Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui pelayanan
penunjang medik, salah satunya dalam upaya pengelolaan linen di rumah sakit. Linen di rumah sakit
dibutuhkan di setiap ruangan. kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi baik jenis,
jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan banyak keterlibatan
tenaga kesehatan dengan bermacam- macam klasifikasi. Untuk mendapatkan kualitas linen yang
baik, nyaman dan siap pakai diperlukan perhatian khusus seperti kemungkinan terjadinya
pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan kimia.

1.2 Tujuan
A. Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit citama.
B. Khusus
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit, Sebagai pedoman
kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh dan siap pakai.
2. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.
3. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari bahaya potensial.
4. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.

1.3 Definisi
1. Antiseptik
Adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membrane mukosa untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme
2. Dekontaminasi
Adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau substansi
lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
3. Desinfeksi
Adalah proses inaktivasi mikroorganismemelalui system.

4. Infeksi
Adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen pathogen atau infeksius
yang tumbuh, berkembang biak dan dan menyebabkan penyakit.
5. Infeksi nosocomial
Adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada
tanda/ gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
1
6. Steril
Adalah kondisi bebas dari semua mikroorganismetermasuk spora.
7. Linen
Adalah bahan atau alat yang terbuat dari kain atau tenun.
8. Kewaspadaan universal
Adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh,
dan selaput lendir pasien dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan infeksi HIV
maupun infeksi lainnya. Prinsip ini berlaku bagi semua pasien, tanpa membedakan resiko,
diagnose ataupun status.
9. Linen kotor terinfeksi
Adalah linen yang terkontaminasi dengan cairan, darah dan feses terutama yang berasal
dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella ( sekresi dan ekskresi), HBV dan HIV (
jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan kedalam
kantong dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan kantong luar
berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
10. Linen kotor tidak terinfeksi
Adalah linen yang tidak teerkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal
dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh
pasien berasl dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
11. Bahan berbahaya
Adalah zat, bahan kimia dan biologi baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang
dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak
langsung yang mempunyai sifat beracun, karsiogenik, teratogenik, mutagenic, korosif dan
iritasi.
12. Limbah bahan berbahaya
Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup
dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
13. Keselamatan kerja
Adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
tempat kerja, dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
14. Kecelakaan kerja
Adalah kejadian tidak terduga dan tak diharapkan, dapat menyebabkan kerugian material
ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai dengan berat.
15. Bahaya ( hazard )

2
Adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak merugikan atau menimbulkan
kerusakan.

1.4. Dasar Pelayanan Linen Di Rumah Sakit


1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkingan hidup.
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
4. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
berbahaya dan beracun.
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran air.
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes No. 416/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyediaan air bersih dan air minum.
8. Permenkes RI No. 472 / Menkes / peraturan / V / 1996 tentang penggunaan bahan
berbahaya bagi kesehatan.
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyehatan lingkungan rumah sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman organisasi
rumah sakit.
11. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit.
12. Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia tahun 1992 tentang pengelolaan linen.
13. Buku pedoman infeksi nosokomial tahun 2001.
14. Standart pelayanan rumah sakit tahun 1999.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM adalah :

No Nama jabatan Kualifikasi formal

1 Penanggung Jawab Laundry D3 Kesling

2 Pelaksana Laundry SMP/SMA

2.2 Distribusi Ketenagaan


Pembagian kerja laundry yaitu :
A. Mencuci linen OK : 2 Orang
B. Mencuci linen Rawat Inap : 2 Orang
C. Menyetrika : 1 Orang

Dengan ketentuan kerja tanpa shift yaitu pukul 07:00 15:00 WIB

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Sarana Fisik


Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyai persyaratan tersendiri. Terutama untuk
pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sebelum pemasangan data lengkap sangat diperlukan
untuk memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan hubungan
antar ruangan memerlukan perencanaan yang baik, untuk memudahkan penginstalasian termasuk
instalasi listrik, air, uap, dan lainnya. Saran fisik instalasi laundry terdiri dari beberap ruang antara
lain:

1. Ruang penerimaan linen kotor


Ruangan ini memuat:Meja penerima, yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Linen yang diterima harus sudah terpisah, yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Timbangan
Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan desinfeksi sesuai
standart.
2. Ruang pencucian dan pengeringan
Ruang ini memuat:
a. Mesin cuci
b. Mesin pengering.
3. Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini memuat:
a. Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers atau pressing ironers.
b. Alat setrika biasa atau manual.
4. Ruang penyimpanan linen.
Ruang ini memuat:
a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen.
b. Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
5. Ruang distribusi linen.
Ruang ini memuat: Meja administrasi

3.2. Prasarana.
1. Prasarana listrik.
Sebagian besar peraltan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga listrik yang
digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
5
Instalasi penerangan.
Instalasi tenaga.
Prasarana air.

