Anda di halaman 1dari 10

NTT Butuh Pemimpin Perubahan

By Redaksi Timor

Posted on September 11, 2017 @09:45

BERSAMA. Para bakal calon gubernur NTT dan panelis pose bersama usai diskusi publik bertajuk NTT
Mencari Pemimpin di Aula Restoran Boplo, Jl. Gereja Sta. Theresia, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/9).

OBED GERIMU/TIMEX

Diskusi Publik NTT Mencari Pemimpin

JAKARTA, TIMEX-Adu strategi dan gagasan membangun NTT tampak mewarnai diskusi publik bertajuk
NTT Mencari Pemimpin di Aula Restoran Boplo, Jl. Gereja Sta. Theresia, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu
(9/9).

Hadir para bakal calon Gubernur NTT yakni Ibrahim Agustinus Medah, Melki Laka Lena, Daniel Tagu
Dedo, Honing Sanny, Iryanto Djo dan Adrianus Garu.

Diskusi yang dipandu Wapemred Indonesiakoran Yon Lesek itu menghadirkan tiga panelis, yakni, Dr.
Avanti Fontana (Pakar Inovasi Universitas Indonesia), Robert Endi Jaweng (Pakar Otonomi Daerah) dan
Dr. Frederikus Fios (Pakar Filsafat Politik).

Diawali dengan paparan tentang NTT Dalam Angka, dimana dari data tersebut diketahui bahwa NTT
masih jauh tertinggal dalam bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan sejumlah bidang
pembangunan lainnya.

Para bakal calon pun kemudian diminta menanggapi data riset tersebut. Honing Sanny yang mendapat
kesempatan pertama, mengatakan, agar bisa keluar dari kemiskinan yang membelenggu NTT,
dibutuhkan pemimpin yang benar-benar mengetahui kondisi masyarakatnya.

Ia menyebutkan, sesuai data lembaga riset, NTT saat ini secara nasional berada di posisi keempat
sebagai daerah terkorup. Itu sebabnya, dia mempertanyakan apakah karena korupsi NTT miskin, atau
karena miskin membuat pemimpin menjadi rakus.
Orang miskin harus dipimpin oleh orang yang mengerti orang miskin. Dan hanya orang miskin yang
membantu orang miskin. Orang kaya hanya mengeksploitir orang miskin, salah satu contohnya adalah
tingginya human trafficking di NTT, ungkap politisi muda PDIP itu.

Berbekal pengalaman selama tujuh tahun di DPR RI, Honing mengaku telah mengetahui kondisi riil NTT.
Dan hal itu menjadi dasar baginya untuk memberanikan diri menjadi calon gubernur.

Ketika menjadi cagub, maka saya harus memberikan solusi bagi semua persoalan mendasar di NTT. NTT
butuh pemimpin bersih dan membawa perubahan. Saya selalu mengampanyekan politik murah dan
pemerintahan bersih. Kalau mendapat dukungan maka saya akan bekerja bersama orang-orang yang
punya skil spesifik, karena saya tidak sendiri, jelas Honing.

Bakal calon gubernur Daniel Tagu Dedo mengatakan, pemimpin NTT harus lebih hebat dari sosok
mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), karena memimpin NTT memiliki
tantangan yang luar biasa.

Kalau DKI punya PAD Rp 69 triliun, NTT hanya Rp 800 miliar. Begitu juga kalau di DKI, gubernur yang
angkat wali kota, sementara di NTT bupati/wali kota diangkat oleh rakyat. Sehingga tidak heran kalau
saya berkali-kali lihat Pak Frans Lebu Raya (Gubernur NTT, Red) undang para bupati, yang datang cuma
asisten, ungkap bekas Dirut Bank NTT itu.

Daniel juga membagi pengalamannya membangun Bank NTT yang awalnya penuh dengan keterbatasan
baik produk, SDM dan infrastruktur, hingga kini telah berkembang pesat.

