1. 2 Sifat-sifat fisikokimia
- Struktur :
3.2 Pra-formulasi
1. Analisis Preformulasi Misoprostol (BP 2009, hal. 1475-1477)
a. Pemerian : Jernih, tidak berwarna atau kekuningan, higroskopis, cairan
berminyak
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (96%), sedikit
larut dalam asetonitril
c. Wadah dan Penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap udara, pada suhu
sekitar 20C
2. Preformulasi Eksipien
- Hypermellose (HOPE 2009, hal.326)
Pemerian : Serbuk granul atau fibrous, warna putih atau putih
kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental,
praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol 95%,
dan eter. Tetapi larut dicampuran etanol dan diklorometan,
campuran methanol dan diklorometan, dan campuran air
dan alkohol. Larut dalam larutan aseton, campuran
diklorometan dan propan-2-ol, dan pelarut organik lainnya
Titik Lebur : 190-200C
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan beberapa agen oksidator
Stabilitas : Stabil walaupun higroskopis setelah dikeringkan
pH : Stabil pada pH 3-11
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Agen Pendispersi
- Microcrystallin Cellulose (HOPE 2009, hal.129)
Pemerian : Microcrystalline cellulose adalah selulosa yang dimurnikan
dan didepolymerized sebagian, putih, tidak berbau, tidak
berasa, kristal terdiri dari partikel berpori, terdapat dalam
ukuran partikel dan nilai kelembaban yang berbeda yang
memiliki sifat dan aplikasi yang berbeda
Kelarutan : Sedikit larut dalam 5% b/v larutan natrium hidroksida; praktis
tidak larut dalam air, asam encer, dan pelarut organik
Titik Lebur : 260270C
Inkompatibilitas : Microcrystalline cellulose inkompatibel dengan agen
oksidator kuat
Stabilitas : Microcrystalline cellulose stabil meskipun bersifat
higroskopis
Wadah dan penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di
tempat yang sejuk dan kering
Fungsi : Pengisi dan Adsorben
Konsentrasi: 20-90%
- Crosspovidone (HOPE 2009, hal. 208)
Pemerian : serbuk higroskopis, putih atau putih kekuningan, mudah
mengalir, tidak berbau atau sedikit berbau, praktis tidak
berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan pelarut organik
Inkompatibilitas : kompatibel dengan zat organik dan anorganik
Wadah dan Penyimpanan : disimpan dalam wadah kedap udara, ditempat
sejuk dan kering
Fungsi : penghancur
Konsentrasi : 2-5%
c. Prosedur Pembuatan
1) Timbang Misoprostol, Hypermellose, Microcrystallin Cellulose,
Crospovidone, Hydrogenated Castor Oil, Colloidal Silicon Dioxide sesuai
dengan kebutuhan.
2) Campurkan misoprostol dengan hypermellose, aduk hingga homogen
(campuran A)
3) Tambahkan Microcrystallin Cellulose, Crospovidone, Hydrogenated Castor
Oil ke dalam campuran A aduk hingga homogen selama 15 menit
4) Tambahkan dengan castor oil terhidrogenasi, aduk homogen sampai
terbentuk massa cetak tablet selama 5 menit.
5) Lakukan IPC massa cetak tablet (homogenitas, kecepatan alir,
kompresibilitas, BJ)
6) Cetak tablet menggunakan punch yang sesuai sehingga diperoleh tablet
dengan bobot 50 mg
7) Lakukan evaluasi akhir tablet.
