Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Faktor yang harus diperhatikan dalam mendirikan suatu pabrik adalah

adanya peluang pasar / market share. Berikut tabel untuk menghitung peluang pasar

Asetilen :

Tabel 1.1 Data untuk menghitung peluang pasar


Tahun Produksi Ekspor Konsumsi Impor

2017 360.000(1) ton 0(2) ton 590.800(3) ton 39.930,076(4) ton


Sumber :(1)PT. Samator Gas, Gresik
(2)
dan (4) Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017
(3)
Diolah dari data Statistik Industri Manufaktur,BPS 2015

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 maka peluang pasar asetilen dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Peluang Pasar = (Ekspor + Konsumsi) – (Impor + Produksi)


= ( 0 + 590.800 ) ton – ( 39.930,076 + 360.000) ton
= 190.869,924 ton/tahun

Asetilen (C2H2) adalah gas yang tidak berwarna, mudah terbakar,

dengan bau mirip bawang putih. Asetilen adalah gas sintetis yang diproduksi dari

reaksi kalsium karbid dengan air, dan disimpan dalam silinder yang berisi cairan

aseton. Asetilen banyak digunakan dalam industri pengerjaan logam (cutting and

welding) dan pembuatan bahan kimia seperti vinyl chloride (Kirk and Othmer,

1987).
1.2 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi dapat ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa

hal, yaitu :

1. Kebutuhan Pasar

Konsumsi asetilen di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 930.850 Ton

dengan produksi sebesar 360.000 Ton. Produksi tersebut belum memenuhi

kebutuhan dalam negeri sehingga dilakukan impor yang mencapai

39.930,076 Ton.

2. Pabrik serupa yang memproduksi asetilen dengan kapasitas produksi sebesar

50.000 Ton/tahun pada BASF Company yang berdiri di Lousiana Chemical

Complex, Lousiana. (www.icis.com)

Berdasarkan 2 pertimbangan di atas maka dapat ditentukan kapasitas pabrik

asetilen yang akan didirikan yaitu 150.000 Ton/tahun.

1.3 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi pabrik untuk pendirian pabrik asetilen dapat dilihat pada

tabel 1.2 dibawah ini :

Tabel 1.2 Penilaian alternatif lokasi pabrik Asetilen dengan metode scoring
Faktor yang diperhatikan
Alternatif
Bahan Baku Tenaga Transportasi Utilitas Jumlah
Lokasi
(40%) Kerja (30%) (20%) (10%)
Gresik 5 x 40 = 200 4 x 30 = 120 5 x 20 = 100 4 x 10 = 40 460
Cilegon 4 x 40 = 160 4 x 30 = 120 5 x 20 = 100 5 x 10 = 50 430
Pekalongan 3 x 40 = 120 4 x 30 = 120 5 x 20 = 100 3 x 10 = 30 370
Keterangan : (1) Sangat buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, (5) Sangat Bagus
Keempat faktor diatas memiliki bobot masing-masing, bahan baku sangat

penting sehingga berbobot 40, tenaga kerja 30, transportasi 20 dan utilitas 10.

Berdasarkan Tabel 2.1, alternatif lokasi yang dipilih adalah kota Gresik, Jawa

Timur dengan alasan sebagai berikut :

1. Bahan baku, kota Gresik cukup dekat dengan lokasi pengambilan bahan baku

berupa kalsium karbida yang diperoleh dari PT. Emdeki Utama.

2. Tenaga kerja, Penduduk wilayah kota Gresik dilihat dari segi Pendidikan

minimal SMA sederajat sebanyak 5.045.622 jiwa, Diploma I/II/III 328.575

jiwa dan Sarjana 1.497.458 jiwa dapat dijadikan sebagai tenaga kerja.

3. Transportasi, sarana transportasi yang ada di kota Gresik sudah cukup

memadai baik transportasi darat maupun laut. Dengan fasilitas jalan yang

bagus dan terdapatnya pelabuhan yang mempermudah pengiriman produk.

4. Utilitas, persediaan air cukup memadai karena kota Gresik dekat dengan laut

sehingga kebutuhan utilitas pabrik dapat terpenuhi.

1.4 Informasi Umum Proses

Pembuatan asetilen dilakukan dengan proses elektrotermal menggunakan

bahan baku CaC2 dan air di dalam reaktor tangki berpengaduk. Reaktor bekerja

pada temperatur <150 oC dan tekanan 1 atm (Kirk & Othmer, 1987). Reaksi yang

terjadi didalam reaktor adalah sebagai berikut:

CaC2 + 2 H2O  C2H2 + Ca(OH)2

Selain proses elektrotermal, pembuatan asetilen dapat dilakukan dengan proses

pembakaran parsial. Bahan baku hidrokarbon dapat berupa metana, LPG, atau nafta
kemudian secara terpisah dipanaskan dan dicampur dengan oksigen. Pemanasan

terpisah terjadi jika metana dipanaskan sampai 650 oC dan nafta sampai 320 oC.

Oksigen dan umpan hidrokarbon dicampur dalam venturi dan diteruskan ke blok

burner dengan >100 saluran. Kecepatan campuran gas di saluran disimpan cukup

tinggi untuk menghindari penyumbatan tapi cukup rendah untuk menghindari

ledakan. Stabilitas api dapat ditingkatkan dengan penambahan sejumlah kecil

oksigen yang dialirkan dari ruang antara saluran. Sekitar sepertiga dari umpan

metana dipecah menjadi asetilen dan sisanya dibakar. (Kirk & Othmer,1987)

Dari uraian proses diatas, dipilih proses elektrotermal dengan sebagai berikut:

1. Kebutuhan energi untuk pembuatan asetilen dapat dibuat, terlepas dari

penggunaan hidrokarbon sebagai bahan baku.

2. Konsumsi hidrokarbon dapat dikurangi hingga 50%.

3. Apabila energi listrik tersedia dalam kondisi menguntungkan (tenaga nuklir,

tenaga air, batu bara murah) dan/atau ketersediaan hidrokarbon terbatas maka

proses elektrotermal akan lebih ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai