Anda di halaman 1dari 11

3.3.

2 PENGENDALIAN KUALITAS
Selain pengendalian kualitas yang dilakukan dikebun, PT. Mitra Kerinci.
Kebun Liki juga melakukan kontrol mutu dipabrik melalui beberapa tahapan
diantaranya: analisa mutu pucuk basah, analisa terhadap prduk akhir yang
meliputi pengujian kadar air, pengujian organoleptik serta volume checker.
Pengujian akhir ini dilakukan hanya dengan mengambil sedikit sampel dari jenis-
jenis teh yang ada.Untuk pengujian akhir ini dilakukan didalam sebuah
laboratorium pabrik.
3.3.2.1 Organisasi Pengendalian Kualitas di Pabrik Pengolahan
Pengendalian mutu di PT. Mitra Kerinci- kebun Liki dilakukan oleh bagian
Quality Control dan Laboratorium Tester.Bagian ini membantu manager dengan
memberikan saran/usul yang dapat dipergunakan oleh pimpinan Pabrik untuk
mengambil keputusan dalam kegiatan untuk menghasilkan teh berkualitas. Tugas
bagian pengendalian mutu secara terperinci adalah menyelenggarakan atau
melihat kegiatan dan hasil yang dikerjakan serta mengumpulkan dan
menyalurkan kembali keterangan-keterangan yang dikumpulkan selama proses
pekerjaan itu setelah dianalisa. Adapun Struktur organisasi pengendalian kualitas
di Pabrik PT. Mitra Kerinci Kebun Liki adalah sebagai berikut:
Gambar 9.Struktur organisasi pengendalian kualitas di Pabrik
Sumber : PTP. Nusatara VI Unit Usaha Kayu Aro
Gambar diatas menunjukkan bahwa kegiatan pengendalian kualitas secara
keseluruhan dipertanggungjawabkan oleh manager dengan dibantu oleh Kepala
Pabrik dan
Asisten Kepala Kebun (AsKep).Pengendalian kualitas dikebun diatur oleh Asisten
Kepala
Kebun (AsKep) yang dibantu oleh asisten-asisten kebun. Sedangkan yang
bertanggungjawab
atas pengendalian kualitas dipabrik adalah Kepala Pabrik yang dibantu oleh
asistem pabrik,
mandor analisa mutu pucuk dan tester. Pada pelaksanaan pengendalian kualitas di
pabrik PTP.
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro dilakukan oleh tenaga yang terlatih terutama
analisa
tester dan uji organoleptik dibawah pengawasan mandor 1 dan asisten pabrik.
Sistem
manajemen pengendalian kualitas di pabrik sudah cukup baik dimana lini-lini
yang
merupakan bagian dari pengendalian kualitas dapat menjalankan tugasnya sesuai
dengan
tugas masing-masing.
3.3.2.2 Titik-titik pengujian Kualitas
Di PT. Mitra kerinci Kebun Liki melakukan kontrol mutu dengan beberapa titik
pengujian kualitas sebagai berikut :
Manager, Kepala Pabrik, Asisten Pabrik, Analisa mutu pucuk, Syamsurialis
Analisa tester, organoleptik, dan kadar air
Jumiati
11 orang karyawan
pelaksana
AsKep
Yang dibantu asisten
kebun
43
(2) Green dool test
(4) Uji Organoleptik
Bahan pengemas
(3) analisa kadar air
(4) pengujian volume checker
Gambar 10.Titik Pengujian Kualitas di PTP.Nusantara VI Unit Usaha Kayu
Aro
Sumber : PTP. Nusatara VI Unit Usaha Kayu Aro
3.3.2.3. AnalisaMutu Pucuk Basah
Pada PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro, dilakukan analisa mutu pucuk
segar
yangbertujuan untuk mengetahui mutu pucuk sesuai atau tidak dengan standar
mutu yang di
inginkan oleh pabrik, menentukan premi karyawan(pemetik), memberikan
prediksi jumlah
produksi teh hitam grade 1, serta mengevaluasi jenis petikan.
Tahap penentuan mutu pucuk segar adalah sebgai berikut:
a. Sampel pucuk yang diambil berdasarkan per mandoran tiap afdeling dan
diambil
secara acak 1 kg dari WT ( 3 Sampel : ujung,tengah, dan depan)
b. Kemudian dibagi menjadi 4 ( 250 gr untuk dianalisa)
Penerimaan pucuk dipabrik
Pelayuan
Pucuk teh
layu
Penggulungan dan sortasi basah
Bubuk IV &
Badag
Bubuk I, II, III
Pucuk teh segar
Fermentasi
Pengeringan
Bubuk teh kering
Sortasi kering
Pengepakan Grade I, II dan III
Teh hitam
kemasan
(3) Analisa kadar air
(1) analisa mutu pucuk
44
c. Dari 250 gr sampel tersebut dilakukan pemisahan antara pucuk yang muda dan
tua.
Pucuk muda memiliki kriteria sebagai berikut : p+1m, p+2m, p+3m, B+1m,
B+2m
sedangkan pucuk tua memiliki kriteria sebagai berikut : B+2T, P+4,P+5
d. Ditimbang berat mutu pucuk yang masuk dalam kriteria baik
e. Hasil analisa mutu pucuk adalah presentase dari berat pucuk sesuai dengan
kriteria
kegetasan pucuk dibagi berat bruto sampel :
Persentase mutu Pucuk =
( ) 100%
Semakin besar persentase pucuk halus maka pucuk akan lebih baik, dan jumlah
produksi teh hitam grade 1 akan semakin besar.
Dengan dilakukannya analisa mutu pucuk maka akan diperoleh data-data yang
berkaitan dengan mutu pucuk basah dan dengan data yang ada inilah control dapat
langsung
dilakukan setiap saat. Adapun persentase mutu pucuk basah yang diinginkan oleh
pabrik
adalah MS 65% untuk teh hitam CTC, dan MS 52,5% untuk teh hitam Orthodox
dari standar
petikan yang telah ditetapkan. Kekerasan batang pada pucuk daun teh dilihat dari
tingkat
kegetasannya, jika batangnya sulit untuk dipatahkan berarti masih memiliki serat
dan tidak
layak untuk diolah sebaliknya jika batangnya mudah untuk dipatahkan/getas
pucuk tersebut
masuk kedalam kriteria dan layak untuk diolah ke tahap selanjutnya.
Untuk lebih jelas grafik hasil pengujian mutu pucuk basah selama tahun 2015
adalah
sebagai berikut:
Gambar 11. Grafik Mutu teh hitam CTC dan Ortodoks periode Januari
Desember
2015
Sumber : PTP. Nusatara VI Unit Usaha Kayu Aro
62,44%
61,70%
63,01%
62,21%
62,22%
62,31%
61,66%
61,77%
63,04% 63,13%
62,79%
64,19%
60,00%
60,50%
61,00%
61,50%
62,00%
62,50%
63,00%
63,50%
64,00%
64,50%
MUTU DAUN TEH BASAH 2015
45
Grafik diatas menunjukkan persentase pucuk layu berfluktuasi terhadap mutu
daun
teh basah terhadap produksi pengolahan teh hitam CTC di PTP. Nusantara VI
Unit Usaha
Kayu Aro. Pada bulan januari-desember 2015 produksi mutu daun teh basah
sudah baik
namun belum mencapai standar mutu pengolahan yang telah ditetapkan oleh
pabrik.Adapun
persentase mutu pucuk basah yang diharapkan oleh pabrik adalah MS 65%.
Apabila mutu
pucuk berada dibawah 50% maka pucuk daun dikembalikan ke afdeling dan
afdeling yang
bersangkutan akan mendapat teguran secara langsung. Jika dilihat dari grafik
tersebut pada
bulan desember mutu daun basah mengalami peningkatan yang signifikan dari
bulan
sebelumnya yaitu 64,19%, tetapi masih belum bisa mencapai standar mutu yang
telah
ditentukan oleh pabrik, disebabkan oleh proses pemanenan pucuk dikebun yang
tidak sesuai
dengan standar pemetikan pucuk yang telah ditetapkan oleh pabrik yaitu p+3m,
daun patah
dan daun getas untuk pengolahan teh hitam CTC, jika daun pucuk p+3m tidak
getas maka
daun teh tidak dapat diolah, sehingga dapat mempengaruhi jumlah produksi dan
mutu teh
hitam CTC dipabrik. Walaupun mutu pucuk yang dihasilkan selama tahun 2015
masih berada
dalam batas yang dapat diterima oleh pabrik tetapi sebenarnya hal ini
menunjukkan bahwa
proses pengendalian kualitas yang dilakukan dikebun belum begitu optimal. Hal
ini
dikarenakan jenis petikan yang adalah medium dengan analisa pucuk minimal
65% sedangkan
mutu pucukk selama tahun 2015 masih cukup dari 65%. Oleh karena itu control
terhadap
pelaksanaan panen, pemangkasan, dan pemupukan harus lebih dioptimalkan lagi.
