Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki cadangan gas alam yang melimpah,
dan oleh sebab itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor
LNG (Liquified Natural Gas) terbesar di dunia. LNG diproduksi dengan tujuan
mempermudah mengirim gas alam ke konsumen yang berjarak jauh dalam bentuk cair
menggunakan kapal dan nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar. Tidak hanya
LNG gas alam juga dapat diproses menjadi methanol. Metanol tidak hanya digunakan
sebagai bahan bakar tetapi juga sebagai bahan intermediate yang memiliki beragam
produk turunan sehingga industry methanol dapat mengembangkan berbagai macam
produk. Beberapa industri methanol yang sudah berdiri di dunia saat ini memiliki nilai
IRR yang cukup baik yaitu antara 15-17% hal ini dapat menjadi daya tarik investor
mengingat produk turunan methanol yang beragam dapat dikembangkan lebih lanjut.
Metanol saat ini banyak digunakan di dunia yaitu 32% sebagai bahan baku
formaldehida, 11% bahan baku pembuat Dimetil Eter (DME), 10% dikonversi
menjadi MTBE, 10% bahan baku asam asetat dan 8% sebagai bahan baku asam
dimetil terepthalatik (DMT), olefin (etilen dan propilen) dan lain-lain. Industri-
industri produk turunan metanol akan terus tumbuh dan membuat metanol menjadi
salah satu bahan intermediate yang terus meningkat permintaannya di pasaran, baik di
Indonesia maupun di regional Asia.
Saat ini di Indonesia hanya ada satu produsen methanol yang masih aktif yaitu
PT. Kaltim Methanol Industri (KMI) yang berdiri di Bontang, Kalimantan Timur hasil
kerjasama antara Sojitz, Daicel, dan PT. Humpuss yang memiliki kapasitas produksi
sebesar 660.000 MTPY. Sebagian besar produk methanol PT. KMI sejumlah 70%
(462.000 MTPY) dikuasai dan diekspor oleh Sojitz corporation yang memiliki saham
85%, dan sisanya 30% (198.000 MTPY) dipasarkan oleh PT. Humpuss untuk
memenuhi kebutuhan methanol dalam negeri. Sedangkan saat ini 30% dari kapasitas
produksi PT. KMI tidak dapat memnuhi kebutuhan methanol dalam negeri yang di
prediksi akan terus meningkat, untuk menutupi kebutuhan methanol dalam negeri
maka saat ini Indonesia mengimpor methanol dari berbagai negara.
Gambar 1.1 menggambarkan prediksi produksi dan permintaan pasar metanol
di Indonesia sampai tahun 2020, pada gambar tersebut terlihat bahwa permitaan
metanol di Indonesia terjadi peningkatan setiap tahunnya walaupun sempat terjadi
penurunan pada tahun 2012 akan tetapi pada beberapa tahun kedepan permitaan akan
terus berkembang seiring dengan berkembangnya industri-industri turunan methanol.

Gambar 1.1 Produksi dan permintaan metanol di Indonesia

(Sumber : Methanol Market Services Asia, 2015)

Gambar 1.2 menggambarkan prediksi permitaan methanol di Indonesia


berdasarkan produk turunannya sampai tahun 2020. Permintaan tertingi adalah pada
industri formaldehyde, diikuti biodiesel, MTBE, dan Asam asetat. Pertumbuhan
permitaan methanol untuk industri formaldehyde bergantung pada peningkatan hasil
olahan kayu, permintaan hasil olahan kayu di prediksi akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya bisnis properti di Indonesia. Sedangkan Industri biodiesel terjadi
peningkatan yang signifikan pada tahun 2011 yang disebabkan oleh kebijakan
pemerintah yang meningkatkan pajak ekspor CPO (Crude Palm Oil) yang berimbas
terhadap peningkatan produksi biodiesel dalam negeri. Industri Asam asetat mengalami
peningkatan tiap tahunnya dalam jumlah yang hampir sama, sedangkan untuk industri
MTBE tidak ada peningkatan yang signifikan yang disebabkan oleh permintaan MTBE
yang tifak mengalami peningkatan.