Saya harus memilih strategi marketing dimana kita tidak bisa unggul di semua lini. Itu sebabnya setiap
tahun saya buka tiga kantor baru. Dulunya hanya 54 kantor. Kini menjadi 200 kantor. Aset yang semula
hanya Rp 2 triliun, saat saya pimpin naik menjadi Rp 12,6 triliun. Begitu pula karyawan dari 487 menjadi
2000 lebih orang, termasuk peningkatan laba yang signifikan, papar dia.

Menurutnya, menjadi Gubernur NTT, membutuhkan kesiapan yang matang, karena memimpin NTT
memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dan berbeda dengan wilayah lain.

Saya juga sebenarnya ketakutan untuk maju mencalonkan diri. Saya baru jadi Dirut Bank NTT saja
sudah 137 surat laporan ke KPK, Kejaksaan dan Kepolisian bahwa saya korupsi. Wilayah ini ngeri banget.
Jadi harus siap dalam segala hal. Jangan coba-coba jadi gubernur kalau tidak siap untuk di-buly. Mudah-
mudahan kalau Tuhan berkenan saya siap mengabdikan diri saya untuk NTT, tandas dia.

Daniel menambahkan, pemimpin NTT harus mampu membangun ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan
dana betul-betul berpihak kepada rakyat.

Dirinya menegaskan bahwa NTT sesungguhnya tidak miskin, tapi hanya memiliki perencanaan yang
buruk. Kenapa ada daerah yang maju dan ada yang tertinggal. Persoalan pertama adalah perencanaan.
Tidak berani membuat terobosan. Karena itu kalau Tuhan berkenan, saya akan membuka banyak
industri baru. Kita akan menjadi provinsi garam. Saya akan menyetop pengiriman tenaga kerja ke luar
negeri karena tanggung jawab pemerintah adalah mempersiapkan lapangan kerja, sebut dia.

Agar dapat bekerja dengan nyaman, Daniel juga mengaku jika terpilih maka ia akan bekerja sama
dengan KPK dari awal perencanaan sampai eksekusi setiap proyek besar yang akan dilakukan.

Saya juga akan membangun pusat riset untuk ekonomi maritim dan pariwisata untuk SDM yang cerdas
dan anti korupsi, imbuhnya.

Sedangkan, Ibrahim Medah pada kesempatan itu, mengatakan, NTT telah masuk dalam tahap krisis,
untuk itu pemimpin NTT harus mampu menyelesaikan persoalan kemiskinan tersebut.

Kemiskinan di NTT itu disebabkan karena pertanian kita belum maksimal, karena 80 persen
pendudukan kita hidup dari sektor pertanian. Mayoritas masyarakat hidup dari pertanian dan kalau hal
itu tidak diselesaikan lalu peredaran uang juga makin menurun, maka masyarakat itu makin sengsara
dan sangat memrihatinkan, ungkap senator asal NTT itu.

Selanjutnya, Melki Laka Lena selaku Cagub dari Partai Golkar, mengatakan, dari realita NTT saat ini, salah
satu persoalan yang paling sulit diatasi adalah terjadinya konflik antar pemimpin, daerah dan sektoral.

Sehingga pemimpin NTT ke depan, jelas Melki, harus memiliki kemampuan konsolidasi dan rekonsiliasi
yang kuat dan dibangun di atas berbagai konflik yang terjadi baik itu konflik antar pemimpin dan daerah
atau sektor, sehingga mampu mengonsolidasikan NTT dengan maksimal.

Problem kita banyak, tetapi kalau diselesaikan secara sendiri-sendiri oleh masing-masing orang dan
sektor, saya kira NTT sulit bangkit. Untuk itu harus melibatkan banyak orang, kata politisi muda Partai
Golkar itu.
Wakasekjen DPP Partai Golkar itu menambahkan, untuk membangkitkan NTT dari ketertinggalan
pembangunan, maka harus ada kolaborasi yang dilakukan seorang pemimpin dengan semua potensi
sumber daya manusia yang dimiliki.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah semua itu bisa disinergikan menjadi sebuah kerja bersama. Ke
depan setiap desa/kelurahan harus memiliki minimal satu potensi unggulan, begitu juga setiap
kecamatan minimal dua dan kabupaten minimal tiga potensi unggulan, sehingga semua itu akan
menjadi kekuatan NTT, jelas dia.