Dengan demikian mutu pucuk yang diterima PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu
Aro selama pengamatan, belum memenuhi syarat-syarat pengolahan. Untuk
meningkatkan
mutu daun basah yaitu dengan menjaga standar petikan pabrik.Adapun faktor-
faktor yang
mempengaruhi mutu daun basah adalah curah hujan, sinar matahari, pemupukan,
proses pasca
panen (jika pemanenan dilakukan pada saat terjadi hujan maka kadar air pada
daun teh akan
meningkat sehingga mutu daun teh tidak sesuai dengan kriteria mutu daun pucuk
dipabrik),
pengangkutan dari kebun hingga sampai pengolahan dipabrik.Sering kali pucuk
yang diterima
dipabrik terlambat sampai ke pabrik untuk diolah dan pucuk sering tertumpuk
ketika
pengumpulan daun teh dikebun, sehingga pucuk daun teh berubah warna menjadi
kecoklatan
dikarenakan teroksidasi dengan udara dan mutu daun basah menjadi menurun.
Sebaiknya,
selama pengangkutan menuju pabrik kondisi pucuk harus dijaga agar tidak
mengalami
kerusakan (memar, pecah), karena apabila pucuk teh tersebut mengalami
kerusakan maka
akan terjadi reaksi oksidasi enzimatis dini sehingga akan menurunkan kualitas teh
yang
dihasilkan. Pucuk teh yang mengalami oksidasi enzimatis dini akan menghasilkan
flavor teh
yang tidak baik setelah diolah.
46
Pada dasarnya pengujian mutu pucuk yang dilakukan PTP. Nusantara VI Unit
Usaha
Kayu Aro ini belum begitu optimal. Hal ini dikarenakan pengujian hanya ditekan
pada satu
aspek saja yaitu analisis pucuk.Dalam skala praktek dikenal tiga macam analisis
mutu pucuk
teh yaitu analisis petik, analisis pucuk serta analisis kerusakan pucuk (Anonym,
1983).Oleh
karena itu untuk kedepannya analisis mutu pucuk harus lebih ditingkatkan dengan
mefokuskan pada ketiga aspek tersebut sehingga mutu pucuk yang dihasilkan
dapat dievaluasi
secara lebih tepat dan diharapkan dengan adanya evaluasi tersebut maka mutu
pucuk dapat
lebih ditingkatkan.
3.3.2.4. Analisa Proses Produksi
Analisa yang sering dilakukan terhadap proses produksi adalah antara hasil proses
atau rendemen yang dihasilkan dengan jam kerja yang digunakan untuk
menghasilkan atau
memproses produk tersebut.
Analisa Proses Produksi PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Juli 2015

Juni 2016
Bulan Pengolahan (Kg) Pengolahan
(kg/jam)
Juli 2015
956.710 406,17
Agustus 2015
1.055.260 382,23
September 2015
825.330 381,63
Oktober 2015
720.870 410,48
November 2015
705.690 421,54
Desember 2015
1.071.750 374,45
Januari 2016
786.280 368,67
Februari 2016
632.050 333,55
Maret 2016
769.120 341,49
April 2016 867.530
336,04
Mei 2016 774.930
298,93
Juni 2016 742.210
324,59
Jumlah9.907.7304.379,77
Rata-rata825.644364,98
Sumber : Data Laporan Bulanan Pabrik Teh Hitam CTC PTP. Nusantara VI Unit
Usaha
Kayu Aro
47
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata produksi pengolahan
PTP.