3.4 In process control (IPC) dan pengawasan mutu obat jadi
In Process Control
a. Uji Homogenitas Campuran
Tujuan : Memastikan bahwa zat aktif terdistribusi merata di dalam
campuran
Prosedur : Menetapkan kadar zat aktif dengan cara sampling pada beberapa
titik (atas, tengah, bawah) wadah pencampur
Campuran dinyatakan homogen jika kadar zat aktif pada beberapa titik
sama
b. Uji Bobot Jenis
BJ Sejati (Lachman 1994, hal. 682)
Ada 2 metode untuk menentukan kerapatan granul, keduanya
menggunakan piknometer. Yang pertama menggunakan air raksa
sebagai cairan pengisi sela. Yang kedua memakai pelarut yang
bertekanan permukaan rendah (misalnya benzen) dan tidak melarutkan
granul. Ketepatan metode ini tergantung pada kemampuan cairan
pengisi sela memasuki pori-pori granul. Kerapatan diukur dari volume
cairan pengisi sela yang dipindahkan oleh sejumlah tertentu granul
dalam piknometer.
D = M / (Vi-Vp)
Ket : D = bobot jenis
Vp = volume cairan pengisi sela yang mengandung granul dalam
jumlah tertentu (M), yang diperlukan untuk mengisi
piknometer
Vi = volume cairan yang diperlukan untuk mengisi piknometer
BJ Ruahan Granul (BJ Nyata)
Prosedur :
- Timbang 100 gram serbuk/granul
- Masukkan ke dalam gelas ukur
- Amati volume
- Hitung BJ ruahan:
BJ = bobot/volume
Tujuan penetapan BJ ruahan
- Kecepatan aliran
- Kesesuaian ukuran tablet (diameter/ketebalan)
BJ Nyata Setelah Pemampatan
- Perbandingan bobot dengan volume setelah proses pemampatan
(ketukan sebanyak 500 x)
- Ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Mampatlkan 500 x
dengan alat volumeter.
- Lihat volume setelah pemampatan.
BJ nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan
c. Kompresibilitas
% K = (BJ mampat BJ nyata)/BJ mampat x 100%
Jika % K : 5 10 % aliran sangat baik
11 20 % aliran cukup baik
21 - 25 % aliran cukup
>26 % aliran buruk
d. Kecepatan Aliran (Lachman 1994, hal. 317)
Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip : Menetapkan jumlah masa cetak yang mengalir melalui alat selama
waktu tertentu.
Alat : Flow Tester
Penafsiran Hasil: Aliran masa cetak baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan >4 g masa cetak adalah 1 detik
Evaluasi Akhir
Organoleptik (Lachman 1994, hal. 650)
Tujuan : Penerimaan oleh konsumen
Prinsip : Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil : Warna homogen, tidak ada bintik-bintik/noda, bau sesuai
spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa sesuai
spesifikasi.
Keseragaman kandungan (FI IV, hal. 999-1001)
Tujuan : menjamin keseragaman kandungan zat aktif.
Prinsip : menetapkan kadar 10 satuan tablet satu per satu sesuai dengan
penetapan kadar.
Penafsiran hasil : keseragaman kandungan terpenuhi jika jumlah zat aktif
dalam masing-masing 10 tablet yang diuji adalah 85,0-115,0% dari yang
tertera pada etiket dan simpangan baku relatif 6%. Jika satu satuan berada
di luar rentang tersebut dan tidak ada satuan berada dalam rentang 75,0-
125,0% dari kadar yang tertera pada etiket atau SBR > 6% atau jika kedua
kondisi tidak terpenuki maka dilakukan uji 20 satuan tambahan.
Persyaratan : terpenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 sampel terletak
di luar rentang 85,0-115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada
satuan berada dalam rentang 75,0-125,0% dari kadar tablet yang tertera pada
etiket dan SBR 30 satuan tidak lebih dari 7,8%
Keseragaman ukuran (Depkes 1979, hal. 6)
Tujuan : menjamin penampilan tablet yang baik
- Ketebalan adalah satu-satunya variabel berkaitan dengan proses
pencetakan
- Ketebalan dipengaruhi oleh: BJ ruah, BJ mampat dan sifat aliran massa
cetak
Alat : jangka sorong
Pesyaratan: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
kali tebal tablet
Waktu Hancur (Depkes 1995, hal. 1086-1087)
Uji ini dilakukan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan
bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan hancur
sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan
masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
Tujuan : Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul
(kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained release)
Prinsip : Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna
dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet
tidak bersalut) bersuhu 37 2 kecuali dinyatakan lain dalam monografi.
Penafsiran hasil : Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam
monografi, semua tablet hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lain. Tidak kurang dari 16 dari
18 tablet uji harus hancur sempurna
Disolusi (Depkes 1995, hal. 1083-1085)
Kecepatan pelarutan berbanding lurus dengan luas permukaan bahan padat,
koefisien difusi, serta berbanding lurus juga dengan turunnya konsentrasi
pada waktu t. Kecepatan pelarutan ini juga berbanding terbalik dengan tebal
lapisan difusi.
Tujuan : untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet.
Persyaratan : dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 80% zat
aktif dari jumlah yang tertera pada etiket.
Interpretasi Hasil :
Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan
S1 6 Tiap unit sediaan tidak < Q+5%
Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah Q
S2 6
dan tidak satu unit sediaan yang < Q15%
Rata-rata dari 24 unit sediaan (S1+S2+S3)
adalah Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan
S3 12
yang < Q-15% dan tidak satu unitpun yang <
Q-25%
Friabilitas
Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan pada suatu
ketinggian tertentu
Tujuan : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman tujuan
Prosedur:
- 20 tablet diambil secara acak
- Tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)
- Masukkan & uji (100 x) putaran
- Bersihkan tablet dan timbang (Wt)
- Hitung % friabilitas tablet
% F = (Wo Wt)/Wo x 100%
Pada umumnya persen friabilitas yang dapat diterima adalah < 1%
Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran
per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit.
3.5 Pengemasan dan penyimpanan sediaan akhir
Sediaan tablet misoprostol dikemas dalam kemasan primer berupa strip
dan kemasan sekunder berupa kotak yang diberi etiket dan brosur. Sediaan tablet
misoprostol yang telah dikemas lalu disimpan di tempat wadah yang tertutup, di
tempat yang kering pada suhu 25oC atau kurang. Alasan sediaan tablet dikemas
dalam kemasan strip untuk menghindari tablet dari paparan udara luar dan
keadaan yang lembab. Keadaan tersebut harus dihindari karena zat aktifnya
bersifat higroskopis. Tablet misoprostol harus disimpan wadah yang tertutup, di
tempat yang kering pada suhu 25oC atau kurang. Hal ini berkaitan dengan sifat
zat aktif misoprostol yang higroskopis, sehingga harus tersimpan dalam keadaan
kering dan tidak lembab (AHFS 2010, Hal.2996).
Kemasan Primer
PROSTOVAL PROSTOVAL
tablet tablet
Misoprostol Misoprostol
200 mcg 200 mcg
Diproduksi Oleh: Diproduksi Oleh:
PT. Raefarma PT. Raefarma
Jatinangor- Jatinangor-
Indonesia Indonesia
No. Reg DKL No. Reg DKL
1400311710 A1 1400311710 A1
PROSTOVAL PROSTOVAL
tablet tablet
Misoprostol Misoprostol
200 mcg 200 mcg
Diproduksi Oleh: Diproduksi Oleh:
PT. Raefarma PT. Raefarma
Jatinangor- Jatinangor-
Indonesia Indonesia
No. Reg DKL No. Reg DKL
1400311710 A1 1400311710 A1
PROSTOVAL PROSTOVAL
tablet tablet
Misoprostol Misoprostol
w00 mcg w00 mcg
Diproduksi Oleh: Exp. date : 240614
Diproduksi Oleh:
PT. Raefarma PT. No. Batch : 06140101
Raefarma
Jatinangor- HET
Jatinangor- : Rp 60.000
Indonesia (dicetak di bagian
Indonesia
PROSTOVAL
No. Reg DKL No.belakang
Reg DKL strip)
tablet
1400311710 A1 1400311710 A1
Misoprostol 200
mcgPROSTOVAL PROSTOVAL
tablet Oleh:
Diproduksi tablet
PT. Misoprostol
Raefarma Misoprostol
200 mcg
Jatinangor-Indonesia 200 mcg
Diproduksi Oleh: Diproduksi Oleh:
No. Reg DKL
INDIKASI, KONTRAINDIKASI, EFEK SAMPING,
PERHATIAN, INTERAKSI OBAT, DOSIS
Lihat brosur terlampir
3 strip @ 10 Tablet
PROSTOVAL
PROSTOVAL
Tablet
Tablet
PROSTOVAL
Misoprostol 200 mcg
Tablet
PROSTOVAL
Misoprostol 200 mcg
Tablet
2. Ester
Pada 30 mg zat tambahkan 0,5mL larutan hidroksilamin 7% dalam metanol.
0,5 mL larutan KOH 10% dalam etanol dan beberapa tetes asam klorida.
Tambahkan larutan besi (III) klorida : warna merah
3. Gugusan karbonil (keton)
Reaksi legal-rothera : tambahkan larutan Na nitroprusida dan beberapa tetes
amoniak terbentuk warna ungu merah (Ibraham 1983, hal.36-38)
4.2 Metode analisis yang digunakan untuk pengujian mutu bahan baku (zat
aktif dan eksipien), bahan ruahan, dan obat jadi serta masalah yang
mungkin terjadi dalam metode analisis
a. Metode analisis pengujian mutu zat aktif
Identifikasi menggunakan KCKT atau HPLC (BP 2008, Hal. 1476)
Alasan : Waktu analisis cepat, penentuan dapat dalam jumlah mikro, daya
pemisahan tinggi. Pada prinsipnya senyawa dapat dipisahkan dengan metode
KCKT jika senyawa tersebut dapat larut dalam pelarut yang digunakan
sebagai fase gerak. KCKT merupakan metode yang lebih baik untuk
cuplikan atau sampel yang jumlahnya sedikit.
b. Metode analisis eksipien yang digunakan dalam formulasi
Alasan : Eksipien yang digunakan dalam formulasi adalah hypermellose,
microcrystalin cellulose, hydrogen castrol oil, crospovidone, dan colloidal
silicon oxide. Setelah dilakukan studi struktur kimia dari eksipien yang
digunakan terdapat gugus fungsi seperti O-H, C-C, C=O, C-N dan lain-lain.
Sehingga metode analisis untuk eksipien dalam formulasi dapat dilakukan
dengan menggunakan metode analisis spektrofotometri inframerah. Dimana
dengan menggunakan spektrofotometri inframerah terdapat interaksi radiasi
inframerah dengan molekul menyebabkan terjadinya vibrasi dan/atau rotasi
pada ikatan dalam molekul pada bilangan gelombang tertentu. Daerah
radiasi elektromagnetik IR yang lazim digunakan dalam analisis senyawa
organik meliputi bilangan gelombang 4000-625cm-1 atau panjang gelombang
2,5-16 m (Roth & Blaschke 1994, hlm. 382).
c. Metode analisis sediaan: KCKT atau HPLC
Alasan: Dilakukan dengan menggunakan metode KCKT atau HPLC karena
senyawa dapat dipisahkan dengan metode KCKT jika senyawa tersebut
dapat larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak. Pada pustaka
fase gerak yang digunakan adalah acetonitrile. Sedangkan hasil studi
kelarutan eksipien yang digunakan pada formulasi menunjukkan tidak
adanya kelarutan pada acetonitrile. Sehingga tidak mengganggu analisis dari
kadar zat aktif dalam sediaan.
4.3 Prosedur analisis bahan baku, bahan ruahan, dan obat jadi
Prosedur analisis zat aktif dan sediaan
a. Preparasi sampel zat aktif
Larutan Uji : larutkan 10.00 mg zat dalam asetonitril R1 dan
encerkan sampai 5,0 mL dengan pelarut yang
sama.
