Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sorbitol (glusitol) adalah suatu gula alkohol yang dimetabolisme lambat di dalam
tubuh. Sorbitol diperoleh dari reduksi dekstrosa, mengubah gugus aldehid menjadi gugus
hidroksil, sehingga dinamakan gula alkohol. Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau
kandungan gula yang terdapat dalam : sayur, buah, sirup, sari pohon dan bersamaan
dengan fruktosa dalam madu. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltose dan laktosa pada hewan dan manusia. (Faith, 1975).

Sejak tahun 1950, sorbitol mengalami perubahan ekonomi dalam dunia sebagai
makanan, agen pemanis, penyetabil kelembapan, bahan dasar untuk produk lainnya.
Sorbitol digunakan sebagai pemanis buatan pada produk permen bebas gula dan sirup obat
batuk. Zat ini juga dikenal sebagai pemanis yang memiliki nilai gizi karena mengandung
energi sebanyak 2,6 kkal per gram.

Pada tahun 1975, produsen utama sorbitol adalah Roguette Freres dari Perancis. Di
Indonesia, salah satu produsen sorbitol yang sudah beroperasi adalah PT Sorini.
Perusahaan ini telah mengalami perkembangan dengan meningkatkan investasi dan
kapasitas produksi. Pada tanggal 28 Januari 2011, mayoritas saham perusahaan diakuisisi
oleh perusahaan pangan asal Amerika, Cargill, sehingga saat ini PT Sorini menjadi anak
perusahaan dari perusahaan tersebut.

PT Sorini telah mengoperasikan tujuh fasilitas pabrik di propinsi Jawa Timur dan
Lampung. Produk Sorini terdiri dari starch dan produk turunan starch termasuk sorbitol
cair dan bubuk, dextrose monohydrate, maltose dan maltodextrine, yang banyak digunakan
dalam produk konsumen seperti makanan dan minuman, kosmetik dan produk perawatan
tubuh serta farmasi. Kesuksesan yang telah diraih oleh perusahaan ini membuat perusahaan
lain berminat untuk membangun pabrik sejenis, seperti PT Sama Satria Pasifik dan PT
Budi Kimia Karya. Dengan munculnya produsen-produsen tersebut diperkirakan kompetisi
dalam industri sorbitol akan semakin berkembang.

1.2 Produksi Bahan Baku


Tepung tapioka merupakan salah satu jenis tepung yang berbahan baku utama
singkong. Singkong merupakan Kebanyakan tanaman singkong dapat dilakukan dengan
cara generative (biji) dan vegetatif (stek batang). Generatif (biji) biasanya dilakukan pada

I-1
skala penelitian (pemulihan tanaman) untuk menghasilkan varietas baru, singkong
lazimnya diperbanyak dengan stek batang. Para petani biasanya menanam tanaman
singkong dari golongan singkong yang tidak beracun untuk mencukupi kebutuhan pangan.
Sedangkan untuk keperluan industri atau bahan dasar untuk industri biasanya dipilih
golongan umbi yang beracun. Karena golongan ini mempunyai kadar pati yang lebih tinggi
dan umbinya lebih besar serta tahan terhadap kerusakan, misalnya perubahan warna
(Sosrosoedirdjo, 1993).