Bakal calon gubernur NTT Iriyanto Djo pada kesempatan itu juga mengatakan, pemimpin NTT ke depan
adalah orang yang memiliki keberanian, integritas tinggi dan passion.

Jadi seorang pemimpin itu, antara perkataan dan perbuatan harus sama, dan harus melihat jabatan itu
sebagai sebuah panggilan hidup dan melakukan kolaborasi dalam memimpin untuk bergerak bersama-
sama, kata dia.

Sementara Adrianus Garu mengatakan seorang pemimpin NTT harus mampu mengubah paradigma
disesuaikan karakter wilayah dan kondisi riil masyarakat.

Pemimpin harus tidak duduk diam dan tidak banyak bicara. Selama ini ada iri dan dengki antara
pemimpin sehingga kita tidak mampu membangun. Untuk itu jangan mau disuruh dan dibohongi orang,
tapi betul-betul kesadaran dari masyarakat memilih pemimpin, kata senator asal NTT itu.

Adrianus yang juga Ketua DPP Partai Hanura menambahkan, dirinya juga telah menggalang gerakan
Seribu Rupiah Bersama Masyarakat.

Masa mau dukung Jokowi kita kumpul-kumpul duit, mau jadi orang NTT lebih baik koq nggak mau,
tandas dia.

Politisi muda yang akrab disapa Andre itu menambahkan, sebagai balon gubernur, ia mengusung moto,
bekerja bersama masyarakat dan belajar bersama masyarakat. Karena guru yang paling mulia ada di
masyarakat, tegas dia.
Panelis Avanti Fontana dalam tanggapannya, mengatakan dari paparan para balon diketahui NTT
mengalami kemiskinan paradigma dan materi, dimana kondisi itu akan bisa teratasi apabila seorang
pemimpin NTT kaya akan pola pikir.

Jadi apabila kita mengatakan kemiskinan itu adalah persoalan, maka menurut saya itu adalah akibat. Ini
juga menjadi hal yang harus kita sepakati, bahwa kita melihat kemiskinan dari sisi mana, apakah hal ini
adalah persoalan atau akibat. Kalau sebagai akibat maka kita akan lebih mudah menyepakati cara untuk
menyelesaikan masalah, kata Avanti.

Menurutnya, semua yang disampaikan para Balon gubernur terkait syarat pemimpin NTT, adalah
merupakan karakter pemimpin yang seharusnya ada.

Jadi bagi saya dari yang disampaikan tidak ada yang baru. Bisa saja masing-masing calon hanya punya
satu trik yang menonjol. Sehingga harus mampu bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang tidak hanya
dalam jabatan struktural tersebut untuk mengolaborasikan integritas, kemampuan mengamati setiap
masalah secara kontekstual dan memformulasikan pemecahan masalah yang tepat, kreatifitas dan
mengeksekusi ide-ide. Pemimpin juga harus mampu berinovasi dengan mau belajar, menjadi
kolaborator dan moderator rekonsiliator dan change maker, jelas doktor perempuan berdarah Sikka
itu.

Ia menambahkan, integritas seorang pemimpin harus diikuti dengan ide-ide yang brilian sesuai dengan
konteks masyarakat yang dihadapi termasuk inisiatif perubahan.

Sementara itu, Frederikus Fios mengatakan, seorang pemimpin NTT harus mampu memberikan
kepastian kepada masyarakat ketika ketidakpastian itu dihadapi masyarakat. Dalam situasi yang aneh,
seorang pemimpin harus mampu memberikan kepastian akan sesuatu yang tidak pasti, kata Frederikus.

