yang
kejahatan ataupenjahat. (Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010 : 9).
9
Bonger (Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010 : 10),
memberikandefinisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang
bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui
definisi ini, Bonger membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni
yang mencakup :
1. Antropologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang
manusia yangjahat dilihat dari segi biologisnya yang
merupakan bagian dari ilmualam.
2. Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan
sebagai gejala sosial. Pokok perhatiannya adalah seberapa
jauh pengaruh sosial bagi timbulnya kejahatan (etiologi
sosial)
3. Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan
dipandang dari aspek psikologis. Penelitian tentang aspek
kejiwaan dari pelaku kejahatan antara lain ditujukan pada
aspek kepribadiannya.
4. Psipatologi kriminal dan neuropatologi kriminal, yaitu
ilmupengetahuan tentang kejahatan yang sakit jiwa atau
sakit sarafnya,atau lebih dikenal dengan istilah psikiatri
5. Penologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang tumbuh
berkembangnya penghukuman, arti penghukuman, dan
manfaat penghukuman. Disamping itu terdapat kriminologi
terapan berupa :
a. Hygienekriminal, yaitu usaha yang bertujuan untuk
mencengahterjadinya kejahatan.
b. Politik criminal, yaitu usaha penanggulangan kejahatan
dimanasuatu kejahatan telah terjadi
c. Kriminalistik (policie scientific), yaitu ilmu tentang
pelaksanaanpenyidikan teknik kejahatan dan
pengusutan kejahatan.
10
1. Sosiologi Hukum
2. Etiologi kejahatan.
3. Penology.
11
Wolfgang, Savitz dan Jonhston (Topo Santoso dan Eva Achjani
b. Pelaku kejahatan
maupunterhadap pelakunya.
masyarakat.
2) Kejahatan
12
undangan pidana,perbuatan itu tetap sebagai perbuatan yang bukan
lainnya.
sudut pandang masyarakat Islam, dan namun dari sudut pandang hukum
bukan kejahatan.
13
juga bukan hanya suatu gejala hukum.(Romli Atmasasmita dan Widati
Wulandari,1997:53).
padat, cair, gas ataupun campurannya yang apabila terkena suatu aksi,
secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil.Perubahan
14
dari wilayah kedaulatan Indonesia. Sementara itu, ketentuan pengukuran
yang cakupannya mencapai 200 mil dari garis pantai setiap pulau.Untuk
tanah di bawah permukaan air dan ruang udara yang ada di atasnya
(sovereign rights).
15
Dilihat dari perbedaan wujud geografis suatu negara maka secara
alami rakyat dari negara tersebut juga memiliki ciri/karakter yang berbeda,
Perikanan :
16
3) Sungai, danau, waduk, dan genangan air lainnya yang dapat
diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial
diwilayah Republik Indonesia.
pemilik) dan sekaligus tidak memiliki tanda kenegaraan. Oleh karena itu
17
Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
kita dapat mengetahui bahwa negara dalam hal ini pemerintah mengawasi
tentang Perikanan, Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau
hanya ikan yang sehari-hari dapat kita lihat di pasarkan saja yang
termasuk dalam kategori ikan, akan tetapi meliputi semua jenis biota
ketentuan perundang-undangan.
18
Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan hanya
Perikanan:
19
E. Peraturan-peraturan Yang Berkaitan Dengan Perikanan
ayat (3) UUD 1945 ini mencakup aspek yang cukup luas, bukan hanya
segala sektor kehidupan di darat dan di air, tetapi juga meliputi kekayaan
Indonesia (ZEEI)
20
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan hidup
antara lain:
1990
21
Kejahatan atau tindak kriminal merupakan salah satu bentuk
prilaku menyimpang.
lain dan sesuai dengan masalah yang akan di bahas, maka teori
22
Teori Undercontrol/Consensus adalah teori dalam mengkaji prilaku
ini, yaitu "Kenapa ada seseorang yang bisa menolak aturan sosial
a. Teori Netralisasi
jalan yang layak untuk mencapai hal tersebut. Hal yang menarik dari teori
23
Menurut teori ini, orang-orang tersebut berperilaku
b. Teori Control
Teori control atau disebut juga teori kontrol sosial, berangkat dari
diidentikkan dengan lembaga adat, suatu sistem kontrol asosial yang tidak
masyarakat.
menyimpang.
24
Adapun mengenai pelanggaran lalulintas terdapat banyak
melaksanakan niat tersebut. Jika hanya ada salah satu dan kedua unsur
tersebut diatas makatidak akan terjadi apa apa, yaitu ada niat untuk
tidak ada niat untuk melanggar maka juga tidak akan terjadi
suatu pelanggaran. Jadi jelas kedua unsur, yaitu niat dan kesempatan
KAUSA KEJAHATAN
Yaitu:
25
1. Mazhab klasik, menurut psikologi hedonistik, setiap perbuatan
mana yang tidak. Menurut teori ini orang melakukan kejahatan karena
b) Tipe ini bisa dikenal dari beberapa ciri tertentu seperti tengkorak
26
c) Tanda-tanda lahiriah ini bukan merupakan penyebab kejahatan tapi
tidak memungkinkan.
30 ).
27
a) Das es/id, yaitu alam tak sadar yang dimiliki oleh setiap mahluk
es/id.
(criminal policy). Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan
28
pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarah pada
"social-defence" .
berikut :
dan non penal". Dilihat dan sudut politik kriminal, kebijakan paling
biaya tinggi
29
tetapi juga tugas aparat pembuat hukum (aparat legislatif), bahkan
1. Pre-Emtif
ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi
NKK, yaitu ;
Contoh :
30
tersebutmeskipun pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Hal
tidak terjadi.
2. Preventif
Contoh :
3. Represif
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Dit Pol Air Polda Sulsel merupakan Input dan lini terdepan dalam
32
D. Teknik Analisis Data
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Sulawesi Selatan dapat dilihat dari beberapa sisi yaitu, Pertama karena
tenaga dan biaya namun dapat menghasilkan ikan hasil tangkapan dalam
jumlah yang banyak, tanpa mengindahkan bahwa efek yang dan bahaya
bahaya terhadap diri nelayan sendiri juga berdampak rusak dan matinya
biota laut yang terkena efek bahan peledak tesebut. Keempat karena
34
sanksi pidana akibat pelanggaran-pelanggaran penangkapan ikan
menggunakan bahan peledak itu cenderung ringan dan juga para aparat
1951.
lingkungan laut;
ikan;
35
aturan tersebut baik secara formil maupun materil, jika dibandingkan
dapat di perpanjang oleh JPU selama 10 hari. Kondisi ini secara alamiah
2009 Tentang Perikanan, jika dilihat dari segi ilmu hukum juga
36
Budidaya Tanaman untuk pelaku tindak pidana penyalahgunaan
bahan berupa pupuk yang secara yuridis dal lablatoris bukan merupakan
dari TKP, tahap penyidikan, penuntutan sangat diperlukan karena jika hal
efek jera bagi pelaku sendiri maupun masyarakat secara umum. Dampak
37
apabila tertangkap dan dihukum dengan hukuman penjara 1 sampai 2
bahan peledak yang divonis ringan atau bahkan bebas oleh Pengadilan
Negeri tentunya hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang
dijatuhkan tidak mampu menjadi efek jera secara umum maupun secara
mengandung sumber daya alam yang sangata besar yang harus dikelola
38
scara arif dan bijaksana, buakannya dieksploitasi dengan cara-cara yang
secara umum memiliki siakap dan kepedulian yang positif terhadap upaya
baik dari para nelayan di Provinsi Sulawesi Selatan, bahkan tidak jarang
39
disamping faktor kesadaran masyarakat nelayan bahwa menangkap ikan
termasuk dampak yang lebih jauh dan tndak pidana penangkap ikan
tidak ditangani secara serius bsia menimbulkan kerugia yang jauh lebih
40
Sebagai bukti masih rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran
bom ikan dapat dibongkar ataupun diputus oleh pihak yang berwajib,
merakitnya sendiri, yang mana hal ini tentunya sangat berbahaya dan
sendiri.
41
4. Adanya Kendala Dalam Proses Pemeriksaan Perkara
berikut.
pidana karena barang bukti adalah barang yang digunakan atau berkaitan
langsung dengan tindak pidana. Dengan cukup atau tidaknya barang bukti
keterangan tersangka serta alat bukti lain yng diatu dalam KUHAP,
perkara.