Kelebihan dari tanaman singkong pada pertanian kurang lebih (Lingga, 1986) adalah
sebagai berikut :
a. Dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur.
b. Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi.
c. Masa panen tidak diburu waktu sehingga bisa dijadikan lumbung hidup, yakni
dibiarkan pada tempatnya untuk beberapa minggu.
d. Daun dan umbinya dapat diolah menjadi aneka makanan.
Produksi singkong Indonesia dan Kandungan gizi dalam 100 gram singkong dapat
dilihat secara berurutan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Tabel 1.1 Data Produksi Singkong
Indikator Luas Panen Produksi
Satuan Ha Ton
2011 1.184.696 24.044.025
2012 1.129.688 24.177.372
2013 1.065.752 23.936.921
2014 1.003.494 23.436.384
2015 949.916 21 801 415
Sumber : (Kementrian Pertanian 2016)
Tabel 1.2 Kandungan Gizi dalam 100 gr Singkong
No. Banyaknya dalam ( per 100 g )
Unsur Gizi
1.1 1 Singkong putih Singkong kuning
1. Kalori (kal) 146,00 157,00
2. Protein (g) 1,20 0,30
3. Lemak (g) 0,30 37,90
4. Karbohidrat (g) 34,70 0,80
5. Kalsium (mg) 33,00 33,00
6. Fosfor (mg) 40,00 40,00
7. Zat Besi (mg) 0,70 0,70
8. Vitamin A (SI) 0 385,00
9. Vitamin B1 (mg) 0,06 0,06
10. Vitamin C (mg) 30,00 30,00
11. Air (g) 62,50 60,00
12. Bagian dapat dimakan (%) 75,00 75,00

I-2
Sumber : (Direktorat Gizi, 1998)

Saat ini produksi singkong Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan nasional
sehingga untuk memenuhi kebutuhannya harus mengimpor dari negara lain. Pada tahun
2003 produksi singkong seluruh dunia mencapai 189.100.000 ton dari luas area penanaman
17.570.000 Ha. Sebanyak 54% dihasilkan di Afrika, 29% di Asia dan sisanya tersebar di
seluruh dunia (Howeler, 2002). Di Indonesia singkong tersebut diolah mejadi berbagai
macam olahan makanan tetapi di sumatera bagian selatan banyak dikembangkan untuk
diekstrak menjadi tepung tapioka. Pada umumnya tepung tapioka berbentuk butiran pati,
komposisi pada tepung tapioka dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Komposisi Tepung Tapioka
Komponen %
Karbohidrat (pati) 87.87%
Air 7.80%
Protein 1.60%
Lemak 0.51%
Abu 2.22%
Total 100.00%
Sumber : (Depkes RI, 2003)

Tepung tapioka banyak digunakan sebagai bahan pembantu di industri contohnya di


industri makanan sebagai pengental dan bahan baku utama pembuatan sorbitol. Tepung
tapioka yang dikenal masyarakat terdapat dua macam yaitu tepung tapioka kasar dan halus.
Tepung tapioka kasar masih mengandung gumpalan dan butiran ubi kayu yang masih kasar
sedangkan tepung tapioka halus sudah tidak ada gumpalan lagi karena sudah diproses
terlebih dahulu dan tepung jenis ini yang biasa digunakan untuk pembuatan sorbitol.
Kualitas tepung tapioka dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
warna tepung, baiknya warna tepung tapioka yaitu putih.
kandungan air, tepung tapioka harus kering sehingga kandungan airnya harus
seminimal mungkin.
banyak serat dan kotoran, umur banyaknya serat dan kotoran yang digunakan
harus kurang dari 1 tahun karena kandungan zat patinya masih banyak.
tingkat kekentalan, daya rekat pada tepung tapioka tetap tinggi.

Perkembangan industri tepung tapioka cukup berkembang pesat di Indonesia,


contohnya di daerah provinsi Jawa Tengah. Di daerah tersebut jumlah industri pembuatan
tepung tapioka cukup banyak mengingat ketersediaan bahan baku yang melimpah dan
merupakan provinsi penghasil singkong terbesar di Indonesia. Industri tepung tapioka di

I-3
daerah tersebut dapat mengolah tepung tapioka sebesar 4000-5000 ton per hari. Pada tahun
2005, dinas pertanian mencatat terdapat 31 industri tepung tapioka dengan kapasitas
56.927,08 ton. Sedangkan untuk total produksi nasional tepung tapioka rata-rata tiap tahun
sebesar 15-16 juta ton per tahun. Ketersediaan lahan dan bahan baku yang cukup melimpah
serta didukung dengan banyaknya industri tepung tapioka diharapkan dapat menyuplai
kebutuhan pembuatan sorbitol.

