Anda di halaman 1dari 12

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KONSENTRASI

TINGGI DI PT. PUSRI

Pabrik PT. PUSRI menghasilkan limbah yang banyak mengandung urea


dan amonia (dalam bentuk cair maupun gas) yang dapat bersifat racun dan
berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya. Besarnya
kandungan urea dan amonia dalam limbah juga dapat menyebabkan kerugian
besar bagi perusahaan. Selain itu, mengingat lokasi pabrik PT. PUSRI ini berada
tepat di tepi sungai, penanganan limbah yang kurang baik menyebabkan
mencemari air sungai yang merupakan sumber air bagi masyarakat sekitarnya.
Salah satu pandangan dan sikap PT. Pupuk Sriwidjaja adalah kepedulian
terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam kegiatan industri berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Pada pengelolaan limbah pabrik, usaha dilakukan
untuk menekan dan mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan. Ada
empat prinsip pengelolaan limbah yang diterapkan pada PT. Pupuk Sriwidjaja
yaitu pengurangan limbah dari sumber, daur ulang, pengambilan, dan
pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi bersih.
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik yang ada pada PT. PUSRI
dapat digolongkan menjadi tiga jenis menurut fasanya yakni limbah padat, limbah
cair, serta limbah gas. Limbah padat dapat meliputi katalis bekas yang sudah tidak
terpakai lagi dan sampah-sampah domestik. Limbah cair meliputi bocoran-
bocoran atau ceceran-ceceran zat-zat reaktan dan produk (fluida proses) dari alat-
alat yang ada dan oli bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Limbah gas dapat
meliputi didalamnya uap dari unit amonia, debu dari unit urea, dan kebisingan.
1. Penanganan Limbah Cair.
Dalam pengolahan limbah pabrik, PT. PUSRI mengarahkan pada
penekanan prinsip 5R+1T (Reduce, Recovery, Recycle, Reuse, Refine, and
Treatment). Berdasarkan project tersebut PT. PUSRI menggunakan PET (Pusri
Effluent Treatment). PET menggunakan sistem peralatan dan modifikasi
pengolahan limbah di PT. Pupuk Sriwidjaja meliputi sebagai berikut: hidrolizer-
stripper system, oil separator, biological waste water treatment system, sludge
removal facilities,dan waste reduction programme. Selain PET, ada dua unit
lainnya dipakai untuk pengolahan limbah di Pusri yaitu Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dan Minimalisasi Pengolahan Air Limbah (MPAL).
1.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Air limbah yang masih mengandung amoniak akan masuk ke bak MPAL.
Bak ini berfungsi untuk memisahkan air limbah dengan air limbah dengan air
bukan limbah seperti air hujan dan air dari water treatment. Air limbah ini
dialirkan dari sumbernya dengan mengandalkan gaya gravitasi menggunakan
sistem tertutup melalui pipa menuju ke bak MPAL. Jika kandungan amoniak
kurang dari 500 ppm, limbah masuk ke dalam ekualisasi lalu limbah akan masuk
ke wetland. Wetland menggunakan media eceng gondok untuk menyerap senyawa
ammonium yang berfungsi sebagai nutrient tanaman. Setelah melalui wetland,
limbah tersebut akan masuk ke kolam aerasi untuk meningkatkan kandungan
oksigen yang kemudian limbah dialirkan menuju ke arah Sungai Musi.