Gambar 1.2 Permintaan metanol berdasarkan produk turunan metanol di


Indonesia

(Sumber : Methanol Market Services Asia, 2015)

I.2 Produksi Bahan Baku

Seperti minyak bumi, gas alam juga merupakan hidrokarbon yang terdiri dari
campuran beberapa macam gas hidrokarbon yang mudah terbakar dan non-hidrokarbon
seperti nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hydrogen sulfide (H2S), dan air serta
merkuri dalam jumlah kecil. Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4)
yang merupakan molekul hidrokarbon dengan rantai terpendek dan teringan. Selain itu,
gas alam juga mengandung molekul nolekul hidrokarbon yang lebih berat, seperti
etana (C2H6), propane (C3H8) dan butane (C4H10). Gas alam juga merupakan sumber
utama gas helium. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber gasnya.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan gas alam terbesar di
dunia. Setiap tahun banyak sumber gas alam baru yang ditemukan di Indonesia.
Indonesia memiliki cadangan gas alam terbukti sebesar 103,35 TSCF dan cadangan gas
alam potensial sebesar 47,35 TSCF. Pemakaian gas alam di Indonesia tergolong cukup
rendah yaitu rata rata hanya sebesar 3 TSCF tiap tahunnya.

Gambar I.3 Cadangan gas alam di Indonesia (Ditjen Migas Januari 2012)
Gas alam merupakan salah satu jenis energi yang potensial baik di Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan domestik dan juga dijadikan sebagai komoditi ekspor
dalam bentuk LNG dan gas pipa. Ekspor gas alam dalam bentuk LNG ditujukan
terutama ke Jepang dan Korea Selatan dari hasil produksi LNG Bontang dan LNG
Arun. Ekspor gas alam dalam bentuk gas pipa ditujukan ke Singapura dan Malaysia
(sejak tahun 2001) melalui lapangan gas Grissik di Sumatera Selatan dan lapangan gas
di Natuna Barat. Data menunjukkan bahwa hampir sebagian dari gas alam Indonesia
diekspor ke luar negeri sebagai LNG. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan gas
alam di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan domestik masih sedikit.

Tabel I.1 Spesifikasi Gas Alam Secara Umum


Komponen Gas Utama Minimal % mol Maksimal % mol
Metana 75 Tidak Ada
Etana Tidak Ada 10
Propana Tidak Ada 5
Butana Tidak Ada 2
Pentana dan kondensat Tidak Ada 0.5
Nitrogen dan gas inert lainnya Tidak Ada 3
Karbon dioksida Tidak Ada 2-3
Total diluent gases Tidak Ada 4-5
Trace komponen
Hidrogen sulfide 0,25-0,3 g/100scf
(6-7 mg/m3)
Total sulfur 5 -2 0 g/100scf
(115-460 mg/m3)
Uap Air 4,0-7,0 lb/MM scf
(60-110 mg/m3)
Oksigen 1,0%
Karateristik Lainnya
Nilai Kalor 950-1150 Btu/scf
(gross, saturated) (35400-42800 kJ/m3)
Cairan Bebas dari kandungan air dan hidrokarbon cair saat
pengiriman pada temperature dan tekanan
Padatan Bebas partikel dalam jumlah yang mengganggu saat
pengaliran dan mengganggu fungsi alat.
(Sumber : Engineering Data Book,2004)
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Gas alam sebagai bahan bakar
Antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar
industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV),
sebagai keperluan untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.
Gas alam terkompresi (Compressed natural gas, CNG) adalah alternatif bahan bakar
selain bensin atau solar terlebih dahulu.
2. Gas alam sebagai bahan baku
Antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik LDPE
(low density polyethylene), LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE (high
density polyethylen), PE (poly ethylene), PVC (poly vinyl chloride), C3 dan C4-nya
untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan,
industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.
3. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor
Gas alam yang paling besar digunakan untuk komoditas ekspor di dunia yaitu LNG
(Liquified Natural Gas) atau gas alam cair.
Gambar I.4 Peta neraca gas bumi Indonesia periode 2013-2028 (KEMENTRIAN ESDM)
Dari Gambar I.4 dapat disimpulkan bahwa lokasi paling berpotensi didirikan
pabrik methanol dengan gas alam sebagai bahan baku adalah di Sumatera Selatan lebih
tepatnya di lading gas Musi Banyuasin yang. Sumatera Selatan dipilih sebagai lokasi
pabrik karena memiliki cadangan gas alam yang cukup melimpah yaitu 16,09 TSCF.
Tidak hanya kaya akan gas alam Sumatera Selatan merupakan lokasi yang strategis
dalam hal distribusi mengingat letaknya yang berdekatan dengan pulau Jawa. Pada
Gambar I.4 memperkirakan Sumatera Selatan dan Tengah memiliki 348,7 MMSCFD
gas alam yang belum diolah pada tahun 2020 dan 383,8 MMSCFD pada tahun 2028, hal
ini dapat menjamin ketersediaanya gas alam sampai 13 tahun mendatang.