1.3 Marketing Aspek


Sorbitol sangat berperan terhadap beberapa industri kimia terutama pada industri
makanan serta industri yang membuat kebutuhan sehari-sehari seperti pasta gigi dan lain-
lain. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan asia termasuk
Indonesia kebutuhan konsumsi sehari-hari semakin meningkat pula. Peningkatan konsumsi
masyarakat ini akan berdampak terhadap permintaan produk sorbitol.

Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan sorbitol di Indonesia diproduksi dalam negeri
serta impor dari luar negeri juga. Impor masih terus dilakukan karena peningkatan
konsumsi dalam negeri serta sorbitol dengan spesifikasi tertentu belum di produksi dalam
negeri. Namun, adanya impor dari luar negeri ini dapat menjadi ancaman produsen dalam
negeri sehingga untuk memproteksi produk dalam negeri pemerintah memberlakukan
regulasi kepada pengimpor untuk menambahkan bea masuk tambahan atau bea cukai
sebesar 5%.

Selain pasar dalam negeri produsen sorbitol juga melakukan ekspor ke luar negeri
hal ini dikarenakan konsumen di luar negeri selalu membayar tunai dan melakukan kontrak
penjualan jangka panjang sehingga dapat menjamin industri produsen sorbitol dalam
perencanaan produksinya. Selain itu, dari sisi ekonomi lebih menguntungkan karena dalam
kontrak ekspornya dinyatakan bahwa produsen sorbitol Indonesia akan memperoleh
pembebasan bea impor bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam
memproduksi sorbitol untuk tujuan ekspor. Oleh sebab itu kompetisi pasar internasional
dapat mendorong produsen sorbitol Indonesia untuk mengikuti perkembangan teknologi.

Melihat besarnya pasar dan juga masih adanya impor produk sorbitol menunjukkan
bahwa industri sorbitol memiliki prospek yang bagus untuk dalam negeri maupun luar
negeri, sehingga perlu didirikannya pabrik sorbitol di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan sorbitol sesuai spesifikasi yang diinginkan konsumen.

1.4 Prospek

I-4
Pabrik sorbitol telah berdiri cukup banyak di dalam negeri, akan tetapi berdasarkan
data yang dihimpun dari BPS menunjukan bahwa kebutuhan sorbitol dalam negeri cukup
besar dari tahun ke tahun. Kegiatan ekspor dari sorbitol sangat baik dan produsen lebih
banyak memilih untuk mengekspornya karena pasar luar negeri lebih menjamin dan
menjanjikan dalam segi transaksi.

Bahan baku pembuatan sorbitol ini sama seperti pada umumnya yaitu tepung
tapioka. Dengan kondisi negara Indonesia yang memiliki tanah yang luas dan subur akan
menjamin pasokan bahan baku tepung tapioka yang diolah dari tanaman singkong. Hal itu
dikuatkan dengan banyaknya beberapa produsen tepung tapioka di pulau Sumatera dan
Jawa. Dari seluruh keterangan diatas menunjukan bahwa pembangunan pabrik sorbitol
memberikan jaminan dan keuntungan yang sangat besar.

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa
jumlah impor sorbitol di bulan Januari hingga Juni 2015 secara kumulatif sebesar 596.327
kg per-bulan. Pengembangan produksi sorbitol diharapkan mampu membantu untuk
menekan jumlah impor sorbitol serta membantu menstabilkan keadaan ekonomi Indonesia
saat ini dengan meningkatakan jumlah ekspor.

1.5 Penggunaan Produk


Pabrik yang memanfaatkan sorbitol sebagai bahan baku terbaik pada beberapa jenis
industri, antara lain ;

Pasta Gigi
Pada pembuatan pasta gigi, jumlahnya lima kali lebih banyak daripada yang
dipergunakan dalam makanan atau industri farmasi. Sorbitol berfungsi sebagai penyegar
atau obat pencuci mulut, dapat mencegah kerusakan gigi dan memperlambat terbentuknya
caries gigi.

