Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNOLOGI & ISSN 2087-6920

INDUSTRI
Vol. 2 No. 1; Juli 2012

STUDI PROSES DEGUMMING CPO DENGAN ASAM FOSFAT DAN


PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MINYAK SAWIT

*YULI RISTIANINGSIH1, SUTIDJAN2, ARIEF BUDIMAN2


1
Staf pengajar Program Studi Teknologi Industri Pertanian
2
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada

Naskah diterima: 15 April 2012; Naskah disetujui: 28 Juni 2012

ABSTRAK

Degumming merupakan proses pemisahan gum yang tidak diinginkan yang dapat mengurangi
stabilitas produk hasil pengolahan minyak nabati. Tujuan dari proses degumming adalah untuk
memisahkan pengotor yang terkandung dalam minyak kasar meliputi getah atau lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu karbon, karbohidrat dan air dengan cara pengendapan,
penyaringan atau sentrifugasi sehingga dapat meningkatkan kualitas minyak dan memperpanjang
umur simpan minyak nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses degumming dan
pengaruhnya terhadap kualitas minyak. CPO yang direaksikan dengan asam fosfat dalam sebuah
reaktor tangki berpengaduk. Proses batch dijalankan selama 2 jam dengan memvariasikan suhu,
konsentrasi asam fosfat dan kecepatan pengadukan. Sampel diambil setiap 15 menit kemudian
dianalisis dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 650 nm untuk mengetahui
konsentrasi gum tersisa pada minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses degumming
berpengaruh terhadap kualitas dan karakteistik minyak. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa dengan proses degumming dapat menurunkan kadar fosfat dari 0,2405 menjadi 0,209
mg/100gr, bilangan peroksida yang semula 10,8225 berkurang menjadi 2,796 mg/kg, kandungan
logam Cu berkurang dari 0,3559 menjadi 0,2251 ppm. Akan tetapi kandungan besi (Fe), bilangan
asam, bilangan penyabunan, FFA setelah proses degumming mengalami kenaikan yang tidak
signifikan.

Kata kunci: degumming, CPO, bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan peroksida, FFA,
kandungan logam, spektrofotometer,

PENDAHULUAN

CPO merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara ekstraksi daging buah sawit dan
biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak terlarut dalam minyak. Pengotor ini harus
dihilangkan karena dapat mempengaruhi kualitasnya. Pengotor yang dikenal dengan sebutan gum
atau lendir ini terdiri dari fosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat, asam lemak
bebas (FFA), tokoferol, pigmen dan senyawa pengotor lainnya. Adanya pengotor pada minyak
akan berpengaruh terhadap penampilan fisik minyak, rasa, bau dan waktu simpan dari minyak.
Keberadaan pengotor ini akan menyebabkan minyak menjadi rusak karena masa simpan minyak
menjadi lebih pendek. Dengan demikian pengotor minyak harus dihilangkan atau dipisahkan dari
minyak nabati melalui proses pemisahan secara fisik maupun secara kimia (Zufarov dkk, 2008).
CPO disamping merupakan kebutuhan pangan juga merupakan bahan baku yang potensial
untuk energi terbarukan, khususnya biodiesel (Balat, 2011; Ma dan Hanna, 1999). Banyak usaha

*Korespondensi:
Telepon/nomor faks : 0512-21537
Email : risschma.tekim0213@gmail.com29
untuk mengganti CPO sebagai bahan baku biodiesel, akan tetapi semuanya masih terkendala
masalah kontinyuitas produksinya (Demirbas, 2009).
Proses pemurnian minyak nabati pada umumnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: a) proses
pemisahan gum (degumming), b) proses pemisahan asam lemak bebas (netralisasi), dengan cara
mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga terbentuk sabun, c)
pemucatan (bleaching) yang merupakan proses penghilangan komponen warna coklat seperti
karotenoid dan tokoferol, dan d) proses penghilangan bau (deodorisasi), merupakan proses
penghilangan asam lemak bebas dan komponen penyebab bau tidak sedap seperti peroksida, keton
dan senyawa hasil oksidasi lemak lainnya (Copeland dan Maurice, 2005).
Proses degumming CPO dapat dilakukan dengan cara CPO direaksikan dengan asam fosfat
atau asam sitrat. Komponen utama yang akan dipisahkan pada proses degumming ini adalah
fosfatida. Senyawa fosfatida ini akan menimbulkan warna dan rasa yang tidak diinginkan serta
bisa mengurangi nilai simpan minyak (Madya dan Azis, 2006).
Senyawa fosfatida dalam minyak terdiri dari dua macam yaitu fosfatida hydratable (HP)
dan fosfatida non hydratable (NHP). Fosfatida hydratable mudah dipisahkan dengan penambahan
air pada suhu rendah sekitar 40 0C. Penambahan air ini, menyebabkan fosfolipid akan kehilangan
sifat lipofiliknya dan berubah menjadi bersifat lipofobik sehingga bisa dipisahkan dari minyak
(Dijkstra and Opstal, 1987).
Fosfatida non hydratable (NHP) harus dikonversi terlebih dahulu menjadi fosfatida
hydratable. Konversi fosfatida non hydratable menjadi fosfatida hydratable ini dilakukan dengan
penambahan larutan asam dan dilanjutkan dengan proses netralisasi. Biasanya asam yang
digunakan pada proses degumming adalah asam fosfat dan asam sitrat (Thiagarajan dan Tang,
1991).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, proses degumming CPO dengan asam fosfat
mengindikasikan bahwa mekanisme perpindahan massanya diawali dengan transfer massa gum
yang terikat pada fase minyak ke gum bebas pada fase asam fosfat. Setelah terjadi transfer massa
gum dari fase minyak ke fase larutan asam kemudian terjadi reaksi antara gum dengan asam fosfat
dan selanjutnya mengendap. Perpindahan massa ini berlangsung jika terjadi kontak antara fase
minyak dan fase asam dilakukan dalam tangki berpengaduk. Adanya asam fosfat ini dapat
mengkonversi fosfatida non hydratable menjadi fosfatida hydratable sehingga gum dapat
dipisahkan dari minyak. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa reaksi gum dengan asam
fosfat terjadi di fase asam fosfat.
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, sudah cukup banyak penelitian yang
membahas tentang degumming CPO. Penelitian-penelitian tersebut biasanya lebih menitik
beratkan pada pembahasan mengenai pengaruh proses degumming pada karakteristik minyak
sebelum dan sesudah proses dilakukan dengan berbagai metode proses degumming. You dkk.
(2000) melakukan penelitian tentang pengaruh proses degumming menggunakan asam fosfat
terhadap penurunan kandungan karoten yang terdapat dalam CPO. Wei dkk. (2004) mempelajari
pengaruh proses degumming dan bleaching terhadap karakteristik CPO dengan metode adsorbsi

30
menggunakan neutral dan acid activated clays. Madya dan Azis (2006) mempelajari pengaruh
degumming menggunakan asam fosfat pada beberapa CPO dengan kandungan asam lemak bebas
(FFA) yang berbeda terhadap sifat fisik kimia minyak yang meliputi kadar FFA, bilangan
peroksida, kandungan fosfor, kadar air dan kandungan logam (besi tembaga). Dari penelitian yang
ada, hanya beberapa yang membahas secara mendalam tentang pengaruh proses degumming
terhadap karakteristik minyak. Sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilakukan mengingat
proses degumming merupakan tahapan awal dalam proses pemurnian minyak dan sangat
menentukan pada tahapan proses pemurnian minyak selanjutnya.

METODE PENELITIAN

Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO yang merupakan bahan baku utama
dari proses degumming. CPO ini sebelum dgunakan sebagai bahan baku, terlebih dahulu dilakukan
analisis diantarannya: analisis nilai FFA, bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan peroksida,
kandungan logam (Cu dan Fe). Bahan baku utama untuk proses degumming selain CPO adalah
larutan asam fosfat 85% yang dibuat dengan konsentrasi tertentu. Selain bahan baku utama dalam
penelitian ini juga digunakan bahan pendukung yang meliputi: natrium hidroksida 99%, asam
klorida 37%, alkohol 96%, kalium hidroksida 85% dan aquades. Bahan-bahan pendukung tersebut
digunakan sebagai bahan untuk analisis sifat fisis dan kimia dari CPO.

Alat
Alat penelitian degumming CPO dengan asam fosfat dijalankan dalam reaktor batch (labu
leher tiga) berpengaduk dilengkapi waterbath, seperti terlihat pada Gambar 2. Labu leher tiga
bertindak sebagai reaktor batch yang merupakan tempat berlangsungnya proses degumming CPO
dengan asam fosfat. Hot plate stirrer berfungsi sebagai pemanas. Temperatur berfungsi sebagai alat
kontrol suhu yang membantu untuk mempertahankan suhu sesuai dengan rancangan penelitian.
Magnetic stirrer digunakan sebagai pengaduk agar distribusi komponen dalam tangki lebih merata
sehingga proses degumming berlangsung lebih sempurna. Karet sumbat berfungsi untuk menjaga
agar tidak terjadi perpindahan panas dari sistem atau ke dalam sistem.