Larutan Pembanding (A) : larutkan 1,0 mL larutan uji sampai 100,0 mL
dengan asetonitril R1.
Larutan Pembanding (B) : larutkan 1,0 mL larutan pembanding (A) sampai
10,0 mL dengan asetonitril R1.
Larutan Pembanding (C) : larutkan 0,25 mg misoprostol impurity A CRS
dalam larutan pembanding (A) dan encerkan
sampai 10,0 mL dengan pelarut yang sama.
Larutan Pembanding (D) : larutkan 10,00 mg CRS misoprostol dalam
asetonitril R1 dan encerkan sampai 5,0 mL
dengan pelarut yang sama.
b. Preparasi sampel sediaan
Larutan Uji : ambil 20 tablet misoprostol gerus ad terbentuk
masa serbuk dan larutkan dalam asetonitril ad
100 mL (40 ppm). Hasilnya di sentrifus sampai
diperoleh pemisahan antara filtrat dengan
endapan. Filtrat diambil 1 mL dari larutan uji
dan di ad kan dengan 10 mL fase gerak (400
ppm) (Larutan X).
Larutan Pembanding (A) : larutkan 1,0 mL larutan uji sampai 100,0 mL
dengan asetonitril R1.
Larutan Pembanding (B) : larutkan 1,0 mL larutan pembanding (A) sampai
10,0 mL dengan asetonitril R1.
Larutan Pembanding (C) : larutkan 0,25 mg misoprostol impurity A CRS
dalam larutan pembanding (A) dan encerkan
sampai 10,0 mL dengan pelarut yang sama.
Larutan Pembanding (D) : larutkan 10,00 mg CRS misoprostol dalam
asetonitril R1 dan encerkan sampai 5,0 mL
dengan pelarut yang sama.
Kolom : size = 0,25 m, = 4,6 mm;
Fase diam : silica gel oktadesilsilil spherical partially end capped
untuk kromatografi R (% mm) dengan luas permukaan
spesifik 220 m2/g dan loading karbon 7 persen;
Suhu : 40C.
Fase gerak : campurkan 45 volume asetonitril R1 dan 55 volume air R
dan tambahkan 0,05 volume dari 24,5 g/l larutan asam
fosfat R.
Kecepatan aliran : 0.75 mL/menit.
Detection : Spektrofototometer pada 200 nm.
Injection :10 l.
Lakukan 3x pengujian
Retensi relatif dengan pembanding untuk misoprostol (Rt = sekitar 20
menit); pengotor A = sekitar 0,9 : pengotor E = sekitar 0,9: pengotor B
(puncak pertama) = sekitar 0,9 : (puncak kedua) = sekitar 0,95
Kesesuaian sistem : Pembanding (C)
Resolusi: minimum 1,9 antara puncak karena pengotor A dan misoprostol.
Batas:
- jumlah pengotor A, B dan E: tidak lebih dari 1,3 kali luas puncak utama
dalam kromatogram yang diperoleh dengan larutan pembanding (A) (1,3
persen);
- tiap pengotor lainnya: untuk setiap pengotor, tidak lebih dari area puncak
utama dalam kromatogram yang diperoleh dengan larutan pembanding
(B) (0,1 persen);
- total : tidak lebih dari 1,5 kali luas puncak utama dalam kromatogram
diperoleh dengan larutan pembanding (A) (1,5 persen);
- batas yang diabaikan: 0,5 kali luas puncak utama dalam kromatogram
yang diperoleh dengan larutan pembanding (B) (0,05 persen).
