Kelompok VIII
1. Ekak Novianto (6711040061)
2. Danang Eko P (6711040050)
3. Ahmad Fitroh NS (6711040053)
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = E / A
= W ( cos - cos ).( 1.7 )
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah
seperti diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai
pemusat tegangan (stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat
menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada beban di bawah yield
strength.
Ada satu takikan pada pengujian impact yakni takikan R, D dan P sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 3 di bawah ini.
R D P
Gambar 3.takikan pada spesimen uji impact
Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle
(getas) atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa
mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan apabila
kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami ductile
Fracture. Material yang mengalami brittle Fracture hanya mampu menahan energi
yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan permukaan kedua jenis
patahan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.4.
b. Metode izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.5.b, spesimen dijepit
pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan
takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
1.4. Temperatur Transisi
Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat dipengaruhi oleh
temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact setiap jenis
material berbeda-beda. Baja karbon merupakan salah satu contoh logam yang
kekuatan impactnya turun drastis bila berada pada temperatur yang sangat dingin
(1000 C). Sebaliknya aluminium adalah contoh logam yang masih mempunyai
kekuatan impact yang cukup tinggi pada temperatur yang sangat dingin tersebut.
Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam,
sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan impactnya. Diantara
kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik temperatur yang
merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu temperatur yang
menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle. Titik temperatur
tersebut disebut temperatur transisi (gambar 6.)
Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada dibawah temperatur transisi
dari material yang digunakan, maka adanya crack pada material fracture akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan, sedangkan apabila temperatur operasi
terendah masih diatas temperatur transisi dari material, maka brittle fracture bukan
merupakan masalah.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Material
Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperatur kamar (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperatur dingin (1 buah )
Es
Air
2.2 Peralatan
1. Mesin Uji Impact
2. Cooling Chamber
3. Thermo couple
4. Kompor listrik dan panci
5. Stopwatch
6. Jangka sorong
7. Kikir
8. Stamping
9. Ragum
10 Tang
T50 = 2. ( / g )
1,78 = 2. ( / 9,81)
1,782 = 42./9,81
= 0,786 m
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN