Anda di halaman 1dari 13

MAGNETIK PARTIKEL TEST

Kelompok VIII
1. Ekak Novianto (6711040061)
2. Danang Eko P (6711040050)
3. Ahmad Fitroh NS (6711040053)

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi
discontinuity bahan logam ferro pada permukaan atau discontinuity sub
surface. Biasanya pengujian ini dilakukan pada benda kerja pada semua
tahapan produksi.
1.2 Dasar Teori
Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu
memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan
magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan
mengarah dari kutub selatan ke utara di dalam magnet.

Gambar 1.1. Garis Gaya Magnet

I.2.1. Prinsip Dasar pengujian Magnetik Partikel


Spesimen atau benda uji tersebut dimagnetisasi dengan cara
memberikan arus listrik. Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada
benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda
potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah). Pada daerah tersebut ditaburkan serbuk ferro magnetik.
Selanjutnya serbuk ferro magnetik tersebut akan mengikuti bagian
yang cacat dari benda uji tersebut.

I.2.2. Jenis-jenis Magnet


1. Magnet permanen
Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika
dimagnetisasi maka bahan logam tersebut akan mampu
mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka waktu yang lama
(permanen).
2. Elektromagnet
Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro magnetik
yang jika diberikan arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi
magnet, tetapi jika pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat
magnet pada bahan tersebut akan hilang.

I.2.3. Metode Magnetisasi


1. Magnetisasi longitudinal :
Dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil.

Long Field

Current
Current

Gambar 1.2. Magnetisasi Longitudinal

2. Magnetisasi Yoke
Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung kaki
yoke ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi.
3. Magnetisasi sirkular.
Magnetik sirkular terdiri dari :
a. Magnetik tak langsung, arus listrik dialirkan ke konduktor
sentral. Medan magnet mengenai bahan dan benda yang
dilingkupinya.
Current Circular Field
Deffect

Gambar 1.3. Central Conductor

b. Magnetisasi langsung, arus listrik dialirkan pada bahan yang


akan dimagnetisasi.

Benda

Gambar 1.4. Head Shut


c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetic dililiti
dengan logam tembaga kemudial dialiri arus listrik.

Gambar 1.5. Magnetisasi prod


I.2.4. Metode Pengerjaan Berdasarkan Waktu Magnetisasi
1. Medan Magnet Kontinyu :
Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan
pemberian serbuk ferromagnetik basah (suspensi) atau yang kering.
2. Medan Magnet sisa (residual) :
Partikel ferro magnetik (kering atau suspensinya) diberikan setelah
proses magnetisasi berakhir.
I.2.5. Metode Pengaplikasian Partikel Ferromagnetik
1. Metoda Kering:
Partikel magnetik yang digunakan berupa bubuk kering.
Metoda ini digunakan pada permukaan benda uji yang kasar. Suhu
kerja yang baik yaitu pada suhu kamar 10oC hingga 55oC, metoda
ini juga masih dapat dilakukan pada suhu tinggi asalkan benda uji
masih berwujud padat. Metoda ini tidak cocok dilakukan pada suhu
dingin karena serbuk ferromagnetic akan lengket terkena embun.
Warna partiker ferromagnetik yang dipilih harus kontras terhadap
benda uji. Bubuk diarahkan pada lokasi yang diinginkan secara
perlahan-lahan, sisa partikel yang berlebih dihilangkan dengan air.
2. Metoda Basah:
Partikel magnetik yang digunakan dalam bentuk suspensi.
Metoda ini bisa digunakan pada metoda kontinyu maupun residual.
Metoda basah biasa digunakan pada permukaan benda uji yang
halus. Metoda ini cocok digunakan pada suhu dingin dan batas
maksimalnya adalah tidak boleh lebih dari batas akhir temperatur
kamar, yaitu 55oC karena suspensi akan mengalami penguapan jika
suhu terlalu panas.
I.2.6. Teknik Inspeksi
1. Pemilihan Teknik Inspeksi
Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada
hal-hal sebagai berikut:
Kondisi Permukan Benda Uji :
Kasar : Metoda Kering
Halus : metoda Basah
Partikelnya:
Kering : Serbuk Kering
Basah : Suspensi
Warna serbuk partikelnya harus kontras