Pengotor :
A R = H, R = OH: mixture of methyl 7-[(1RS,2SR,3SR)-3-hydroxy-2-
[(1E,4RS)-4-hydroxy-4-methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopentyl]heptanoate
and methyl 7-[(1RS,2SR,3SR)-3-hydroxy-2-[(1E,4SR)-4-hydroxy-4-
methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopentyl]heptanoate (8-epimisoprostol),
B R = OH, R = H: mixture of methyl 7-[(1RS,2SR,3RS)-3-hydroxy-2-
[(1E,4RS)-4-hydroxy-4-methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopentyl]heptanoate
and methyl 7-[(1RS,2SR,3RS)-3-hydroxy-2-[(1E,4SR)-4-hydroxy-4-
methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopentyl]heptanoate (12-epimisoprostol),
C mixture of methyl 7-[(1RS,2SR)-2-[(1E,4RS)-4-hydroxy-4-methyloct-1-
enyl]-5-oxocyclopent-3-enyl]heptanoate and methyl 7-[(1RS,2SR)-2-
[(1E,4SR)-4-hydroxy-4-methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopent-3-
enyl]heptanoate (misoprostol A)
D methyl7-[2-[(1E,4RS)-4-hydroxy-4-methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopent-
1-enyl]heptanoate (misoprostol B)
E mixture of methyl 7-[(1RS,2RS,3SR)-3-hydroxy-2-[(1E,4RS)-4-hydroxy-
4-methyloct-1-enyl]-5-oxocyclopentyl]heptanoate and methyl 7-
[(1RS,2RS,3SR)-3-hydroxy-2-[(1E,4SR)-4-hydroxy-4-methyloct-1-
enyl]-5-oxocyclopentyl]heptanoate (11-epi misoprostol).
c. Pengujian stabilitas obat jadi
Studi Stabilitas merupakan serangkaian uji yang didesain untuk mendapatkan
jaminan stabilitas suatu produk, yaitu pemeliharaan spesifikasi suatu produk
yang dikemas dalam bahan pengemas yang telah ditentukan dan disimpan
dalam kondisi penyimpanan yang telah ditetapkan pada rentang waktu tertentu
(CPOB, 2012, hal. 302). Obat jadi dilakukan pengujian stabilitas untuk
mengetahui kestabilan obat, menentukan masa edar, dan rekomendasi
penyimpanan. Berdasarkan pedoman ASEAN (2013), uji stabilitas untuk obat
jadi misoprostol meliputi:
Pengujian Kondisi Penyimpanan Frekuensi Pengujian
Jangka Panjang 30oC 2oC 0, 3, 6, 9, 12, 18, 24
75% RH 5% RH bulan.
Minimal 2 batch
Dipercepat 40oC 2oC 0, 3, dan 6 bulan.
75% RH 5% RH Minimal 2 batch
V. REGULASI/PERUNDANG-UNDANGAN
5.1 Registrasi Obat Jadi
Menurut Permenkes No 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat
Jadi. Obat jadi sebelum diedarkan/dijual harus didaftarkan. Untuk
pendaftarannya harus memenuhi kriteria dan mengikuti tata laksana registrasi
obat sesuai dengan peraturan kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011.
Nomor registrasi sediaan misoprostol adalah DKL 1400311710 A1
Keterangan :
D = obat dengan nama dagang
K = golongan obat keras
L = produksi dalam negeri (lokal)
14 = tahun pendaftaran obat jadi (14=2014)
003 = nomor urut pabrik di Indonesia
017 = nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik
10 = nomor urut sediaan (tablet)
A = kekuatan obat jadi
1 = kemasan utama untuk nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi
Berdasarkan Surat Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan No.
136501/D/SE/73, maka penulisan nomor batch diserahkan kepada industri
farmasi yang bersangkutan dan harus diberikan keterangan pada badan POM
mengenai sistem penomoran batch yang digunakan oleh industri farmasi tersebut.
Sediaan misoprostol memiliki nomor batch 06140101.