2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di rumah
sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian
dengan kualitas air bersih sesuai standart air. Standart air yang digunaka untuk mencuci
mempunyai standart air bersih berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1992 dan standart khusus
bahan kimia dengan penekanan tidak adanya:
a) Hardness garam ( calcium, carbonate, dan chloride ).
Standart baku mutu: 0 90 ppm.
1. Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci sehingga
proses pencucian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
2. Efek pada linen dan mesin.
3. Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan dan linen warna akan
cepat pudar.
4. Mesin cuci akan berkerak ( scale forming), sehingga dapat menyumbat saluran- saluran
air dan mesin.

b. Iron Fe ( besi )
Standart baku mutu: 0 0,1 ppm.
1. Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan proses
pencucian.
2. Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan ( yellowing ) dan linen warna akan cepat
pudar.
3. Mesin cuci akan berkarat.
4. Bersifat alkali.

3. Prasarana uap.
Prasarana uap pada instalasi laundry dipergunakan pada proses pencucian, pengeringan dan
setrika.

3.3. Peralatan Dan Bahan Pencuci


Peralatan pada instalasi laundry menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan komposisi dan
kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci atau linen, mesin cuci, kulit petugas yang

6
melaksanakannya dan limbah buangannya tidak merusak lingkungan.
Peralatan yang ada di instalasi laundry antara lain:
1. Mesin cuci / washing machine.
2. Mesin pengering / drying tumbler.
3. Mesin penyetrika / flatwork ironer.

3.4. Produk Dan Bahan Kimia


Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat hasil lebih baik, begitu juga apabila
kekurangan.cBahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari:
1. Alkali.
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergent dan emulsifier serta membuka
pori dari linen.
2. Detergent (Sabun pencuci).
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara global.
3. Emulsifier.
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak dan lemak.
4. Bleach atau pemutih.
Mengangkat kotoran atau noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak sebagai desinfektan,
baik pada linen yang berwarna ( ozone ) dan yang putih ( chlorine ).
5. Sour atau penetral.
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH nya menjadi 7 atau netral.
6. Softener.
Berfungsi melembutkan linen. Dipergunakan pada proses akhir pencucian.
7. Starch atau kanji.
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi kaku. Juga sebagai
pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak sampai ke serat.

3.5. Pemeliharaan Peralatan


Alat cuci pada instalasi laundry dijalankan oleh para operator alat, dengan demikian para
operator alat harus memelihara peralatannya. Berbagai kelainan pada saat pengoperasian, misalnya
kelainan bunyi pada alat dapat segera dikenali oleh para operator. Pemeliharaan peralatan pencucian
terdiri dari:
Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap hari dengan
menggunakan lap basah dicampur dengan bahan kimia multi purpose cleaner dan dikeringkan
dengan lap kering. Untuk bagian tombol atau control digunakan lap kering dan jangan terlalu
ditekan,dikarenakan pada bagian ini biasanya tertilis prosedur dengan semacam stiker yang
7
mudah dihapus. Setelah pemakaian kosongkan air untuk mengurangi kandungan air dalam
mesin cuci sekecil mungkin. Jika terbentuk noda putih didalam mesin cuci, cucilah bagian
dalam drum dengan air bersih.
Pemeriksaan bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada bearing,
engsel pintu alat atau roda yang berputar. Berilah minyak pelumas atau fat. Penggantian
gemuk atau fat secara total disarankan dua tahun sekali. Jenis dan produk minyak pelumas
mesin yang digunakan dapat diketahui dari buku operating manual dari setiap mesin.
3. Pemeriksaan V- belt dilakukan setiap satu bulan sekali. Yakni secara visual dengan melihat
keretakan lempeng V- belt dan ketegangannya ( kelenturan).
Toleransi pengukuran 0,2 0,5 mm. jika melebihi atau sudah tidak memennuhi syarat V belt
tersebut harus segera diganti.

8
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Perencanaan Linen.