Sistem penanganan limbah terbuka merupakan sistem penanganan limbah
cair yang menggunakan slauran-saluran terbuka atau selokan yang terdapat di
wilayah pabrik. Limbah cair jenis ini dihasilkan dari air buangan pencucian alat,
blow down, kondensat keluaran steam trap, dan limbah rumah tangga pabrik.
Selain itu, tidak menutup kemungkinan pula adanya limbah-limbah dengan
kandungan urea, minyak, dan amoniak tinggi yang seharusnya diolah secara
tertutup. Akan tetapi, limbah ini akan mengalir ke pemgolahan limbah dengan
sistem terbuka. Sistem ini juga mengolah treated water hasil olahan PET.
Sistem terbuka memanfaatkan parit-parit yang telah disediakan yang
bermuara pada dua jalur utama (main sewer). Dua jalur utama tersebut kemudian
akan mengalir ke kolam limbah (biological pond). Pada pengolahan sistem
terbuka, kandungan minyak yang ada diminimalisir hingga sekecil mungkin sejak
awal karena apabila masuk ke kolam limbah, maka akan dapat mengurangi
keefektifan pengolahan limbah tersebut dengan kolam limbah itu sendiri. Oleh
karena itu, pada beberapa saluran dalam pabrik dipasang oil skimmer atau alat
penangkap minyak. Minyak-minyak yang telah berhasil ditangkap oleh unit ini
kemudian akan ditampung dalam tong-tong yang untuk selanjutnya akan disimpan
di bangsal B3. Minyak-minyak ini secara rutin akan dibeli oleh produsen oli untuk
dapat diregenerasi kembali dan dapat digunakan kembali.
1.2 Sistem Penanganan Limbah Tertutup (Pusri Effluent Treatment PET)
Pada sistem penanganan limbah tertutup, limbah dari sumber-sumber yang
ada dialirkan melalui pipa ke collecting pit yang terdapat pada masing-masing
pabrik. Limbah yang akan diolah secara tertutup ini adalah merupakan kategori
limbah cair dengan konsentrasi minyak, urea, dan amoniak yang tinggi (urea >
10000 ppm, NH3 > 3500 mg/L, minyak > 100 ppm). Limbah jenis-jenis ini
dihasilkan dari overflow tangki-tangki penyimpanan (tangki karbamat, dissolving
tank), kebocoran-kebocoran pada pompa dan kompresor serta pada pipa-pipa.
Pengolahan limbah di PET menggunakan prinsip penguraian (hidrolisis)
serta pelucutan (stripping), sehingga akan dihasilkan off gas yang mengandung
CO2 dan NH3 serta menghasilkan treated water. Off gas hasil di PET dikirim
kembali ke unit urea untuk diproses kembali, sedangkan treated water akan diolah
kembali di unit pengolahan limbah secara biologi. PET ini mempunyai 2 unit
hydrolizer/stripper yang akan beoperasi secara pararel. Masing-masing unit
dilengkapi dengan hydrolizer, stripper, serta penukar-penukar panas dan pompa.
Dari collecting pit limbah akan dimasukkan ke dalam masukan separator minyak
untuk memisahkan kandungan minyaknya terlebih dahulu. Limbah yang relatif
bersih dari minyak (minyak < 5 ppm) kemudian akan keluar dari separator dan
akan menuju buffer tank. Pada tangki ini limbah akan ditampung sementara
sebelum dikirimkan ke hydrolizer-stripper dengan melewati preheater.
Unit hydrolizer adalah berupa sebuah kolom yang terbagi secara vertikal
menjadi 2 bagian, satu sisi terdapat sieve tray sedangkan pada satu sisi yang
lainnya kosong. Pada kedua sisi tersebut akan sama-sama diinjeksikan steam.
Limbah pada buffer tank kemudian akan dialirkan ke bagian bawah hydrolizer sisi
