Anda di halaman 1dari 13

IMPACT TEST

Kelompok VIII
1. Ekak Novianto (6711040061)
2. Danang Eko P (6711040050)
3. Ahmad Fitroh NS (6711040053)

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


2013
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Kegiatan


I.1.1 Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mampu melakukan
pengujian beban mendadak ( Impact test ) terhadap suatu material.

I.1.2 Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil
pengujian suatu material.
2. Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap kekuatan
material
3. Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material
4. Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material.

I.2. Dasar Teori


Beberapa peralatan pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta
api, akan mengalami suatu beban kejutan dalam operasinya. Maka dari itu
ketahanan suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan. Pengujian
ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya takikan, bentuk
takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact test bisa diartikan sebagai
suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan dalam menerima beban tumbuk
yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan spesimen
dengan ayunan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1 mesin uji impact
Bandul yang mempunyai ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen.
Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda
uji merupakan energi yang diserap oleh spesimen.

Gambar 2 sketsa perhitungan energi impact teoritis


Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan
besarya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Eo = W.ho( 1.1 )
E1 = W.h1( 1.2 )
E = Eo - E1
= W ( ho - h1 ).( 1.3 )
dari gambar 2 didapatkan ho = - cos
= ( 1 - cos ).........( 1.4 )
h1 = - cos
= ( 1 - cos ).....( 1.5 )
dengan subtitusi persamaan 1.4 dan 1.5 pada 1.3 di dapatkan :
E = W ( cos - cos )..( 1.6 )
dimana Eo = Energi awal ( J )
E1 = Energi akhir ( J )
W = Berat bandul ( N )
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas ( m )
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas ( m )
= panjang lengan bandul ( m )
= sudut awal ( o )
= sudut akhir ( o )

Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = E / A
= W ( cos - cos ).( 1.7 )

Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah
seperti diskotinuitas pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai
pemusat tegangan (stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat
menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada beban di bawah yield
strength.
Ada satu takikan pada pengujian impact yakni takikan R, D dan P sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 3 di bawah ini.

R D P
Gambar 3.takikan pada spesimen uji impact

Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle
(getas) atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa
mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan apabila
kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami ductile
Fracture. Material yang mengalami brittle Fracture hanya mampu menahan energi
yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan permukaan kedua jenis
patahan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.4.

Gambar 4 pola patahan pada penampang specimen uji impact

1. 3 Metode Pengujian Impact


Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 yaitu Metode Charpy dan Metode
Izod
a. Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.5.a, spesimen diletakkan
mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan. Letak
takikan (notch) tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang takikan.
Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang lain
termasuk Indonesia.

gambar 5 Metode pengujian charpy dan izod

b. Metode izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.5.b, spesimen dijepit
pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan
takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.
1.4. Temperatur Transisi
Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat dipengaruhi oleh
temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact setiap jenis
material berbeda-beda. Baja karbon merupakan salah satu contoh logam yang
kekuatan impactnya turun drastis bila berada pada temperatur yang sangat dingin
(1000 C). Sebaliknya aluminium adalah contoh logam yang masih mempunyai
kekuatan impact yang cukup tinggi pada temperatur yang sangat dingin tersebut.
Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam,
sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan impactnya. Diantara
kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik temperatur yang
merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu temperatur yang
menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle. Titik temperatur
tersebut disebut temperatur transisi (gambar 6.)

Gambar 6 Temperatur Transisi

Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada dibawah temperatur transisi
dari material yang digunakan, maka adanya crack pada material fracture akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan, sedangkan apabila temperatur operasi
terendah masih diatas temperatur transisi dari material, maka brittle fracture bukan
merupakan masalah.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Material
Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperatur kamar (1 buah)
Spesimen uji impact untuk temperatur dingin (1 buah )
Es
Air

2.2 Peralatan
1. Mesin Uji Impact
2. Cooling Chamber
3. Thermo couple
4. Kompor listrik dan panci
5. Stopwatch
6. Jangka sorong
7. Kikir
8. Stamping
9. Ragum
10 Tang

Gambar 2.1 Mesin Uji Impact


2.3 Langkah Kerja
1. Menyiapkan spesimen
Mengambil dan dijepit pada ragum,
Mengambil dan mengikir bekas-bekas machining pada spesimen yang
memungkinkan menyebabkan salah ukur.
Langkah diatas diulangi untuk seluruh spesimen.
2. Pengukuran Dimensi
Mengambil spesimen dan diukur dimensinya
Kode specimen dicatat dan dat pengukurannya pada lembar kerja
Langkah diatas diulangi untuk seluruh specimen