Proses Degumming CPO


Penelitian diawali dengan memasukkan 100 ml CPO dan asam fosfat 1,5% volume (sebagai
variabel konsentrasi asam fosfat) ke dalam reaktor batch (labu leher tiga). Kemudian proses
degumming dijalankan pada suhu tetap 80 0C dengan kecepatan pengadukan 300 rpm selama 2
jam. Setelah proses degumming selesai kemudian diambil sampel sebanyak 10 ml. Sampel
kemudian disentrifusi selama 30 menit dan dipisahkan endapan gum dari minyak.

31
Gambar 1. Rangkaian alat penelitian

Analisis Data
Konsentrasi gum sisa pada minyak setiap saat yang diperoleh dari percobaan dianalisis
menggunakan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 650 nm (Zufarov et al.,
2008). Untuk mengetahui konsentrasinya dibuat kurva standar yang diperoleh dengan cara
mencampur minyak sawit kasar (CPO mentah) dengan minyak sawit jernih dari PT. Bina Karya
Prima, Bekasi. Campuran dibuat pada berbagai perbandingan berat, kadar gum total diperoleh dari
percobaan degumming memakai NaOH.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas CPO sangat menentukan proses pemurnian minyak. Semakin banyak kandungan
pengotor dalam minyak maka dibutuhkan biaya proses pemurnian yang lebih mahal. Selain itu
kualitas CPO ini sangat berpengaruh terhadap umur simpan dari minyak itu sendiri. Semakin baik
kualitasnya maka umur simpan minyak akan semakin lama. Dalam penelitian ini, karakteristik
minyak yang dianalisis meliputi bilangan asam, bilangan penyabunan, FFA, bilangan peroksida,
total fosfat, kandungan logam (Fe dan Cu). Dengan mengetahui beberapa karakteristik tersebut
maka kita bisa menentukan tingkat kualitas minyak sehingga bisa dilakukan perancangan untuk
proses pemurnian selanjutnya. Hasil analisis pengaruh proses degumming terhadap karakteristik
CPO disajikan pada Tabel 1.

32
Tabel 1. Karakteristik Minyak Sebelum dan Sesudah Proses Degumming
Sebelum
Sesudah
No Karakteristik CPO Degummin
Degumming
g
1. Bilangan asam (mg/gr) 6,47 6,49
2. FFA, % 3,29 3,31
3. Bilangan penyabunan 175,76 186,98
(mg/gr)
4. Total fosfat (mg/100 gr) 0,2405 0.209
5. Bilangan peroksida 10,8225 2,796
(mg/kg)
6. Kadar Fe (ppm) 4,7108 5,427
7. Kadar Cu ( ppm) 0,3559 0,2251

Bilangan Asam dan FFA


Menurut Kusnandar (2010) bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah
asam lemak bebas yang terkandung dalam lemak/ minyak yang biasanya dihubungkan dengan
proses hidrolisis lemak/ minyak. Selain itu bilangan asam suatu minyak juga bisa didefinisikan
sebagai jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan FFA dalam 1 gram. Adanya
FFA dalam minyak akan mudah terhidrolisis menjadi ketonik yang menyebabkan ketengikan yang
disebut hydrolitic rancidity yaitu ketengikan yang terjadi akibat adanya proses hidrolisa. Semakin
besar kandungan FFA dalam minyak, semakin besar jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menetralisasi, berarti semakin besar bilangan asam dari minyak tersebut. Tingginya nilai bilangan
asam merupakan suatu indikasi terjadinya penurunan mutu. Adanya gum dalam minyak akan
mempercepat terjadinya peristiwa hidrolisis dan oksidasi pada minyak yang menyebabkan
semakin tingginya kadar asam lemak bebas dalam minyak tersebut. Kandungan air yang terdapat
dalam minyak akan menyebabkan terjadinya proses hidrolisis dalam minyak yang menyebabkan
semakin tingginya nilai FFA (Winarno, 1997).

Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan memiliki korelasi dengan bilangan asam dan kekentalan. Penurunan
bilangan penyabunan berkorelasi dengan penurunan nilai bilangan asam karena jumlah asam
lemak yang terdapat dalam minyak berkurang, juga diikuti penurunan kekentalan. Pada penelitian
ini menunjukkan hasil bahwa proses degumming menggunakan asam fosfat dapat meningkatkan
bilangan penyabunan sama halnya dengan bilangan asam dan nilai FFA yang juga meningkat.

Fosfatida
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 3.1 memperlihatkan bahwa
dengan proses degumming kadar fosfatida dalam minyak berkurang dari 0,2405 mg/100 gr
menjadi 0,209 mg/100 gr) atau berkurang sebesar 13,1% hal ini dikarenakan dengan penambahan

33
asam fosfat akan mengubah fosfatida yang bersifat non hydratable (NHPL) menjadi fosfatida yang
bersifat hydratable (HPL) sehingga bisa dipisahkan dari minyak.

Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan kerusakan pada produk
minyak atau lemak. Menurut Winarno (1997), bilangan peroksida merupakan ukuran kesegaran
atau keadaan terjadinya autooksidasi lemak/minyak. Penyebab proses autooksidasi pada
minyak/lemak adalah adanya prooksidan dalam minyak seperti kandungan asam lemak bebas yang
tinggi dan adanya air yang dapat menghidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas.
Djatmiko dan Widjaja (1984), menyampaikan bahwa minyak cenderung untuk bereaksi
dengan oksigen secara autooksidasi, tidak saja tergantung pada komposisi asam lemaknya, tetapi
juga pada komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Keberadaan bahan yang bersifat
antioksidan alami seperti karotenoid dan tokoferol atau beberapa logam berat tertentu seperti
tembaga dan besi dapat juga bertindak sebagai prooksidan. Dengan demikian, rendahnya nilai
bilangan peroksida pada minyak sawit dapat dihubungkan dengan kandungan sejumlah karotenoid
dan tokoferol yang dapat berperan juga sebagai antioksidan, sehingga proses oksidasi lemaknya
lebih dapat dicegah.
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 1 terlihat bahwa bilangan
peroksida sebelum dan sesudah proses degumming mengalami penurunan sekitar 74,16% yakni
dari 10,8225 menjadi 2,796 mg/kg.

Kandungan Fe dan Cu
Minyak hasil ekstraksi dari tumbuhan memiliki kandungan residu logam seperti Fe dan Cu.
Adanya kandungan logam dalam minyak ini mengakibatkan warna yang tidak menarik pada
minyak sehingga keberadaannya harus dihilangkan. Proses degumming merupakan proses
pemisahan pengotor yang terkandung didalam minyak seperti fosfolipida, gum, residu logam
seperti Fe dan Cu yang terkandung dalam fosfatida non hydratable (NHPL). Komponen ini tidak
stabil terhadap panas dan akan terdekomposisi pada suhu tinggi sehingga komponen Fe dan Cu ini
dapat terpisah dari minyak dengan pemanasan pada proses degumming.
Penelitian proses degumming CPO dengan asam fosfat yang telah dilakukan dapat
mengurangi nilai kandungan logam berat. Logam Cu berkurang dari 0,3559 menjadi 0,2251 ppm.
Akan tetapi untuk logam Fe terjadi kenaikan yang semula 4,7108 menjadi 5,427 ppm. Kenaikan
kandungan Fe dalam minyak ini dikarenakan adanya asam fosfat yang belum bereaksi sehingga
mengakibatkan nilai FFA meningkat dan minyak bersifat asam.

34
UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. I Made Bendiyasa, Ph.D dan Prof. Panut
Mulyono, D.Eng atas masukan, diskusi dan saran pada tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Balat, M., 2011, Potential Alternatives to Edible Oils for Biodiesel production- A Review of
Current Work, Energy Convers Manage 52, Issue 2, 1479-1492.

Copeland, D. and .Maurice, B.W., 2005, Vegetable Oil Refining, U.S. Patent 6844458.

Demirbas, A, 2009, Progress and Recent Trend in Biodiesel Fuels, Energy Convers Manage, 50,
14-34.

Dijkstra, A.J. and Opstal, M.V., 1987, Process for Producing Degummed Vegetable Oils and
Gums of High Phospholipidic Acid Content, U.S. Patent 4.698.185.

Ma, F. and Hanna, M.A., 1999, Biodiesel production: a Review, Bioresour Technol, 70, 1-15.

Madya, M.N.A. and Aziz, M.M.K, 2006, Process Design in Degumming and Bleaching of Palm
Oil, Centre of Lipids Engineering and Applied Research (CLEAR), Universiti Teknologi
Malaysia, Vote No.74198.

Thiagarajan, T. and Tang, T.S., 1991, Refinery Practices and Oil Quality, PORIM International
Palm Oil Conference (Chemistry and Technology), 1: 254-266.

Wei, P.C., May, C.Y., Ngan, M.A. dan Hock, C.C., 2004, Degumming and Bleaching: Effect On
Selected Constituents Of Palm Oil, Journal of Palm Oil Research, 16 (2): 57-63.

You, L.L., Bahafun, B.S., Che Man, Y.B. dan Takagi, S., 2000, Effect Of Degumming Process On
Chromatographic Separation Of Carotenes From Crude And Degummed Palm Oil,
Department of Food Technology Faculty of Food Science and Biotechnology University
Putra Malaysia Selangor D.E., Malaysia and Department of Clinical Nutrition Faculty of
Medical Welfare Kawasaki University of Medical Welfare Japan.

Zufarov, O., Sekretar, S. and Schmidt,S., 2008, Degumming of Repeseed and Sunflower Oil, Acta
Chimica Slovaca, Slovak University of Technology, 1: 321 328.

35

Anda mungkin juga menyukai