Ia mengatakan, pemimpin NTT harus membawa masyarakat menjadi kebaikan bersama dan
berkeadilan. Pemimpin harus membawa NTT menjadi surga yang baru, sehingga kemiskinan itu
menjadi neraka bagi orang NTT. Jadi pemimpin itu juga harus mendedikasikan potensi dirinya untuk
kebaikan bersama, imbuhnya.

Pemimpin NTT, lanjut dia, juga harus menjadi orang pertama yang memahami prinsip dasar hal yang
baik dan memiliki hati nurani serta mampu memberikan konsep yang baik pula pada pembangunan
masyarakat sehingga menciptakan kebaikan bersama.
Sementara itu, Robert Endi Jaweng menambahkan, pemimpin NTT harus mampu membawa perubahan
di segala bidang bagi daerahnya.

Seorang pemimpin kata dia, harus memiliki kesadaran akan geografis wilayah, administrasi dan
ekonomi. Kan kita membangun manusia dalam konsteks geografis dimana NTT adalah wilayah
kepulauan, kata dia.

Turut hadir dalam diskusi publik tersebut para tokoh diaspora NTT di Jakarta seperti Mayjen TNI (Purn)
Jan Pieter Ate, Petrus Salestinus, Gabriel Goa dan sejumlah tokoh muda asal NTT. (joo/fmc/ito)
Melki Ungguli Jacki Uly

By Redaksi Timor

Posted on September 5, 2017 @10:32

OBED GERIMU/TIMEX

Hasil Survei DPP Golka

JAKARTA, TIMEX-Tim Pilkada Pusat Partai Golkar (PG) kembali melakukan rapat internal guna
menetapkan calon/Paslon untuk Pilkada Serentak 2018 di NTT.

Rapat yang dipimpin Ketua Tim Pilkada Pusat sekaligus Ketua Harian DPP PG, Nurdin Halid berlangsung
tertutup di Aula Lantai 4 Gedung DPP PG, Jl. Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat, Senin (4/9).

Penetapan calon/Paslon dilakukan DPP PG setelah mengkaji dan mempertimbangkan hasil survei LSI
Deny JA yang dipaparkan dalam rapat tersebut.

Ketua Korbid Pemenangan Pemilu Indonesia II DPP PG, Ahmad Hidayat Mus yang diwawancarai Timor
Express, mengatakan, DPP PG telah menetapkan Emanuel Melkiades Laka Lena sebagai calon kepala
daerah/wakil kepala daerah di Pilgub NTT. DPP Golkar sudah putuskan pak Melki dan ini masih terus
menjadi pembicaraan di internal partai, kata Ahmad.

Ia mengatakan, pasca penetapan Melki Laka Lena, DPP PG masih akan melakukan pembicaraan dengan
DPP NasDem, termasuk partai koalisi pemerintah lainnya.

Jujur saja, calon yang diusung DPP Golkar dan calon dari DPP NasDem itu sudah sepakat (Jacki-Melki,
Red), tapi rapat Tim Pilkada Pusat tadi melihat ada hal yang harus dibicarakan lagi. DPP Golkar selalu
mengacu pada mekanisme partai yang telah diputuskan bersama, kata dia.

Ahmad mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan DPP Golkar, yang diperoleh Jacki Uly justru jauh di
bawah Melki Laka Lena. Ini yang lagi dibahas antara pimpinan Partai Golkar dengan NasDem, kata
Ahmad yang enggan menyebutkan lebih soal persentasi hasil survei calon di Pilgub NTT.
Sementara itu, untuk Pilkada tingkat kabupaten di NTT, DPP Golkar juga telah menetapkan Paslon untuk
Pilkada Sumba Barat Daya (SBD), yaitu Markus Dairo Talu-Gerson Tanggu Dendo (MDT-GTD).

Sesuai hasil survei, MDT yang saat ini menjabat Bupati SBD memperoleh 46 persen, sementara GTD
selaku Ketua DPD II Golkar SBD dan juga Wakil Ketua DPRD SBD mendapat 42,5 persen.