Bidang Kosmetik
Selain untuk pasta gigi, penggunaan sorbitol pada industri kosmetik antara lain untuk
pembuatan lotion atau cream yang berfungsi untuk mencegah penguapan air dan dapat
memperlicin kulit.

Bidang Makanan

I-5
Sorbitol umumnya ditambahkan pada makanan untuk memberikan ketahanan mutu
dasar yang dimiliki makanan tersebut selama dalam proses penyimpanan. Pada perusahaan
produsen permen, sorbitol diproses bersama gula agar permen yang dihasilkan menjadi
tahan lama.

Bidang Farmasi
Sorbitol merupakan salah satu bahan baku vitamin C. Selain itu sorbitol berfungsi
sebagai pemanis, sehingga sering digunakan sebagai bahan baku dasar obat berbentuk
syrup. Bagi penderita diabetes, sorbitol dapat dipakai sebagai bahan pemanis pengganti
glukosa, fruktosa, maltosa dan sukrosa. Untuk produk makanan dan minuman diet, sorbitol
memberikan rasa manis yang sejuk di mulut.
Kegunaan Lain
Pada industri tekstil, kulit, kertas dan semir sepatu, sorbitol digunakan sebagai bahan
pelunak dan stabilisator emulsi. Sedangkan pada industri rokok sorbitol digunakan sebagai
stabilisator kelembaban, penambah aroma dan menambah rasa sejuk.

Kegunaan Sorbitol pada Beberapa Produk


toothpaste vitamin C food and beverage pharmacy
5% 10%
5%
45%
15%
chemical industry others20%

Sumber : Sorini Agro Asia Corporindo, 2008

1.6 Konsumsi
Pada pendirian pabrik, analisa pasar untuk menentukan kapasitas pabrik sangat
penting. Dengan kapasitas yang ada, dapat ditentukan alat-alat yang digunakan, neraca
massa, neraca energi dan lain-lain. Untuk menentukan kapasitas pabrik diperlukan data-
data produksi dan pemakaian bahan, yang bisa diperoleh dari data Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Kemenperin sehingga nilai konsumsi produk dapat diketahui.

Tabel 1.4 Jumlah Impor-Ekspor Komoditas Sorbitol


Tahun 2011 2012 2013 2014
Jumlah Impor (kg) 3.277.815 2.054.980 3.466.476 3.014.757
Jumlah Ekspor (kg) 42.805.09 40.232.95 35.473.13 38.993.87
0 5 1 6

I-6
Kapasitas produksi sorbitol dari tepung tapioka ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan sorbitol dalam negeri pada khususnya dan luar negeri pada umumnya. Impor
sorbitol mengalami naik-turun dari tahun 2011 hingga 2014, akan tetapi rata-rata dari
jumlah impor sorbitol sebesar 2.953.507 kg per-tahun. Jumlah tersebut cukup besar dan
menunjukan bahwa sorbitol dibutuhkan di dalam negeri. Berdasarkan informasi dari
kemenperin menunjukan bahwa jumlah ekspor dari sorbitol ini cukup besar, 10 hingga 20
kali dari jumlah impor sehingga pembangunan pabrik ini akan memberikan keuntungan
yang besar dan diharapkan akan membantu pemenuhan sorbitol di dalam negeri dan
meningkatkan jumlah ekspor dari sorbitol.

Daftar Pustaka

Direktorat Gizi, D. R. (1998). Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia.

Faith, K. a. (1975). Industrial Chemical. New Jersey: Interscience Publication.

Howeler, R. (2002). Cassava Mineral Nutrition and Fertilization. Department of


Agriculture, Chatuchak, Bangkok, Thailand: CIAT Regional Office in Asia.

I-7
Kementerian Pertanian. (2015). Data Produksi Tanaman Pangan.

Lingga, P. (1986). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: PT. Cetakan.

Sosrosoedirdjo. (1993). Bercocok Tanam Ketela Pohon. Jakarta: CV. Yasaguna.

Sumarno, A. d. (2007). Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia,


Dalam Kedelai Tehnik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

I-8

Anda mungkin juga menyukai