sieve tray sambil diinjeksikan steam (42 kg/cm2). Larutan akan menguap dan
kandungan urea yang ada pada larutan tersebut akan terhidrolisis dan menjadi
menjadi CO2 dan NH3 pada temperatur 210C dan tekanan 24 kg/cm2 G.
Gas NH3 dan CO2 keluar dari bagian atas kolom hydrolizer sedangkan uap
larutan yang mengembun akan kembali pada bagian atas kolom akan jatuh
kebawah melalui sieve tray untuk berkontak dengan uap larutan yang akan naik
keatas, maupun yang jatuh langsung kebawah sambil berkontak dengan steam
yang naik keatas pada sisi kolom yang lainnya. Larutan yang memiliki kadar urea
dan amoniaknya rendah akan terkumpul pada bagian bawah sisi kolom yang
kosong dan kemudian untuk dipompakan lagi ke dalam kolom stripper. Larutan
dari hydrolizer kemudian dimasukkan ke unit stripper pada bahu bagian atas
bersama-sama dengan larutan reflux. Dari bagian bawah diinjeksikan kukus
tekanan rendah (sekitar 7 kg/cm2, 170C) yang akan naik keatas bersama-sama
dengan gas keluaran hydrolizer yang akan masuk ke stripper pada bagian atas.
Tekanan dan temperatur akan dijaga pada kondisi 6 kg/cm2 G dan 140C.
Kolom stripper berisi tray-tray untuk memperluas bidang kontak. Sisa
karbamat dan amoniak diharapkan sudah terhidrolisis dan teruapkan seluruhnya
ketika larutan mencapai bagian bawah stripper. Larutan ini kemudian akan
didinginkan dan akan ditampung pada tangki treated effluent water. Kandungan
urea, amoniak, dan minyak pada treated water masing-masing adalah sekitar 0
ppm, < 5 ppm, dan 0 ppm (disebut treated water) selanjutnya akan didinginkan
dengan air pendingin sehingga temperaturnya akan turun menjadi 40C dan
selanjutnya siap diolah kembali di unit pengolahan limbah secara biologis.
Gas-gas yang akan keluar dari bagian atas stripper kemudian didinginkan
dan ditampung dalam sebuah tangki. Fasa cair hasil pendinginan tersebut akan
dimasukkan kembali kedalam stripper sebagai larutan reflux sedangkan fasa
gasnya (off gas) tidak akan terkondensasi dan mengandung NH3 dan CO2 dikirim
lagi kembali ke absorber tekanan rendah di pabrik urea. Air hasil olahan tersebut
dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan domestik maupun untuk dijual
keluar. Unit hydrolizer-stripper dapat mengolah limbah dengan beban 100
m3/jam. PT PUSRI memiliki 2 train sistem pengolahan limbah cair tertutup.
Keuntungan dari proses pengolahan limbah dengan proses stripper dan hidrolizer
ini adalah dimana tidak mengandung polusi karena kandungan amoniak dan urea
efisiensi yang lebih tinggi dikarenakan adanya recovery dari amoniak dan CO2
yang akan dikirim kembali ke pabrik urea, dan mempunyai efisiensi dari
hydrolizer yang tinggi karena di dalam hydrolizer ada terdapat dua buah jenis
proses yang akan dipakai yaitu proses hidrolisis dan serta proses stripping.
Segmen yang terdapat di hydrolizer mempunyai tray berfungsi sebagai
hydrolizer. Pada segmen lain yang kosong berfungsi sebagai stripping pada saat
liquid dari bagian hydrolizer partturun ke bawah. Kemudian, di stripping
mengunakan steam dari bawah. Selanjutnya efisiensi stripping yang tinggi
dikarenakan stripper memiliki multistage sieve tray yang baik efisiensinya.

Gambar 2.1 Flow Diagram PET


(Sumber: Hakim, 2006)

1.3 Sistem Penanganan Limbah Terbuka (Unit Pengolahan Limbah


Secara Biologis)
Sistem penanganan limbah terbuka merupakan sistem penanganan limbah
cair yang berasal dari saluran-saluran terbuka atau selokan yang terdapat di arel
pabrik. Limbah cair jenis ini akan dihasilkan dari air buangan pencucian alat, blow
down, kondensat keluaran steam trap, serta limbah rumah tangga pabrik,
kemudian dari pengolahan tidak tertutup kemungkinan pula adanya limbah-
limbah dengan kandungan urea, minyak, dan amonia tinggi yang seharusnya
diolah dengan cara sistem tertutup. Namun karena terjadi diluar dugaan maka
akan mengalir ke pengolahan sistem terbuka ini. Sistem ini juga akan mengolah
treated water hasil olahan dari PET. Sistem terbuka memanfaatkan parit-parit
yang telah disediakan yang bermuara pada 2 jalur utama (main sewer).
Dalam pengolahan limbah sistem terbuka ini kandungan minyak yang ada
di dalamnya sebisa mungkin akan dikurangi sejak dari awal karena apabila
minyak-minyak tersebut masuk ke kolam limbah maka akan mengurangi
keefektifan dari pengolahan dengan kolam dari limbah itu sendiri. Untuk itu pada
beberapa saluran yang ada di dalam pabrik yang dipasang oil skimmer atau alat
penangkap minyak. Minyak yang telah berhasil ditangkap oleh unit ini kemudian
ditampung di dalam tong untuk selanjutnya disimpan di bangsal B3. Minyak-
minyak ini secara rutin dibeli oleh produsen oli untuk diregenerasi dipabrik.
1.3.1 Kolam Limbah
Setelah proses pengolahan air limbah, selanjutnya air limbah dialirkan ke
kolam biological pond existing (kolam air limbah), dimana pada kolam ini hanya
dilakukan proses aerasi untuk menghilangkan kandungan ammonia yang masih
ada pada air limbah. Sistem pada kolam air limbah menggunakan proses
pengolahan limbah secara biologis. Proses yang terjadi adalah perubahan atau
konversi substansi halus yang tidak mengendap atau larut menjadi flok biologi,
penghilangan kebutuhan oksigen biokimia atau Biological Oxygen Demand
(BOD) dari limbah oleh bakteri produksi BOD, dan konversi senyawa amoniak
serta senyawa lainnya yang mengandung nitrogen menjadi nitrat oleh bakteri
nitrifikasi seperti bakteri nitrosomonas yang mengubah senyawa nitrogen.
Kolam limbah dibagi menjadi enam kolam kecil (6 biological pond). Yang
dari enam kolam kecil tersebut terdapat 2 buah kolam dicadangkan untuk
menampung flow limbah apabila tiba-tiba melonjak, sedangkan 4 kolam lainnya
dalam keadaan beroperasi. Dari 4 kolam terdiri dari tangki pre-sedimentasi, tangki
sedimentasi, tangki aerasi, serta kolam untuk keadaan darurat (emergency pond).
Sistem kolam limbah menerapkan proses pengolahan limbah secara
biologis. Proses yang terjadi adalah:
a) Perubahan atau konversi subtansi halus tidak mengendap atau larut
menjadi flok biologi.
b) Penghilangan kebutuhan oksigen biokimia (Biological Oxygen Demand).
c) Konversi amonia dan senyawa lainnya yang mengandung nitrogen
menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas).
Selama aerasi terbentuk flok biologi yang disebut juga lumpur biologi
yang mengendap pada bak sedimentasi akhir. Proses yang terjadi pada air limbah
adalah kontak antara air limbah yang masuk dengan lumpur biologi yang sudah
terbentuk di tangki aerasi yang mengandung oksigen yang cukup. Kemudian, akan
terjadi pemisahan cairan-cairan serta padatan yang dimana padatan akan
mengendap dan cairan akan dikeluarkan. Lumpur yang terakumulasi di bak
tersebut akan digunakan untuk proses biologi di dalam proses berikutnya.

Gambar 2.2 Kolam Air Limbah


(Sumber: Hakim, 2006)