Terkait penetapan Paslon untuk Pilkada tingkat kabupaten di NTT, Ahmad Hidayat Mus mengatakan,
seharusnya sudah ditetapkan Paslon untuk tiga kabupaten.

Harusnya ada tiga kabupaten yang sudah diputuskan, tetapi baru satu kabupaten yang final yaitu SBD.
Sedangkan dua kabupaten lain masih dalam perbicaraan menyangkut dengan calon wakil dan ada hal
lain yang harus dibahas lagi, jelas dia.

Namun, informasi yang diperoleh koran ini menyebutkan, untuk 10 Pilbup di NTT dalam rapat Tim
Pilkada Pusat kemarin, sudah ditetapkan Paslon Korinus Masneno-Jerry Manafe (Komitmen) untuk
Pilkada Kabupaten Kupang. Pilkada Ende, DPP PG mengusung paslon petahana Marselinus Y.W Petu dan
Haji Djafar Haji Ahmad, sementara Pilkada Sikka, Golkar mengusung Paslon Yoseph Ansar Rera-Rafael
Raga.

Untuk Pilkada Nagekeo, Golkar mengusung paslon Elias Djo-Servasius Podhi, sedangkan di Pilkada Rote
Ndao, Golkar juga menetapkan paslon Paulina Bulu-Haning-Ardi Lau. Sebelumnya, untuk Pilkada Alor,
DPP PG telah menetapkan Paslon Imanuel Blegur-H. Taufik Nampira (Intan).

Ketua Tim Pilkada Pusat PG, Nurdin Halid saat diwawancarai koran ini mengatakan, penetapan calon
untuk Pilkada kabupaten di NTT akan dilanjutkan dua minggu ke depan.

Sementara itu, Sekretaris DDP I PG Provinsi NTT, Thomas Tiba yang diwawancarai mengatakan, untuk
Cagub/Wagub yang diusung DPP PG hingga saat ini masih berproses, karena ada sejumlah pertimbangan
yang harus diambil oleh DPP PG.

Dalam rapat tadi ditetapkan pasangan calon untuk Kabupaten SBD. Tadi juga ditegaskan kembali oleh
Ketua Tim Pilkada Pusat untuk calon di Kabupaten Alor. Untuk kabupaten lain, kita masih lihat lagi ke
depan hasilnya seperti apa. Masih dipertimbangkan, kata Thomas.
Terpisah, Sekjen Partai NasDem, Johnny G. Plate yang diwawancarai soal hasil survei DPP Golkar
mengatakan, pihaknya terus membangun kerja sama politik dengan Golkar untuk mewujudkan koalisi di
Pilgub NTT.

Survei masih beberapa kali lagi akan dilakukan. Kerja sama politik NasDem dan Golkar akan solid di
NTT, kata Johnny yang juga anggota Komisi XI DPR RI.

Terpantau, rapat Tim Pilkada Pusat juga dihadiri sejumlah Paslon, masing-masing Paslon Korinus
Masneno-Jerry Manafe (Komitmen) untuk Pilkada Kabupaten Kupang, Markus Dairo Talu-Gerson Tanggu
Dendo (MDT-GTD) untuk Pilkada SBD, Paslon Marselinus Y.W Petu-Haji Djafar Haji Ahmad untuk Pilkada
Ende dan Imanuel Blegur-Taufik Nampira untuk Pilkada Alor.

Sementara itu, informasi yang dihimpun di DPP PG menyebutkan, sesuai hasil survei yang dilakukan DPP
PG, Melki Laka Lena memperoleh 5 persen lebih, sementara Jacki Uly hanya 0,8 persen. Sedangkan
persentase Ibrahim Medah justru mencapai 6 persen lebih.

Terkait Pilgub NTT, pimpinan PG masih akan melakukan pembicaraan lanjutan dengan pimpinan Partai
NasDem. Sementara terkait Pilkada tingkat kabupaten di NTT, Tim Pilkada Pusat PG telah menetapkan
calon/Paslon untuk 6 kabupaten di NTT.