A. Sentralisasi Linen
Merupakan suatu keharusan yang dimuali dari proses perencanaan, pemantauan dan
evaluasi dimana merupakan siklus yang berputar. Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya
terpenuhi dengan baik maka diperlukan system pengadaan satu pintu yang sudah terprogam
dengan baik.

B. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di rumah sakit
yang meliputi linen diruang perawatan maupun ruang operasi dan unit lain yang ada.
Standarisasi linen yang dipakai adalah:
1. Standart produk.
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya setiap rumah sakit
mempunyai standart produk yang sama agar bias diproduksi secara missal. Produk dengan
kualitas tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan mempunyai
waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih optimal dibandingkan
dengan produk yang lebih murah.
2. Standart desain.
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan funsi daripada estetikanya, maka
dibuatlah desain yang sederhana, ergonomis dan inisex
3. Standart material. .
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan penampilan yang
diharapkan. Beberapa kain yang dipakai di rumah sakit antara lain cotton 100%, CVC 50-
50%, TC 65%-35%, polyster 100% dengan anyaman plat atau twill atau drill. Dengan
adanya berbagai pilihan tersebut memungkinkan untuk mendapatkan hasil terbaik untuk
setiap produk. Warna pada kain juga memberikan nuansa tersediri, sehingga secara
psikologis mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu pemilihan warna
sangat penting. Alternative dari kain warna yang polos adalah kain dengan corak motif,
trend ini memberikan nuansa yang lebih santai dan modern.
4. Standart ukuran.
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya sisi penggunaan, tetapi juga dari
biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul. Makin luas dan berat linen, makin
mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya.

9
5. Standart jumlah.
Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas ) dengan posisi 3 par berputar di ruangan: I
stok terpakai, 1 stok dicuci, 1 stok cadangan dan 2 par; mengendap di logistic: 1 par sudah
terjahit dan 1 par masih berupa lembaran kain.
6. Standart penggunaan
Standart yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur normal.
Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart kelayakakan sebuah linen, apakah
dengan umur linen., kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci. Sebaiknya linen itu sendiri
diberi identitas ataupun informasi. Informasi yang ditampilkan biasanya :
Logo rumah sakit dan nama rumah sakit.
Tanggal beredar atau mulai dipergunakan.
Item ukuran.
No. ID
Dan nama ruangan pemakai.

C. Mesin Cuci
Persyaratan mesin cuci:
1. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil ( 25- 100kg ) tanpa penyekat seperti pada mesin
besar dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan bersih dengan
jelas.
2. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian ( pemanasan- desinfeksi ) langsung
dialirkan ke dalam system pembuangan yang terpendam dalam tanah menuju IPAL.
3. Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk menbantu proses pemanasan
desinfeksi:
Pencatat suhu pada mesin.
Thermostat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin.
Glass atau kaca untuk melihat level air.
Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah air yang
dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia terutama pada saat desinfeksi.
D. Penatalaksanaan Linen.
Penatalaksanaan linen dibedakanmenurut lokasi dan kemungkinan transmisi organisme
berpindah.
Ruangan.
Perjalanan transportasi linen kotor.
Proses pencucian di laundry.
Penyimpanan linen bersih.
Distribusi linen bersih.

10
Linen kotor yang dapat dicuci di laundry dapat dikategorikan menjadi:
1. Linen kotor infeksius adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, dan
feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella.
2. Linen kotor tidak infeksius adalah linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan, dan
feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin dari seluruh pasien dari ruangan
biasa ataupun ruang isolasi yang terinfeksi.

Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan lokasi sebagai berikut:
a. Pengelolaan linen di ruangan
Seperti disebutkan di atas yang dimaksud dengan linen yang infeksius dan non infeksius
yang secara spesifik diperlakukan secara khusus dengan kantong linen yang berbeda.
Penanganan linen dimulai dari proses penggantian linen.
Proses penggantian linen dilakukan oleh perawat dengan melepaskan linen yang kotor
terlebih dahulu.
Prosedur untuk linen kotor infeksius :
Biasakan untuk mencuci tangan pekerjaan. sebelum dan sesudah melakukan
pencucian.
Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
Persiapkan alat dan bahan.
Lipat bagian yang terinfeksi ke bagian dalam dan masukkan linen ke dalam troli
tertutup dan segera bawa ke spoel hock.
Noda darah atau feses dibuang ke spoel hock, basahi linen dengan air lalu
masukkan kedalam kantong berwarna kuning.
Tutup rapat kantong dan segera masukkan ke troli linen kotor dekat ruang spoel
jock dan siap di bawa ke laundry.