I.3 Aspek Marketing


Proses perencanaan pemasaran harus dimulai dengan kegiatan market analysis,
bersamaan dengan itu dilakukan enviromental analysis beserta bagaimana proyeksi
perkembangan lingkungan itu di masa depan setelah itu harus dilakukan segmentation,
positioning, dan targeting agar perusahaan bisa menentukan pengelompokan pasar
sesuai dengan segmen - segmen yang terdapat pada pasar. Ketiga analisa tersebut akan
menghasilkan gambaran tentang berbagai target market yang terbuka untuk dimasuki
beserta tinggi rendahnya tingkat persaingan bagi masing-masing potensi pasar
tersebut. Setelah itu menyusun marketing plan yang didalamnya merencanakan harga,
distribusi dan cara promosi. Setelah itu dilakukan sales yang bertujuan untuk menjual
produk yang kita jual. Dilanjutkan dengan distribusi produk dari perusahaan menuju
konsumen. Untuk pengembangan lebih baik, ada customer services untuk mengetahui
kepuasan pelanggan dan menjadi data untuk market analysis.
(Marketing 3.0, Hermawan K.2009)
Gambar I.4 Proses Perencanaan Pemasaran Methanol

I.3.1 Prospek
Methanol merupakan komoditas yang menjanjikan dimana kebutuhannya setiap
tahun mengalami peningkatan. Konsumen utama methanol sebagian besar merupakan
industri formaldehid, industri MTBE, dan industri asam asetat. Kebutuhan methanol di
Indonesia dipenuhi dengan cara mengimpor dari Negara lain. Untuk saat ini permintaan
methanol paling tinggi di Indonesia adalah industri formaldehid, industri formaldehid
sendiri biasanya memproduksi urea formaldehid yang digunakan sebagai perkat untuk
industri property. Industri properti di Indonesia diperkirakan akan selalu berkembang
seiring dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Salah satu turunan methanol selain
formaldehid yang mempunyai prospek mendatang yang bagus adalah industri DME.
Industri DME di Indonesia sampai saat ini belum ada yang berdiri akan tetapi
pemerintah Indonesia pada tahun 2025 berencana membangun fasilitas DME 1 juta ton
sebagai pengganti LPG. Hal ini merupakan prospek yang sangat bagus bagi industri
methanol sebagai penyedia bahan baku DME karena kebutuhan LPG di Indonesia
sangat tinggi.
I.3.2 Penggunaan Produk
Methanol memiliki banyak kegunaan dalam berbagai bidang. Tidak hanya untuk
kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam bidang industri. Kegunaan methanol antara
lain:
1. Sebagai Bahan Bakar
Methanol jika dibakar akan menghasilkan karbon dioksida dan air
dengan reaksi sebagai berikut :
2CH3OH + 3O2 2CO2 + 4H2O
Methanol bisa digunakan sebagai aditif petrol untuk meningkatkan
pembakaran, atau kegunaanya sebagai bahan bakar. Salah satu kelemahan
methanol sebagai bahan bakar adalah sifat korosi yang dimilikinya terhadap
beberapa logam, termasuk alumunium. Hal tersebut diakibatkan methanol
sendiri merupakan asam lemah yang menyerang lapisan oksida (biasanya
melindungi alumunium dari korosi). Berikut adalah reaksi yang terjadi :
6CH3OH + Al2O3 2Al(OCH3)3 + 3 H2O