Namun, untuk proses finalisasi diserahkan kepada pihak DPD I PG NTT untuk berkoordinasi dengan DPD
II. Tim Pilkada Pusat juga masih mengacu pada hasil survei sehingga bagi calon/paslon yang
persentasinya signifikan maka akan langsung diputuskan.

Namun, apabila persentasinya belum signifikan maka bakal ada survei lanjutan selama sebulan ke
depan.

Keputusan DPP Mengikat

Ketua Harian DPD I Partai Golkar NTT, Muhammad Ansor yang dikonfirmasi Timor Express terkait
penetapan balon yang diusung Golkar dalam Pilgub 2018 mengaku belum mengetahui hasilnya karena
tidak mengikuti rapat DPD I NTT bersama DPP Golkar.

Walau demikian, paparnya, pihaknya siap mengamankan apa yang menjadi keputusan DPP. Sebab
Keputusan DPP mengikat semua elemen Partai Golkar. Kita siap terima dan jalankan keputusan partai,
terang dia, Senin (4/9).

Dikemukakan, apa pun yang menjadi keputusan DPP Partai Golkar, pihaknya akan menerima dengan
senang hati. Pasalnya keputusan yang diambil telah melalui berbagai pertimbang dan tentunya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Tentunya hal ini juga berlaku di partai lain, selain Golkar. Semua
keputusan tidak bisa dilawan, sebab merupakan perintah partai, ungkap politisi muda itu.
Menurut dia, Pengurus DPD I Golkar NTT hingga DPD II Golkar kabupaten/kota saat ini solid untuk
menjalankan keputusan dan perintah. Semua itu, bilangnya, telah menjadi komitmen pengurus dalam
berbagai tingkatan. Posisi kita jelas. Kita terima dan jalankan semua perintah, sebutnya.

Sementara itu, Ketua DPD PKPI NTT, Yan R. Mboeik yang dikonfirmasi terkait beredarnya informasi PKPI
mendukung Benny K. Harman (BKH) dalam Pilgub NTT menyebutkan, pihaknya secara organisasi hingga
kini belum memutuskan arah dukungan partai kepada para Balon yang ada. Kita belum ada putusan
soal dukungan PKPI kepada siapa pun, ujarnya.

Untuk dukungan termasuk partai koalisi, ujarnya, akan ditetapkan pada akhir September ini. Akhir
september baru akan dikeluarkan keputusan final soal dukungan PKPI, katanya.

Saat ini, lanjut dia, semua berkas pencalonan sudah di tangan DPN PKPI. Untuk penetapan pasangan
calon yang didukung merupakan domain dari DPN. DPN yang atur. Kami belum tahu seperti apa
keputusannya, bilang Yan Mboeik.

Sementara itu, Ketua DPW PKB NTT, Yucundianus Lepa kepada koran ini mengemukakan, hingga kini
belum mengeluarkan keputusan untuk mendukung siapa pun dalam Pilgub 2018 nanti. Saat ini, DPP
sedang menggodok nama-nama yang telah mendaftar di DPW PKB beberapa bulan lalu.

DPP PKB, jelasnya, sedang menjadwalkan pelaksanaan fit and proper test kepada semua Balon yang
mendaftar. Dari situ DPP akan memutuskan arah dukungan dan kaolisinya. Jika telah ada keputusan,
pihaknya akan bersama partai koalisi maupun Paslon yang didukung melakukan deklarasi. Sampai
sekarang belum ada keputusan apa pun. Kemungkinan pertengahan September nanti, imbuhnya.

Terkait Koalisi Poros Baru antara PKB, Hanura dan PKPI yang disinyalir pecah, dia menjelaskan, hingga
kini semua komunikasi masih berjalan. Lagi pula, belum ada satu partai pun dari tiga partai yang ada
menetapkan dukungannya. Semua masih berjalan. Komunikasi pun masih jalan, pungkas dia.
(joo/fmc/lok/ito)

Anda mungkin juga menyukai