Prosedur untuk linen kotor tidak infeksius :


Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
Persiapkan alat dan bahan.
Masukkan linen kotor ke dalam troli kotor yang berada dekat ruang spoel hock dan
siap dibawa ke laundry.

b. Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organism, jika
linen kotor tidak tertutup dan troli tidak dibersihkan. Persyaratan alat transportasi linen:

11
Dipisahkan antara troli linen kotor dan linen bersih, jika tidak maka wadah
penampung yang harus terpisah.
Bahan troli terbuat dari stainless stell dan tidak mudah berkarat.
Wadah mampu menampung beban linen.
Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci demikian juga
dengan troli harus dicuci.
Muatan atau loading linen kotor dan bersih tidak boleh berlebihan.
Wadah harus tertutup.

c. Laundry
Tahapan kerja di laundry:
Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan
Pemilahan dan penimbangan linen kotor
Pencucian
Pemerasan
Pengeringan
Penyetrikaan
Pelipatan
Penyimpanan
Pendistribusian
Penggantian linen yang rusak.

Pada saat penerimaan samapai dengan penyetrikaan merupakan proses yang krusial
dimana kemungkinan organisme masih hidup, maka petugas diwajibkan memakai
APD.
Alat pelindung diri petugas laundry:
Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat.
Apron
Sarung tangan
Sepatu boot digunakan untuk area basah.
Masker digunakan pada proses pemilihan dan sortir
Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan untuk mencuci tangan
sebagai pertahanan diri.

Penjelasan lebih lanjut tahapan kerja di laundry:

12
1. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan.Tidak
dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran organism.
2. Pemilahan dan penimbangan linen kotor.
a. Lakukan pemilahan berdasarkan linen infeksius dan non infeksius.
b. Upayakan tidak melakukan pensortiran.
Penggunaan kantong dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari
sortir.
c. Penimbangan sesuai dengan kapasitas mesin cuci yang digunakan.
3. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda ( bersih), awet (tidak
cepat rapuh ), namun memenuhi persyratan sehat bebas dari mikroorganisme
pathogen.
Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan sampai
dengan desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin tumbuh
dimesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan pencucian harus mengikuti
persyaratantehnis pencucian:
a. Waktu.
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature dan
bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, dan sehat.Jika waktu
tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan maka kerja bahan kimia
tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan jenis petst seperti kutu
dan tungau dapat mati.
b. Suhu.
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30 derajat celcius
sampai dengan 90 derajat celcius tergantung dari bahan dan jenis linen.
proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu normal.
Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergent untuk linen putih 45-
50 derajat celcius, untuk linen warna 60-80 derajat celcius.
Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi celcius 65 atau 70 derajat
Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal.
Proses penetralan dengan suhu normal.
Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.
c. Bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulsifier, detergent, bleach
(clorine dan oksigen bleach), sour, softerner, dan starch.Masing- masing
mempunyai fungsi tersendiri.

13
d. Mechanical action.
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang
mempengaruhi:
Loading atau muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin harus
dikosongkan 25% dari kapasitas mesin.
Level air yang tidak tepat.
Motor penggerak yang tidak stabil yang disebabkan oleh poros tidak
simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja.
Takaran detergent yang berlebihan dapat mengakibatkan melicinkan linen
dan busa yang berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau tidak berlebihan.
4. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian
selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi
pemerasan.
5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang mempunyai
suhu mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan
dapat mati.
6. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan suhu 120
derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu antara 70-80 derajat celcius.
7. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada
saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien diatas
tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara
linen yang masih baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
8. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi ulang
baik dari bahay seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk mengontrol posisi
linen tetap stabil.Sebaiknya penyimpanan linen 1,5 par di ruang penyimpanan
dan 1,5 par disimpan diruangan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan
menurut masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur
barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastic transparan
sebelum didistribusikan.

14
9. Pendistribusian.
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya harus
dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
10. Penggantian linen yang rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan:
Umur linen yang sudah standart.
Human error termasuk hilang.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki dan ada pula yang memasti harus
diganti. penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry dengan
mengirimkan formulir permintaan linen ke pihak logistic.