2. Prosedur Inspeksi
Persiapan Permukaan (Pre Cleaning)
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus
kering dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya
dapat menganggu proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu
dll.
Penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2)
Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka
dilakukan penyemprotan WCP 2 secara merata. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan mendeteksi adanya
discontinuity. Karena warna dari WCP 2 lebih kontras dari pada
serbuk feromagnetig.
Magnetisasi Benda Uji
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat
menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk
ferromagnetik tersebut akan mendetekasi adanya discontinuity
pada benda uji tersebut.
Aplikasi serbuk magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan
permukaan pada benda uji. Bila permukaannya kasar, maka
digunakan metode kering yang menggunakan serbuk magnet
kering. Apabila permukaannya halus digunakan metode basah
yang mana sebuk magnetik yang digunakan berupa suspensi.
Warna partikel serbuk magnet yang digunakan harus kontras
dengan permukaan benda ujinya.
I.2.7. Evaluasi
Pengevaluasian dimaksudkan untuk meneliti bentuk
discontinuity yang terdapat pada benda uji. Selain itu juga dari hasil
pengevaluasian kita akan dapat menentukan apakah benda uji harus
diperbaiki atau tidak.
I.2.8. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan
sisa sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut
tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan
mnyulitkan proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC
atau DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam
koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika
menggunakan arus DC step down bolak-balik berulang dengan kontak
langsung atau kontaktor inti, kemudian arus dibalik dan dikecilkan
secara berulang-ulang.
I.2.9. Pembersihan Setelah Inspeksi (Post Cleanig)
Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari
sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Kain Lap
2. Yoke
3. Lampu
4. Sikat besi
5. Gause Meter
6. Light Meter (Lux meter)
7. Penggaris
8. Foto
2.1.2 Bahan
1. Cleaner
2. White Contrast (WCP 2)
3. Wet partikel (7HF)

Gambar 2.1 Alat dan bahan untuk pengujian MT


2.2 Prosedur Kerja
1. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu
(Power Lifting of Yoke) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773, 2),
yaitu untuk arus AC yoke harus mampu mengangkat beban seberat 4,5 kg
(10 lb) pada maximum pole spacing-nya. Apabila yoke masih dapat
mengangkat beban yang disyaratkan, maka yoke tersebut masih layak
untuk digunakan. Pengujian lifting power ini biasanya dilakukan dalam
jangka waktu satu tahun sekali.
2. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang
berupa karat, lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan claner.
3. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara
merata.
4. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering
5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi
material uji dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji
yoke ditempatkan pada posisi yang berbeda-beda sehingga tampak semua
discontinuity yang ada pada material uji tersebut baik crack yang ada di
permukaan maupun yang sub-surface.
6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet
particle hingga tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.
7. Amati discontiniuity yang tampak dan catat.
8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah
evaluasi. Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan
menggunakan gause meter.
9. Post Cleaning/pembersihan akhir.
BAB III
ANALISA DATA
3.1. Data yang Diperoleh

MAGNETIC PARTICLE TEST


Peralatan Yoke Prod Koil SN:
Jenis pertikel Dry Wet Flourescent Color cnt
Metode Kontinyu Residual
Kondisi permukan Lasan Proses mesin Gerinda .
Base metal Weld part
Cakupan Edge Preparation Repair weld
Back chipping Crank Shaft
Penilaian
No Komponen Ukuran cacat Keterangan
Acc R
1 Longitudinal crack 110 mm Rejected
2 Transfersal crack 45 mm Rejected
Alat penerangan : Philips Tornado 15 Watt
Intensitas penerangan : 116,5 Fc

Gambar 3.1. Hasil pengukuran intensitas penerangan dengan lux meter


Gambar 3.2. Discontinuity Spesimen uji

BAB VI
PEMBAHASAN

Pada pengujian spesimen dengan menggunakan magnetic partikel ini kami


menggunakan intensitas penerangan sebesar 117,6 Fc = 1176 lux. Intensitas
penerangan ini kami peroleh dengan menggunakan lampu philips 15 watt dan jarak
antara lampu dan material uji 22 cm.
220 mm

Gambar 4.1. Jarak antara lampu dan material uji

Dari hasil pengujian kami menemukan satu discontinuity yang tembus pada
material uji. Panjang discontinuity tersebut bagian permukaan atas material uji di
dapatkan nilai 10 mm sampai dengan 67 mm. Diskontinuity tersebut harus dilakukan
perbaikan.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil pengujian yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa


discontinuity yang terjadi pada weld part adalah discotinuity jenis linier. Retakan ini
terjadi karena adanya kesalah mekanisme proses pada saat pengelasan.
Discontinuity yang terjadi tersebut harus segera diatasi/diperbaiki sebab jika
dibiarkan saja dan tetap masih digunakan, maka dikhawatirkan weld part tersebut
akan patah dan dapat merusak konstruksi yang akan dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

Harsono, Dr. Ir. & T. Okumura, dr. (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT
Pradya Paramita, Jakarta.
ASME Section V Article 6

Anda mungkin juga menyukai