1.3.2. Thickener
Lumpur yang berasal dari kolam limbah akan dialirkan dengan pompa
lumpur menuju thickener, dimana konsentrasi serta kepekatan lumpur akan
bertambah dengan melalui proses penghilangan air. Pemekatan lumpur akan
berlangsung dalam sludge blanket dengan cara melalui tekanan gravitasi serta
pelepasan kandungan-kandungan air yang akan mengakibatkan pengadukan
lumpur tersebut dengan cara kontinyu. Lumpur yang dikentalkan dari yang
mengandung 0,75% kandungan padatan menjadi 4% pada lapisan bawah. Lumpur
pekat kemudian akan di tampung di penampungan lumpur (sludge reservoir).
1.3.3 Filter Press
Lumpur pekat thickener di penampungan lumpur di kirim ke filter pres
untuk dipekatkan lagi dan dihilangkan kadar airnya hingga menjadi ampas
padatan (cake). Larutan polimer dari tangki polimer akan diinjeksikan ke aliran
lumpur umpan filter pres. Penambahan polimer diinjeksikan ke aliran lumpur
umpan filter pres. Penambahan polimer adalah bertujuan untuk memperbaiki
spesifikasi ampas filter dengan kandungan padatan 40 %. Padatan lumpur akan
tertahan di filter dan akan membentuk ampas padatan. Ampas padatan tersebut
selanjutnya akan dikeluarkan ke truk yang dibawa ke penimbunan. Sedangkan air
filtrat akan dialirkan ke saluran pembuangan dan dibuang ke sungai Musi.

1.4 Minimalisasi Pengolahan Air Limbah (MPAL)


Unit MPAL adalah unit penampung larutan sebagai limbah yang
mengandung amoniak dan urea yang tidak dapat diolah di unit proses pabrik urea
sendiri, selanjutnya diproses di Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Selama
ini air limbah yang akan diolah ke kolam limbah alirannya bercampur dengan
limpahan air hujan, air dari perkantoran, blow down cooling tower, blow down
boiler, back wash sand filter, back wash carbon filter, back wash atau rinse
regenerasi resin, dan fire hydrant. Bercampurnya limbah bersama buangan air
tersebut mengakibatkan debit limbah yang diolah di kolam limbah menjadi besar.
Sumber-sumber limbah yang ada di Pabrik Urea P-III yang sudah dialirkan
ke unit MPAL yaitu drain carbamat tank, drain surge tank, luberan basin cooling
tower, luberan level colecting pit PET, dan luberan dissolving tank. Sumber
limbah lain selain sumber limbah tercakup di atas belum termasuk ke dalam unit
MPAL, diharapkan secara bertahap pada saat yang akan datang sumber limbah
lain tersebut tetap bisa untuk dialirkan menuju ke unit Minimalisir Pengolahan Air
Limbah (MPAL) di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang untuk proses selanjutnya.
Prinsip kerja unit MPAL senidri adalah yaitu aliran dari masing-masing
sumber limbah yang sudah tidak dapat diolah lagi pada Proses Pabrik Urea P-III
sendiri akan dialirkan secara gravitasi melalui perpipaan ditampung dalam
colecting pit. Kemudian yang selanjutnya akan dilakukan proses penetralan
dengan asam sulfat agar dapat dibuang dalam bentuk sebagai limbah cair.