15
BAB V

LOGISTIK

Pengadaan logistic untuk laundry yaitu penyediaan alat cuci, seragam pelaksana, dan chemical
untuk mencuci yang dapat diadakan dengan tata cara dibawah ini :
1. Mengisi form permintaan yang sudah disediakan oleh bagian logistic pada unit Operasional
sesuai kebutuhan
2. Form permintaan harus ditandatangani oleh Kepala unit/User dan Manager Keuangan dan
Umum sehingga dapat dipertanggungjawabkan
3. Menyerahkan form permintaan kepada kepala unit logistic
4. Kepala unit logistic mengintruksikan kepada staff logistic untuk melihat apakah barang yang
diminta oleh unit Operasional ada tersedia di gudang
5. Bagian logistic menyiapkan barang sesuai dengan yang tertera di form permintaan
6. Apabila ada barang yang tidak tersedia di gudang logistic , maka akan diberikan waktu 1
(satu) atau 2 (dua) hari untuk menunggu dan selanjutnya diadakan pembelian barang yang
kosong
7. Bagian Logistik memberikan barang yang sudah tersedia di dalam gudang logistic kepada
kepala unit Operasional
8. Kepala unit Operasional menerima barang yang diminta dan ditandatangani oleh kedua belah
pihak

16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien yang diupayakan pada unit laundry yaitu menjamin linen yang digunakan
oleh pasien bersih dah layak digunakan. Tidak menjadi sumber infeksi nosocomial yang dapat
menyebarkan penyakiit dari pasien ke pasien lainnya. Dilahat dari segi kegunaan linen yang terus di
gunakan dan dicuci tanpa menbeda bedakan pasien keculai infeksius dan non infeksiu.

Untuk menjamin keselamatan pasien, alur linen kotor infeksius dan non infeksius lebih
diperhatikan, menjaga agar tidak terjadi kontak silang antar alur. Penyimpanan pun harus di
perhatikan, sehingga linen bersih tidak terkontaminasi ulang selama penyimpanan dan
pendistribusian berlangsung.

Secara berkala di lakukan uji bakteri linen untuk memantau kebersihan linen yang akan
digunakan oleh pasien. Bekerja sama dengan laboratorium dinas pemerintahan setempat.

17
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

6.1 Kesehatan Dan Keselamata Kerja.


i. Bahaya mikrobiologi.
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, riketsia, parasit dan jamur. Petugas laundry yang
menangani linen kotor senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar
kuman pathogen. Menurut penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali
selama periode waktu sebelum cucian mulai diproses. Contoh mikroorganisme :
a) Mycobacterium tuberculosis.
Adalah mikroorganisme penyabab tuberculosis dan palind sering menyerang paru-
paru. Penularannya melalui percikan atau dahak penderita. Pencegahannya:
Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit
TBC dan penularannya.
Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan laundry.
Menggunakan alat pelindung diri sesuai SPO.
Melakukan tindakan dekontamoinasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan
alat yang digunakan.
Secara tehnis setiap petugas harus melaksanaka tugas pekerjaannya sesuai SPO

b) Virus hepatitis B.
Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya, lebih penting
dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai pengidap (carrier) kronik,
yang dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan.Penularan dapat melalui darah
dan cairan tubuh lainnya. Pencegahan:
Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit
hepatitis B dan penularannya.
Memberikan vaksinasi kepada petugas.
Menggunakan APD sesuai SPO.
Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan sterilisasi terhadap bahan dan
peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi.
Secara tehnis setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai SPO.

c) Virus HIV ( human immunodeficiency virus ).

18
Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome ).
Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya virus
kedalam tubuh sampai timbulnya AIDS tergantung pada daya tahan tubuh seseorang dan
gaya hidup sehatnya. HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air
susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh. Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta,
ekskreta tubuh yang mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.
Pencegahan:
Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastic keras berisi
desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna khusus serta
diberi label bahan menular / AIDS selanjutnya dibakar.
Menggunakan APD sesuai SPO.

ii. Bahaya bahan kimia.


a) Debu.
Pada instalasi laundry debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri. Debu linen
yang yang sesuai adalah 0,2 milligram/m3. Efek pada kesehatan : Mekanisme penimbunan
debu dalam paru-paru dapat terjadi dengan menarik napas sehingga udara yang
mengandung debu masuk kedalam paru-paru.Pada pemajanan yang lama dapat terjadi
pneumoconiosis, dimana partikel debu dijumpai di paru-paru dengan gejala sukar
bernapas.Pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat kain / linen /kapas disebut
bissinosis. Gejalanya hampir sama dengan asma yang disebut Monday chest tightness
atau Monday fever, karena gejala terjadi pada hari pertama kerja setelah libur yaitu senin,
sering gejala hilang pada hari kedua dan bila permaparan berlanjut maka gejala akan
semakin berat. Pengendalian :
Pencegahan terhadap sumber.
Diusahakan agar debu tidak keluar dari dumbernya dengan mengisolasi
sumber debu.
Memakai APD sesuai SPO.
Ventilasi yang baik.
Dengan alat exhauster.

b) Bahaya bahan kimia.