3. Pengkondisian Spesimen Pada Temperatur Kerja


a. Temperatur panas
Air dimasukkan ke dalam panci dan letakkan diatas kompor listrik
yang telah dinyalakan.
Air ditunggu sampai mendidih dan masukkan spesimen berkode 2
ke dalam panci dan dan ditunggu 5 menit
Temperatur air diukur sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji
Impact
b. Temperatur dingin
material di rendam di dalam air ES sampai suhunya mencapai 0.3 C
5. Pengujian pada Mesin Uji Impact
Data mesin dicatat pada lembar kerja.
Bandul disiapkan pada posisi awal untuk pengujian.
Jarum diatur menunjuk pada posisi 0.
Mengambil spesimen dan diletakkan pada tempatnya secara tepat dan
cepat, terutama untuk kondisi panas dan dingin (maksimal 5 detik).
Tangan kanan diletakkan pada pin pengunci beban dan tangan kiri
pada rem.
Pin pengunci beban ditekan, sehingga bandul meluncur menimpa
spesimen.
Rem ditekan ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua
kalinya.
Besarnya sudut diamati dan dicatat dan besarnya energi yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
Langkah diatas diulangi untuk seluruh spesimen.

6. Menentukan Panjang Lengan Bandul


Bandul diangkat sehingga membentuk sudut 100 dari garis tegak.
Bandul dilepaskan sehingga berayun.
Waktu yang dibutuhkan untuk 50 ayunan (T50) dihitung dengan
stopwatch
Lengan bandul dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
T = 2 ( / g )1/2
Dimana T = periode (detik) = T50 / 50
= panjang lengan bandul (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

Waktu 50 periode (T50) = 89 detik


Periode (T) = 133 / 50 = 1,78 detik

T50 = 2. ( / g )

1,78 = 2. ( / 9,81)

1,782 = 42./9,81
= 0,786 m
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengujian


Pada specimen 3 dengan temperatur 0.3 0C
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah brittle.
Pada specimen 1 dengan temperatur 25,6 0C
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah brittle.
Pada specimen 2 dengan temperatur 98,4 0C
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah brittle.

Gambar 3.1 Benda kerja setelah ditumbuk dengan alat impact.


Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Impact dan Spesimen
IMPACT TEST
: 160.43 Berat Bandul : 96.5 N Panjang Lengan : 0.8 m
Penandaan Panjang Lebar Tebal Tebal Pada Takikan Luas
W T An
No Spesimen L (mm) (mm) (mm) tn (mm) (mm2)
1 1 54,90 9.60 10.11 8.50 97,06
2 2 55,01 9.60 10.10 8.30 96,96
3 3 55,00 9.60 10.00 8.70 96,00

Tabel 3.2 Hasil Percobaan


E E
Penandaan Jenis Lokasi Suhu Sudut Impact Teoritis Strength Jenis
Spesimen Takikan Takikan (C) () (J) (J) (J/mm2) Patahan
1 V Notch BM 25,6 20 145,1 145,28 1,49 Brittle
2 V Notch BM 98,4 9 149 148,99 1,53 Brittle
3 V Notch BM 0,3 21 145 144,81 1,51 Brittle

3.2 Analisa pengujian


Dari hasil percobaan diatas didapatkan data bahwasannya dalam pengujian impact
material dalam kondisi suhu dingin maka didapatkan bahwa material tersebut
menjadi brittle dibandingkan dengan 2 percobaan lain yang lebih ductile.

* Menentukan Kekuatan Impak


Pada suhu 25,60 C
Diket : EImp = 145,1 Joule
An = 97,06 mm2
Is = E/An
= 145,1 / 97,06
= 1.49 J/mm2

Pada Suhu 0.30 C


Diket : EImp = 145 Joule
An = 96,00 mm2
Is = E/An
= 145 / 96,00
= 1.51 J/mm2
Pada Suhu 98,40 C
Diket : EImp = 149Joule
An = 96,96mm2
Is = E/An
= 149/ 96,96
= 1.54 J/mm2

Menghitung E secara teori


Sudut Akhir = 200
Maka Energi Impact ;
E = W.l.(Cos Cos)
E = 99,60 . 0.8 (Cos 20 Cos 160.45)
E = 145,28 J

Sudut Akhir = 0,30


Maka Energi Impact ;
E = W.l.(Cos Cos)
E = 9,60. 0.8 (Cos 21 Cos 160.45)
E = 144,81 J

Sudut Akhir = 98,40


Maka Energi Impact ;
E = W.l.(Cos Cos)
E = 9,60 . 0.8 (Cos 9 Cos 160.45)
E = 148,99 J

Menentukan lateral expansin


Suhu 25,60
W1 W/2 = 1,1
Suhu 0,30
W1 W/2 = 1
Suhu 98,40
W1 W/2 = 1,15
3.4 Kesimpulan
Uji kekuatan tumbuk (impact test) merupakan salah satu cara untuk mengukur
kekuatan material terhadap beban mendadak. Percobaan ini dilakukan pada 3
(tiga) keadaan yang berbeda yakni pada temperatur rendah, temperatur kamar dan
temperatur tinggi. Dari anlisis dan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa
temperatur mempengaruhi kekuatan impactnya. Saat temperature semakin rendah
maka kekuatan impactnya akan semakin tinggi tetapi bila temperatur semakin
besar maka kekuatan impactnya akan rendah.

Anda mungkin juga menyukai