1.5 Peralatan dan Modifikasi Pengolahan Limbah Cair


Sistem peralatan dan modifikasi pengolahan limbah cair berkonsentrasi
tinggi di PT. Pupuk Sriwidjaja memakai beberapa peralatan yaitu meliputi
hidrolizer-stripper system, oil separator, biological waste water treatment system,
sludge removal facilities, dan waste reduction programme. Peralatan-peralatan
modifikasi pengelolaan limbah cair berkonsentarsi tinggi ini, semuanya
menggunakan teknologi ACES yang ramah lingkungan. Teknologi ACES
merupakan teknologi paling baru yang digunakan di PT. PUSRI.
1.5.1 Sistem Pengolahan di Hydrolizer-Stripper
Pada pengolahan limbah cair juga ada peralatan yang disebut hydrolizer-
stripper. Hydrolizer-stripper merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah
cair yang mengandung amoniak dan urea dengan konsentrasi tinggi. Limbah
tersebut berasal dari pabrik urea Pusri II-B, Pusri III dan Pusri IV yang
mengandung urea 10000 ppm dan amoniak 3500 mg/L yang dikumpulkan melalui
sistem tertutup ke collecting pit pada masing-masing pabrik. Selanjutnya, limbah
tersebut melalui sistem perpipaan dipompakan untuk ditampung buffer tank.
Setelah dari buffer tank limbah tersebut akan dipompakan kedalam
hydrolizer stripper. Pada unit hydrolizer akan terjadi proses hidrolisa larutan urea
menjadi amoniak dan CO2. Hasil hidrolisa urea dipisahkan dalam stripper dengan
sistem steam sripping. Keluaran dari stripper berupa off gas dan treated water
dengan konsentrasi urea nol dan amoniak 5 ppm. Angka itu jauh di bawah baku
mutu yang telah ditentukan oleh pemerintah yakni sebesar 50 ppm. Oleh karena
itu, sebaiknya keluaran stripper mendekati nilai baku mutu dari pemerintah.
1.5.2 Sistem Pengolahan Biologi secara Sequential Batch-Aerobic
Pada sistem pengolahan air limbah, reaktor adalah unit fisik yang di
dalamnya terjadi transformasi zat. Pada pengolahan biologi, reaktor adalah tangki
yang mengandung biomassa penanggung jawab transformasi biokimia. Untuk
mendapatkan reaksi biokimia yang berbeda, reaktor memerlukan berbagai input
influent pengondisi biomassa seperti aerasi, pengadukan, pembubuhan zat kimia.
Influent dapat dibubuhkan ke dalam reaktor secara kontinyu maupun sesaat.
Reaktor yang alirannya menerus disebut reaktor ajek (continue reactor) dan
reaktor yang tidak ada aliran masuk dan keluar yaitu reaktor tadah (batch reactor).
Pada PT. Pusri kolam ekualisasi yang ada telah dimodifikasi menjadi suatu
tempat pengolahan secara aerobic type sequential batch.Aerobic type sequential
batch merupakan unit pengolah limbah cair yang menggunakan bakteri untuk
menurunkan kadar BOD, COD, TSS dan amoniak. Pola air limbah dirubah dan
diatur dengan pengatur PLC. Telah dipasang pula surface aerator dengan
kapasitas total 320 kg/jam oksigen, effluent gutters, analyzer pemantau kualitas
air dan beberapa kanal telah dimodifikasi dan dihubungkan ke sistem pengolahan
biologi. Kapasitas olah 700 m3/ jam hingga 800 m3/jam serta dapat menurunkan
NH3-N total dari 250 m3/l menjadi kurang dari 50 m3/l. Hasil olahan tersebut
langsung dialirkan ke Sungai Musi. Kolam ekualisasi yang ada ini terdiri dari
enam buah kolam yang dengan ukuran total volume kolam adalah 12500 m2.
Empat buah kolam merupakan kolam biologi, sedangkan dua kolam
lainnya merupakan kolam emergency. Dari empat kolam, tiga kolam diantaranya
masing-masing dilengkapi dengan dua buah aerator yang berfungsi sebagai
penyuplai oksigen. Dari tiga kolam aerasi tersebut, satu kolam difungsikan secara
penuh aerasi sedangkan dua kolam aerasi lain nya difungsikan secara bergantian,
dan dioperasikan secara terus menerus (kontinyu) selama 24 jam penuh.
Pada reaktor tipe sequential batch, lumpur aktif diendapkan setelah terjadi
reaksi, effluent-nya dibuang dan selanjutnya influent baru air limbah dimasukkan.
Periode antara kedua penambahan influent tersebut dinamai siklus dan berulang