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro selama 1 tahun mampu mengolah rata-
rata364,98kg/jam
pucuk teh/bulan. Produksi yang berbeda-beda pada setiap bulannya banyak
disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi proses produksi teh hitam CTC yaitu
meliputi turunnya
produksi pucuk teh dan penerimaan bahan baku di pabrik masih dibawah
kapasitas olah
pabrik. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kriteria
pucuk daun teh
yang masih belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh pabrik yaitu p+3m/
petikan
medium dengan MS 65% serta adanya faktor dari mesin pengolahan teh yang
mengalami
penurunan kemampuan olah / kapasitas olah/jam sehingga tidak dapat mencapai
kapasitas
maksimal dalam mengolah teh hitam CTC. Pada bulan Januari sampai bulan Juni
2016 terjadi
penurunan produksi pucuk daun teh yang diolah di pabrik karena jumlah bahan
baku yang
diterima oleh pabrik hanya dapat diolah untuk teh hitam CTC.
2.2.1.1 Analisa Mutu Produk Akhir
Di PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro proses standarisasi mutu pada teh
jadi
dilakukan oleh bagian analisa tester. Proses ini terbagi atas beberapa bagian yaitu
pengujian
green dool test, pengujian kadar air produk berupa teh yang akan dikemas,
pengujian
organoleptik dan uji volume checker.
1. Green dool Test
Tujuan dari analisa Green dool Test adalah untuk menentukan keadaan yang
optimal
bagi senyawa-senyawa pendukung kualitas pada saat fermentasi dan untuk
memberikan
penilaian bubuk teh hasil oksidasi enzimatis untuk menentukan lamanya oksidasi
enzimatis
yang optimal. Teknik ini dapat dilakukan dengan ujiorganoleptik yaitu dengan
mencicipi
seduhan bubuk teh dan juga dapat dilakukan dengan cara pengamatan seperti
warna, dan
aroma dari bubuk. Penilaian rasa dilakukan dengan menimbang 2,8 gram dan
diseduh dengan
air panas selama 5 menit. Selanjutnya air dituang dalam mangkuk
seduhan.Kriteria
penilaiannya adalah warna air (colory), kesegaran (briskness), kekuatan (strength)
dan warna
ampas. Warna ampas seduhan dilakukan dengan cara memindahkan ampas
seduhan ke atas
tutup cangkir, dan diamati warna ampasnya.
2. Pengujian Kadar air
Kadar air teh kering yang akan dikemas dianalisis dengan menggunakan alat yang
disebut dengan Sartorius. Bubuk teh yang akan dianalisa dimasukkan ke dalam
sartorius
sebanyak 10 gr dengan suhu 100OC, tutup sartorius selama 5 menit. Setelah 5
menit kemudian
maka alat secara otomatis akan menunjukkan kadar air teh kering. Kadar air pada
bubuk teh
ini tidak boleh lebih dari 3,5 %. Biasanya kadar air pada bubuk teh yang akan
dikemas kurang
48
dari 3,5% atau maksimum 3,0%. Hal ini disebabkan karena setelah dilakukan
sortasi kering
teh segera di masukkan pada Tea Bin yang ditutup rapat sehingga tidak terjadi
kontak
antara udara dan teh kering yang dapat meningkatkan kadar airnya. Teh akan tetap
berada
didalam te bin selama teh tersebut belum dikemas. Tea bin merupakan suatu
ruangan tertutup
yang bagian dalamnya dilapisi oleh bahan alumunium sehingga kebersihan teh
benar-benar
terjamin dan berfungsi untuk menampung teh yang sudah disortir dari vibro
jumbo, dan akan
diayak lagi dengan menggunakan midleton.
3. Pengujian organoleptik
Pengujian ini bertujuan untuk menilai kenampakan (appearance) teh kering,
warna,
rasa dan aroma air seduhan (liquor) serta kenampakan ampas seduhan (infusion)
teh hitam.
Pengujian ini dilakukan pada bubuk hasil pengeringan, sortasi setiap seri dan
bubuk yang
akan dikemas. Kenampakan teh kering yang dinilai secara visual sesuai dengan
jenis mutu
masing-masing, meliputi bentuk dan ukuran partikel serta kerataannya, Tip
(jumlah,warna dan
keadaan), warna partikel teh kering, kebersihan (adanya tulang daun dan serta
benda asing).