Sebagian besar dari bahaya di instalasi laundry diakibatkan oleh zat kimia seperti
detergen, desinfektan, zat pemutih dll.Tingkat resiko yang diakibatkan tergantung dari
besar, luas dan lama pemajanan. Oleh karena itu sikap berhati-hati terhadap semua bahan
kimia yang dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh sangat diperlukan. Informasi dari
bahan kimia dapat dibaca pada label kemasan dari produsennya yang lazim disebut
MSDS. Penanganan zat kimia di instalasi laundry:
19
1. Alkali.
Fungsi: bubuk penambah sifat alkali.
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin beracun dan
iritasi tapi tidak mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi mata dan kulit.
Bila terhirup akan mengakibatkan edema paru.
Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir.
Pertolongan pertama :
Mata: cuci secepatnya dengan air sebanyak- banyaknya.
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: jauhkan dari jangkauan.
Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Control teknis, gunakan ventilasi yang cukup.
Pemakaian APD.
Penyimpanan dan pengankatan: simpan ditempat aslinya, wadah tertutup,
dibawah kondisi kering, ventilasi baik, jauhkan dari asam dan suhu yang
ekstrim.

2. Detergen.
Fungsi: detergen atau sabun cuci.
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin beracun
dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya :
Iritasi mata dan kulit.
Bila terhirup menyebabkan edema paru.
Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput lendir.
Pertolongan pertama :
Mata: cuci secepatnya dengan air yang banyak.
Kulit: cuci dengan air dang anti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dan jauhkan.
Tertelan: bersihkan bahan kimia dari mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.

20
Penyimpanan dan pengangkutan; simpan ditempat aslinya, wadah tertutup
dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan suhu
yang ekstrim.

3. Emulsifier
Fungsi: cairan pengemulsi lemak atau minyak dan prespotter.
Sifat: rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi mata dan kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi.
Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
Mata: aliri dengan air selama 15 menit.
Kulit; cuci dengan air.
Terhirup: pindahkan dan jauhkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum air atau susu 1-2 gelas dan jangan berusaha
untuk muntah.
Tindakan pencegahan:
Pemakaian APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering,
jauhkan dari sinar matahari langsung dan sumber panas.

4. Oksigen bleach
Fungsi: bubuk pemutih beroksigen.
Sifat: bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah terbakar, beracun untuk ikan (
dilarutkan dulu sebelum dibuang ke selikan atau sumber air ).
Bahaya:
Iritasi berat pada mata.
Rasa terbakar pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi dan oedema paru.
Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama:
Mata: cuci secepatnya dengan air.
Kulit; cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:

21
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan sumber panas.

5. Chlorine bleach
Fungsi: pemutih berklorine.
Sifat: bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas klorine dengan cepat , tidak
mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi berat pada mata dan rasa terbakar pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran pernapasan, asma edema paru
dan kanker paru.
Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama:
Mata: cuci dengan air secepatnya.
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpam ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.

6. Sour atau penetral.


Fungsi: bubuk pengasam atau penetralisir laundry.
Sifat: bereaksi dengan asam akam mengeluarkan sulfur dioksida keluar, dan tidak
mudah terbakar.
Bahaya :
Iritasi berat pada mata dan kulit.
Bila terhirup dan tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama :
Mata: cuci secepatnya dengan air.
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: jauhkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.

22
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.

7. Softener.
Fungsi: cairan pelunak dan pelembut kain. Sifat: stabil, tidak mengandung bahan
berbahaya, tidak mudah terbakar.
Bahaya :
Iritasi berat pada mata dan kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi.
Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama :
Mata: cuci secepatnya dengan air.
Kulit: cuci secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: jauhkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kring, hindari
suhu yang ekstrim.

8. Starch.
Fungsi: Bahan pengkanji.
Sifat: stabil, tidak mengandung bahan berbahaya , tidak mudah terbakar.
Bahaya:
Iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi.
Bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
Mata: cuci secepatnya dengan air.
Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
Terhirup: pindahkan dari sumber.
Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
Memakai APD.
Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering,
hindari suhu yang ekstrim.