terus secara teratur. Pada sistem SBR ini, jumlah tangkinya hanya bisa satu tapi
bisa juga banyak tangki pengolah dan masing-masing memiliki lima operasi dasar
yaitu isi (fill), reaksi (react), endap (settle), buang (draw) dan siaga (idle). Pada
saat fill, influent air limbah dimasukkan ke dalam biomassa sehingga volume air di
dalam tangki bertambah hingga taraf maksimum. Ada tiga cara fill yaitu static fill
(tanpa pengadukan atau aerasi), mixed fill (pengadukan tanpa aerasi), dan aerated
fill. Tahap fill dihentikan apabila jika tangki sudah dalam keadaan yang penuh.
Reaksi biokimia yang dimulai pada saat fill akan selesai selama tahap
react. Reaksi tersebut dibedakan menjadi dua, bergantung pada konsentrasi
oksigen terlarut yakni mixed react (konsentrasi oksigennya rendah atau kondisi
anoxic atau anaerobic), aerated react (konsentrasi oksigennya tinggi).
Pembuangan sludge selama react adalah dengan cara yang sangat sederhana untuk
mengendalikan umur lumpur. Akhir dari fase reaksi akan ditentukan oleh waktu
atau taraf air di dalam tangki. Fase selanjutnya adalah fase endap (settle). Selama
fase ini terjadi pemisahan lumpur yang berada di dalam tangki dengan volume
hingga lebih dari 10 kali daripada klarifir konvensional yang akan digunakan di
dalam activated sludge konvensional. Perlakuan ini akan menjamin lapis lumpur
(sludge blanket) yang tetap tertinggal di dalam tangki tersebut pada saat fase
buang (draw) dan yang tidak ikut meluap sebelum proses draw terselesaikan.
Akan tetapi, sludge juga dapat dibuang pada saat proses settle selain pada
saat selama proses react. Lumpur yang dibuang pada akhir settle biasanya lebih
pekat daripada lumpur yang dibuang selama react. Ancaman proses bisanya
adalah lumpur apung (rising sludge). Untuk meniadakan masalah lumpur apung
ini, panjang waktu sesi draw sebaiknya jangan terlalu lama dan dapat digunakan
pipa dengan bantuan yang diberikan dari pompa benam (submersible).
Setelah draw usai, tangki siap menerima masukan baru air limbah lagi.
Pada beberapa modifikasi SBR, setelah tuntas tahap draw tersebut, tangki harus
menunggu dulu. Apabila prosesnya seperti ini maka periodenya disebut siaga
(idle). Pada siklus prosesnyaterlihat bahwa SBR dapat berfungsi sebagai sistem
lumpur aktif konvensional kontinyu. Perbedaan utama antara kedua sistem
tersebut adalah SBR dapat berfungsi sekaligus sebagai ekualisasi, aerasi dan
sedimentasi. Ekualisasi laju alir digunakan untuk menangani variasi laju alir.
Selain itu, ekualisasi juga bermanfaat untuk mengurangi ukuran dan biaya
proses selanjutnya. Pada dasarnya, ekualisasi dibuat untuk meredam fluktuasi air
limbah sehingga dapat masuk ke dalam IPAL (Instalasi Penolahan Air Limbah)
secara konstan. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ekualisasi
adalah pada pengolahan biologi, perubahan beban secara mendadak dapat
dihindari, senyawa-senyawa inhibit dapat lebih diencerkan, dan pH konstan.
Performance sedimentasi kedua dapat diperbaiki karena adanya beban
padatan yang masuk ke dalamnya dapat diatur supaya konstan. Pada filtrasi,
kebutuhan surface area dapat dikurangi, performance filter dapat diperbaiki, dan
pencucian pada filter dapat lebih teratur. Pengaturan bahan-bahan kimia dapat
lebih terkontrol dan prosesnya menjadi lebih masuk akal. Selain itu, untuk
memperbaiki performance sebagian besar unit operasi, flow equalization
merupakan pilihan menarik untuk memperbaiki performance IPAL overload.
DAFTAR PUSTAKA

Candra, D. 2006. Minimalisasi Pengolahan Air Limbah. Palembang: PT. Pupuk


Sriwidjaja.
Chintya, A. 2015. Pengolahan Limbah Cair. Palembang: PT. Pupuk Sriwidjaja.
Harry. 2006. Pengelolaan Lingkungan. Palembang: PT. Pupuk Sriwidjaja.
Hakim, A. 2006. Off Gas Urea ke PET. Palembang: PT. Pupuk Sriwidjaja.
Nugraha, R. 2011. Pengolahan Limbah. Palembang: PT. Pupuk Sriwidjaja.

Anda mungkin juga menyukai