Penilaian terhadap air seduhan teh hitam meliputi warna, rasa dan bau. Sedangkan
pada
ampas seduhan penilainnya merupakan gabungan penilaian terhadap warna,
termasuk
kerataan partikel dan warnanya,sifat serta kecerahan ampas seduhan.
Langkah-langkah dalam pengujian organoleptik :
a) Langkah-langkah dalam uji rasa,warna, aroma
1. Pengambilan sampel dari hasil pengeringan yang baru keluar dari FBD(Line 1
dan
Line 2)
2. Masing masing sampel teh ditimbang sebanyak 2,8 gram
3. Kemudian diseduh dengan air mendidih 100oC selama 5 menit dan ditutup.
4. Setelah 5 menit, tuangkan teh yang telah diseduh kedalam mangkuk untuk
diamati
warnanya. Sedangkan untuk uji rasa dapat digunakan indera perasa (lidah) dengan
cara mencicipi air seduhan dan untuk uji aroma dapat menggunakan indera
penciuman (hidung) dari cangkir tempat seduhan teh tadi dengan cara membuka
sedikit tutup cangkir
5. Alat yang digunakan untuk uji rasa,warna, dan aroma adalah
timbangan,gelas/cangkir tempat seduhan dan tutup serta mangkuk yang terbuat
dari
bahan porselen.
b) Langkah-langkah dalam uji bentuk partikel
1. Dari masing-masing sampel ditimbang sebanyak 250 gr
49
2. Kemudian di ayak dalam ayakan dengan ukuran mesh yang berbeda-beda.
Ukuran
mesh yang digunakan diantaranya : 20 (PD 24), 14 (PF 1) dan 10 (BP).
4. Volume checker/ Density
Adapun tujuan pengujian volume checker adalah untuk mengetahui ukuran
partikel
teh kering sebelum di lakukan pengemasan. Dengan mengetahui volume checker
tersebut,
maka proses pengepakan dilakukan dimana ketebalan bubuk pada bahan
pengemas (paper
sack) adalah 20-22 cm. Ketebalan yang tepat akan diperoleh jika volume checker
dari bubuk
teh yang dianalisa sesuai dengan standar yang ditetapkan. Volume checker yang
melebihi
standar yang ditetapkan akan menyebabkan kemasan menjadi gembung sehingga
tidak dapat
dimuat didalam kontainer. Adakalanya volume bubuk kering melebihi standar
yang
ditetapkan hal ini disebabkan karena daun tua atau daun kasar yang kurang layu
serta dan
tidak menggulung.
Di PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro telah ditetapkan standar densitas
untuk
tiap jenis teh sehingga ketika terjadi penyimpangan yang jauh dari standar maka
ada tahapan
dalam proses sortasi kering yang harus diulang, misalnya partikel teh harus
dikecilkan lagi.
Berkaitan dengan analisa kualitas produk produk akhir, tahapan analisa sudah
cukup
baik.Akan tetapi sebaiknya titik-titik yang berperan penting yang mendukung
kualitas produk
akhir perlu dilakukan analisa.Hal ini bertujuan agar penyimpangan kualitas dari
masingmasing
tahapan dapat dikendalikan dan dipantau.
Uji Volume checker/density dilakukan dengan cara mengambil sampel 100 gram
dari
konveyer menuju winower bubuk teh yang kemudian ditimbang sebanyak 25
gram dan
dimasukkan dalam gelas ukur 100 cc tanpa ketukan. Hasil yang terbaca pada gelas
ukur
merupakan volume dari bubuk teh, sehingga dari massa bubuk teh dan volume
bubuk teh
tersebut dapat diketahui nilai density bubuk teh. Nilai density yaitu massa bubuk
teh
dibanding volume bubuk teh.
3.3.3 Evaluasi Kinerja Sistem Pengendalian Kualitas
Secara umum kinerja sistem pengendalian kualitas selama satu tahun terakhir
diPTP.
Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro sudah cukup baik.Hal ini dapat dilihat pada
sistem
manajemenpengendalian kualitas dimana seluruh pengendalian kualitas
dipertanggung
jawabkan oleh manager sebagai pimpinan tertinggi.Selain itu mutu produk akhir
yang
ditawarkan kepada konsumen sudah cukup baik.Maka ada beberapa hal yang
harus di
pertimbangkan perusahaan untuk diperbaiki, antara lain: Perlu adanya
pengawasan dalam
pelaksaan pengedalian mutu supaya target mutu teh yang dihasilkan dapat tercapai
sesuai
standar yang telah ditentukan oleh perusahaan.
50
3.4. SANITASI PABRIK
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
manusia. Dilihat
dari pentingnya sanitasi makasanitasi merupakan syarat mutlak bagi berdirinya
industri
pangan.Karena baik secara langsung maupun tidak langsung sanitasi
mempengaruhi hasil
produksi terutama untuk mutu dan keawetan produk.Selain itu sanitasi juga
merupakan tolak
ukur kelayakan produk dari suatu industri pangan dan menunjukkan eksistensi
suatu industri
pangan tersebut.Yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakityang
menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia(Widyawati, 2002).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara danmelindungi
kebersihan
lingkungan dari subjeknya misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan
mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah agar sampah tidak di buang sembarangan
(Depkes RI,
2004).
Sanitasi dalam suatu industri adalah suatu hal yang penting. Sanitasi merupakan
salah satu langkah pengendalian produksi yang mempengaruhi berjalannya proses
produksi
hingga barang jadi. Sanitasi yang baik dalam proses produksi akan menciptakan
suasana kerja
yang nyaman dan bersih. Dengan sanitasi yang baik pula, maka hasil olahan akan
terjaga dari
pencemaran dan kerusakan. Sanitasi merupakan perlakuan-perlakuan atau
tindakan yang
bertujuan untuk menjaga kebersihan pabrik dan produk dari kontaminasi mikro
organisme
yang dapat menurunkan kualitas produk. Adapun yang akan di bahas pada aspek
sanitasi ini
yaitu informasi dan penilaian terhadap lokasi site pabrik, informasi tentang desain
dan
konstruksi pabrik, sarana kebersihan/pencegah kontaminasi di pabrik dan
lingkungan, desain
dan konstruksi alat, organisasi dan operasi kebersihan/sanitasi pabrik, dan
evaluasi umum
tentang kinerja sanitasi.( Sukmara, 2002)
3.4.1 Organisasi Pengelola Sanitasi Pabrik
Pada umumnya pengelolaan sanitasi di PT. Perkebunan Nusantara VI, Unit Usaha
Kayu Aro ini dilakukan tidak berdasarkan struktur, Pembersihan mesin dan
peralatan serta
bangunanPT. Perkebunan Nusantara VI, Unit Usaha Kayu Aro Pengelolaan
sanitasinya
dilakukan oleh karyawan atau operator yang bertugas atau bertanggung jawab
pada setiap
stasiun pengolahan dan yang mengkoordinir adalah Asisten proses, setiap proses
produksi
akan di laksanakan operator yang bertugas pada jam kerja tersebut wajib untuk
membersihkan
setiap stasiun pengolahan begitupun saat proses produksi selesai di laksanakan
operator wajib
membersihkan mesin dan peralatan yang telah digunakan termasuk lingkungan
sekitar
51
pengolahan.Sedangkan yang bertanggung jawab atas perbaikan peralatan produksi
termasuk
pemasangan alat baru adalah bagian Teknik, bagian sanitasi itu sendiri yang
dipegang oleh
bagian General dan Compound wilayah kerjanya yaitu kebersihan taman pabrik,
kebersihan
sekitar pabrik, kebersihan wc atau toilet, pembuatan atau perbaikan selokan,
kebersihan dan
pengolahan limbah, pemotongan rumput sekitar perumahan staff dan karyawan
serta bagian
Water treatment.Untuk sanitasi di Laboratorium di laksanakan oleh karyawan
bagian
laboratorium di bawah tanggung jawab asisten Mutu.Pelaksanan operasi
pembersihan di PT.
Perkebunan Nusantara VI, Unit Usaha Kayu Arodilaksanakan secara teratur setiap
hari
sebelum dan setelah pelaksanaan produksi selesai adapun pelaksanaan operasi
yang di
lakukan secara menyeluruh setiap minggunya yaitu pada hari senin.

Anda mungkin juga menyukai