23
9. Formaldehyde.
Pemajanan dengan antiseptic dalam waktu lama dapat menyebabkan dermatitis,
ekseme, dan alergi. Formaldehyde merupakan komponen dari banyak antiseptic
dan desinfektan, zat ini menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran
pernapasan dan bersifat karsiogenik.
Perlindungan :
Dengan pemakaian APD sesuai SPo.
Segera mencuci tangan sesudah kontak.
Meningkatkan hygiene perorangan.
Memperkuat daya tahan tubuh dengan gisi yang baik.

iii. Bahaya Fisika.


1. Bising.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara
kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan
spectrum pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas, frekuensi, durasi dan pola
waktu.
Di rumah sakit bising merupakan masalah yang salah satunya berasal dari mesin
cuci.Pajanan bising yang terjadi lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan
menyebabkan gangguan pendengaran berupa noise induce hearing loss (NIHL).
Pengendalian:
a. Sumber:
Desain akustik.
Menggunakan mesin atau alat yang kurang bising.
b. Media:
Menjauhkan sumber dari pekerja.
Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada dinding,
langit-langit dan lantai.
Menutup sumber bising dengan barrier.
c. Pekerja:
Menggunakan APD ( ear plug atau ear muff).
Ruang isolasi untuk istirahat.
Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang
bising dengan yang tidak bising.
Pengendalian secara administrative dengan menggunaka jadwal kerja.

2. Cahaya

24
Pencahayaan di laundry sangat penting karena berhubungan dengan keselamatan
pekerja, peningkatan pencermatan, kesehatan yang lebih baik, suasana nyaman.
Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata dan
keluhan laian berupa iritasi (konjungtivitis), ketajaman penglihatan terganggu, akomodasi
dan konvergensi terganggu, sakit kepala.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan mengadakan pencahayaan yang
cukup sesuai dengan standart rumah sakit ( minimal 200 lux).

3. Listrik.
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena dukungan
pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada umumnya yang terjadi di rumah sakit
adalah kejutan listrik microshock dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui system
peralatan yang tidak baik.
Efek kesehatan:
Luka bakar di tempat tersengat listrik
Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik.
Pengendalian:
Pengukuran jaringan atau instalasi listrik.
Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai ketentuan.
Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator.
Penempatan pekerja sesuai ketrampilan
Waktu kerja petugas di gilir
Memakai sepatu atau sandal isolasi.

4. Panas.
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26-28 derajat celcius) dengan
kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah panas
lembab.
Efek pada kesehatan:
Heat syncope ( pingsan karena panas).
Heat disorder ( kumpulan gejala yang berhubungan dengan kenaikan
suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh) seperti:
a. Heat stress atau heat exhaustion: Terasa panas dan tidak nyaman, tekanan
darah menurun menyebabkan gejala pusing dan mual.
b. Heat cramps: Spasme otot yang disebabkan cairan dengan elektrolit yang
rendah, masuk kedalam otot, akibat banyak cairan tubuh yang keluar melalui
keringat sedangkan penggantinya hanya air minum biasa tanpa elektrolit.

25
c. Heat stroke: Disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam mengatur pengeluaran
keringat, suhu tubuh dapat mencapai 40 derajat celcius.
Pengendalian :
Isolasi peralatan yang menimbulkan panas.
Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan di atas sumber panas yang
bertujuan menarik udara panas keluar ruangan dapat digunakan kipas angin
ruangan.
Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat dekat
tempat kerja dan kalau perlu disediakan extra salt.
Hindarkan petugas yang harus bekerja dilingkungan panas apabila berbadan
gemuk dan berpenyakit kardiovaskuler.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat.

5. Getaran.
Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan getaran
isolasi. Vibrasi yang terjadi dapat local atau seluruh tubuh. Mesin cuci yang bergetar
dapat memajani petugas melalui transmisi atau penjalaran, baik getaran yang mengenai
seluruh tubuh ataupun setempat yang merambat melalui tangan atau lengan operator.
Efek kesehatan :
Pada system peredaran darah dapat terjadi kesemutan,dan parese. terhadap
system tulang, sendi dan oto dapat terjadi gangguan osteoarticular yaitu
gangguan pada sendi jari tangan.
Terhadap system syaraf dapat terjadi parastesi, menurunnya sensitifitas,
gangguan kemampuan membedakan dan atrofi.
Pengendalian :
Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi atau isolator den pemeliharaan mesin yang baik.
Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus hanya dianjurkan menggunakan
sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan gangguan
vaskuler.