Keterangan :
0614 = bulan dan tahun produksi (Juni 2014)
01 = kode bentuk sediaan padat oral (tablet)
04 = nomor urut pembuatan
5.2 Penandaan sesuai Undang-Undang
Berdasarkan Ordonasi Obat Keras St. No. 419 tanggal 22 Desember 1949
yang menyebutkan bahwa obat berkhasiat keras ditetapkan oleh pejabat kesehatan
yang berwenang dengan cara mencantumkannya dalam daftar G = obat keras
(Gevaarlijk = berbahaya). Pada sediaan misoprostol berlaku aturan penandaan
sebagai berikut:
1. SK MenKes No.193/Kab/B.VII/71 tanggal 21 Agustus 1971 tentang Peraturan
tentang Pembungkusan dan Penandaan Obat, seperti yang tercantum dalam pasal
3 ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) serta pasal 4
2. SK MenKes RI No.02396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras
Daftar G
Pasal 2 ayat (1) dan (2), pasal 3 ayat (1) dan (3)
3. Surat Edaran DirJen POM No.4266/AA/II/86 tanggal 26 Agustus 1986 tentang
Tanda Khusus Obat Keras Daftar G.
Warna tanda khusus obat keras daftar G harus sama atau mendekati warna
contoh tanda khusus di bawah ini :
Warna merah
Tebal garis tepi 1mm, warna hitam
Komposisi
Tiap tablet mengandung :
Misoprostol
.
200 mcg
Efek Farmakologi
Prostaglandin (PG)E2 dan PGI2 adalah prostaglandin utama yang
disintesis oleh mukosa gastrik; senyawa ini menghambat produksi asam
dengan cara berikatan dengan reseptor EP 3 pada sel-sel parietal. Ikatan
prostaglandin dengan reseptor menyebabkan penghambatan adenilil
siklase dan penurunan kadar AMP siklik intrasel. PGE juga dapat
mencegah terjadinya luka lambung berkat efek sitoprotektifnya, yang
meliputi stimulasi musin dan bikarbonat
Indikasi
Pencegahan tukak lambung yang diinduksi oleh penggunaan NSAID
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap prostaglandin
Wanita hamil dan menyusui
Perhatian
Tidak dianjurkan untuk pasien di bawah 18 tahun
Hentikan pengobatan dan memeriksa ke dokter segera jika diduga
mengalami kehamilan
Efek Samping
Efek samping pada misoprostol yang sering terjadi yaitu : gangguan GI
seperti diare dan sakit perut. Efek yang jarang terjadi : konstipasi,
dispepsia, perut kembung, mual dan muntah, stimulasi uterin (kram di
bawah perut atau sekitar perut), perdarahan vagina.
Interaksi obat
Makanan dan antasid: dapat menurunkan tingkat absorbsi misoprostol
Efek dari klerense hepatik obat: misoprostol tidak terlihat dapat
menghambat metabolisme dari obat, termasuk diazepam atau
propranolol dengan sistem enzim hepatic sitokrom P-450
Kemasan
Dus isi 3 strip @ 10 tablet
No. Reg DKL 14106710 A1
Penyimpanan
Harus disimpan di tempat yang kering dalam wadah yang tertutup pada
temperatur 25oC atau kurang, terlindung dari cahaya dan lembab.
Greenstone LLC. 2012. Material Safety Data Sheet Misoprostol Tablet. Greenstone
LLC. Peapack.
Lachman, L., H.A. Lieberman, & J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Jilid 2 Edisi Ketiga. Terjemahan S. Suyatmi. UI Press, Jakarta.
Lacy, C.F., L.L Amstrong, M.P. Goldman dan L.L. Lance. 2012. Drug Information
Handbook with International trades Names Indeex 20th Edition. American
Pharmacists Association. Hudson.
Laurence L., John S., dan Keith L.P. 2012. Goodman & Gilmans The
Pharmacological Basis of Therapeutics 10th Edition. McGraw-Hill
Companies Inc. New York.
Roth, H.J. dan G. Blaschke. 1994. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rowe, R. C., P. J. Sheskey & S. C. Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Fifth Edition. The Pharmaceutical Press and the American
Pharmacists Association, Washington DC.
Sweetman, S.C., 2013. Martindale The Complete Drug References, 36th Edition. The
Pharmaceutical Press. London
UJIAN PENELUSURAN PUSTAKA