Ketika diproduksi dari kayu atau bahan organic lainnya, methanol
oraganik tersebut merupakan bahan bakar terbarui yang dapat menggantikan
hidrokarbon. Namu mobil modern pun masih tidak bisa menggunakan BA100
(100% bioalkohol) sebagai bahan bakar tanpa modifikasi. Methanol juga
digunakan sebagai solvent, sebagai antifreeze, dan fluida pencuci kaca depan
mobil.
2. Sebagai Chemical Intermediate
Methanol merupakan bahan baku yang harus diolah terlebih dahulu
sebelum digunakan. Hingga saat ini, methanol masih digunakan untuk
memproduksi formadehyde, methyl tertiary butyl ether (MTBE), dan Asam
asetat. Adapun kegunaan dari methanol dan besar presentase derivative
methanol dapat dilihat di dalam diagram di bawah ini.
3. Sebagai Bahan Aditif
Methanol dapat digunaan sebagai alternatif pada bensin yang berfungsi
untuk menigkatkan angka oktan. Emisi yang dihasilkan oleh bensin dengan
penambahan aditif methanol lebih ramag lingkungan.
4. Sebagai Bahan Pengolah Limbah
Dalam beberapa pabrik pengolahan limbah, sejumlah kecil methanol
ditambahkan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi
bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitrogen.
Bahan aditif selain tetra ethyl lead (TEL) yaitu senyawa eter meliputi
MTBE, penelitian akhir-akhir ini MTBE juga menimbulkan masalah
pencemaran. Dari SPBU bensin yang terbuang dan hasil gas buang pembakaran
meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah.
Tabel 1.3 Produk Turunan Methanol
PRODUK TURUNAN PRODUK TURUNAN PRODUK AKHIR
UTAMA
FORMALDEHYDE Urea Particleboard, Medium
Density Fibreboard
(MDF)
Fenol OSB, Plywood
1,4-butanediol PVC Solvent
Acetal resins Otomotif, Bahan
pembentuk pipa
MDI Insulation & Moulding
ACETIC ACID VAM Adhesives, Latex Paint
Asetat anhydride Pharmaceutical
Terephthalic acid Polyester fiber dan botol
plastic
Solvent ester Cat, pelapis dan tinta
Chloroacestic acid Herbisidam,
pharmaceutical
MTBE & FUEL MTBE + Gasoline Bahan bakar
MEG (Methanol Ethanol Bahan bakar
Gasoline)
M85/M100 Bahan bakar alternatif
DLL Methyl methacrylate Autopart
Methyamines Peptisida, biocides
Chloromethanes Silikon, solvent,
agriculture chemical
Dimethyl terephthalate Polyester fibres & resins

I.3.3 Konsumsi
Kebutuhan methanol di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya sejalan
dengan perkembangan industri turunan methanol. Akan tetapi kebutuhan yang semakin
meningkat tidak diimbangi dengan penguasaan pasar dalam negeri yang menyebabkan
impor methanol setiap tahun semakin meningkat pula. Berikut adalah data kebutuhan
methanol di Indonesia pada tahun 2010 sampai 2013.
Tabel I.4 Data Kebutuhan Methanol di Indonesia
2010 2011 2012 2013
Uraian
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
Produksi 620200 627800 635600 634400
Impor 192200 275900 261900 341500
Ekspor 430800 476800 438700 486800
Konsumsi 381400 426900 458700 498000
Kapasitas 660000 660000 660000 660000
Utilitas 62600 63400 64200 65000
Penguasaan Pasar DN 49600 35400 42900 31400
` (Sumber : BPS, 2013)

Anda mungkin juga menyukai