6. Ergonomic.
Adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka. Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah apalagi dalam sikap paksa dapat
menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah
sehingga kerja menjadi kurang efisien. Hal ini jika terjadi dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan gangguan fisik dan psikologi. Gejala penyakit sehubungan dengan alat
gerak yaitu persendian, jaringan otot,saraf atau pembuluh darah ( low back pain ).
26
Pengendalian:
Mengangkat beban berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita sendiri, kira-kira 50
kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan. Bila barat beban yang akan
diangkat lebih dari setengah dari berat badan si pengangkat, maka beban
harus dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka hendaknya
beban diangkat secara beramai-ramai.
Posisi duduk
Tinggi alas duduk sebaiknya antara 38 sampai 48 cm. Kursi harus stabil dan
tidak goyang atau bergerak. Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi
gerakan petugas.
Posisi berdiri
Berdiri lebih baik tidak lebih dari 6 jam.

5. Bahaya psikososial.
Diantara berbagai ancaman bahaya yang timbul akaibat kerja dirumah sakit, factor
psikologis juga memerlukan perhatian antara lain:
Stress yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor lingkungan terhadap kesejahteraan
individu. Stress dapat disebabkan oleh:
Tuntutan pekerjaan yaitu dukungan kerja yang lebih maupun yang kurang, tekanan
waktu, tanggung jawab yang berlebih ataupun kurang.
Dukungan dan kendala :
Hubungan yang tidak baik dengan atsan, teman sekerja, adanya berita yang tidak
dikehendaki atau gossip, adanya kesulitan keuangan dll. Manifestasi klinis dari
stress antara lain depresi, ansietas, sakit kepala, kelelahan, dan kejenuhan,
gangguan pencernaan, dan gangguan fungsi organ lainnya.
Pengendalian yaitu menjaga kebugaran jasmani dan adanya kegiatan yang
menimbulkan rasa senang dalam bekerja seperti cara kebersamaan, retret dll.

6. Keselamatan dan kecelakaan kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga oleh karena di belakang peristiwa
tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan. Beberapa bahaya potensial terjadinya
kecelakaan kerja dilaundry antara lain:
1. Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsure secara bersama-sama.Unsure
tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas.
27
Penanggulangan:
Adanya system penyimpanan yang baik terhadap bahan yang mudah
tebakar.
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan secara
terus menerus.
Jalur evakuasi.
Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.

2. Terpeleset atau terjatuh.


Walaupun jarang terjadi tetapi terpeleset atau jatuh dapat mengakibatkan cidera
ringan sampai berat misalnya fraktur, dislokasi, salah urat dan memar.
Penanggulangan:
Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai
tali sepatu yang longgar.
Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
tidak licin.
Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti pasir, debu, minyak
yang memudahkan terpeleset.
Lantai yang cacat misalnya banyak lubanh atau permukaannya miring
harus segara diperbaiki.

28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan tujuan akhir. Tujuan antara
pengendalian mutu adalah agar dapat diketahui mutu barang, jasa, maupun pelayanan yang
dihasilkan. Tujuan akhirnya yaitu untuk dapat meningkatkan mutu barang, jasa, maupun pelayanan
yang dihasilkan. Terdapat lima dimensi pokok mutu, yaitu sebagai berikut :
a. Bukti langsung (tangible), terdiri dari fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi.
b. Keandalan (reliability), merupakan kemampuan perusahaan/institusi dalam memberi
pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu dapat diakses, tidak lama menunggu, serta
bersedia mendengar keluh kesah konsumen.
d. Standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan tujuan
untuk memperbaiki mutu.
e. Empati, merupakan kemudahan berhubungan, berkomunikasi, perhatian pribadi, serta
memahami kebutuhan konsumen.

Indikator pelayanan laundry adalah sebagai berikut;


a. Tidak adanya kejadian linen yang hilang, standar 100%
b. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap, standar 100%;

29
BAB IX

PENUTUP

Demikian telah disusun suatu pedoman pelayanan laundry yang dapat di pakai sebagai acuan
di dalam pelayanan di laundry untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan di Rumah
Sakit Citama .

Pedoman ini akan mengalami perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke
waktu sehingga di perlukan data evaluasi secara teratur dan berkelanjutan dalam hal pemantauanya.
Dengan adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan pelayanan secara khusus di instalasi
laundry dapat mengutamakan keselamatan dan kepuasan pasien.

30

Anda mungkin juga menyukai