Esa (Kasi Gakum) Dit Polair Polda Sulawesi Selatan menyatakan bahwa,
42
kendala yang sangat dirasakan dalam tahap pengumpulan barang bukti
memadai
tidak diinventarisir.
terdakwa.
bukti berupa ikan yang disita akan mengalami perubahan bentuk, tidak
asli lagi seperti pada saat kejadian perkara bahkan dapat musnah karena
busuk.
b. Identifikasi Saksi
43
Berkaitan dengan tindak pidana penangkapan ikan dengan
menurut Kompol Esa Kasi Gakum Dit Polair Polda Sulawesi Selatan
mendatangkannya.
c. Keterangan Tersangka
Dalam tahap ini penyidik Dit Polair Polda SulSel menghadapi beberapa
44
d. Kendala Proses Penahanan
hari dan dapat diperpanjang oleh Jaksa Penuntut Umum selama 40 hari,
60 hari yang diberikan secara bertahap. Hal ini sangat jauh berbeda
bahan peledak yang ditangani oleh Dit Polair Polda SulSel, nampak
30 hari, yang mana hal ini sngat menguras tenaga dan proses penyidikan
45
tersangka/saksi yang dilakukan pemeriksaan yang mana tidak berimbang
instansi lain dalam proses pembuktiannya seperti Labfor Polri, ahli bahan
Selatan
46
pemerintah melalui Dir Polair Polda SulSel telah menyusun program
SulSel.
Dinas Perikanan Provinsi SulSel, TNI Angkatan Udara dan, TNI Angkatan
Pihak Dit Polair Polda SulSel memiliki tugas yang sangat pentng
47
kapal patroli polisi periran. Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Dit
sebagai berikut :
lingkungan laut.
peledak.
48
1. Menegakan hukum secara tegas dalam penerapan sanksi
Tahun 2009 Tentang Perikanan hal ini bertujuan agar para pelaku
Dalam hal ini menurut Kompol Esa (Kasi Gakum) pihak Dit Polair
49
Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan maka berbagai ketentuan
jelas diatur hukum acaranya. Beberapa kendala lain mengenai lama masa
KUHAP dan secara materil ancaman Pidananya jauh lebih tinggi. Penyidik
Selatan.
50
2. Memberi pengetahuan kepada masyarakat Nelayan tentang
lingkungan laut
Dalam hal ini menurut Kompol Esa (Kasi Gakum) pihak Dit Polair
alat yang tidak merusak ekosistem laut dan tanppa menggunakan bahan
51
peleda pihak Dit Polair Polda SulSel juga memberikan pengetahuan
dalam menangkap ikan yang dapat berakibat buruk pada ekosistem laut
seperti yang diketahui bahan peledak yang digunakan oleh para nelayan
bahan yang digunakan dalam membuat bahan peledak hal ini dapat
berakibat buruk bagi para nelayan, ikan tangkapan dan ekosistem laut
ekosistem laut dan bagi nelayan itu sendiri. Dengan begitu para nelayan
beralih dan memulai menangkap ikan dengan peralatan dan cara yang
52
3. Bekerjasama dengan Instansi lain yang terkait serta
peledak dalam penangkapan ikan Dit Polair Polda SulSel menurut Kompol
Selatan.
Menurut Kompol Esa (Kasi Gakum Dit Polair Polda SulSel), Dit Polair
53
Sebelumnya keterlibatan masyarakat dalam upaya pengawasan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan telah dilakukan sejak lama, namun untuk
lapangan yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
melaporkan kepada aparat Dit polair Polda SulSel atau aparat pengawas
terdekat.
Selatan para penyidik Dit Polair Polda SulSel menurut Kompol Esa (Kasi
54
Gakum Dit Polair Polda SulSel), pihaknya juga berusaha mengatasi
nelayan.
55
b. Identifikasi saksi
penyidik Dit Polair Polda SulSel dalam hal ini mengharapka peran
c. Keterangan tersangka
banyak modus operandi yang saat ini menjadi trend dapat diketahui
56
banyak nelayan di Makassar membuat dan merakit bom sendiri,
yang merupakn isi dari peluru atau bom yang tidak meledak yang
disebut ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil), yang saat ini sangat
tersangka.
d. Proses Penahanan
57
oleh semua penyidik tindak pidana penangkapan ikan
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa
ikan;
59
2. Upaya penanggulangan penggunaan bahan peledak dalam
lingkungan laut.
B. Saran
60
nelayan secara umumnya, yakni dengan jalan memeberikan
operasional;
61
dibentuk tim gabungan secara institusi mewakili instansi
terkait.
masyarakat.
62
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah & Siti Rahayu, 1983, Suatu Tinjauan Ringkas sistem
pemidanaan di Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta.
Andi Zainal Abidin Farid, 1995, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta.
Muladi & Barda Nawawi Arief, 1992, Teori-teori dan Kebijakan Pidana,
Alumni, Bandung.
63
Undang- Undang :
Website :
http://hankam.kompasiana.com/2010/09/04/wilayah-perairan-indonesia/
yusriantokadir.files.wordpress.com/.../handout-penologi-part-4-
6.ppt..www.djpp.depkumham.go.id/.../713_Pidana
%20dan%20Pemidanaan.
64