Kasus-1
Topik: CHF ec HHD
Tanggal (Kasus) : 7 April 2017 Presenter : dr. Mhd. Saleh Afif Hsb
Tanggal Presentasi : 11 Juli 2017 Pendamping : dr. Herianto, Sp.PD
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Sekayu
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah
Istimewa
Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Neonatus
Deskripsi : Pria, 62 tahun, nyeri ulu hati dirasa seperti terbakar di belakang tulang
dada, disertai rasa jantung berdebar-debar, nyeri dada kiri, dijumpai pembengkakan di
kedua kaki
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang tepat
Bahan Bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
: Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
1
2
1. Subjektif
Autoanamnesis
2 bulan SMRS pasien merasakan sesak. Sesak dirasakan saat pasien melakukan
aktivitas, berkurang ketika beristirahat. Sesak tidak dipengaruhi debu, cuaca,
maupun makanan. Pasien juga mengeluhkan dada berdebar-debar saat sesak, dan
berkurang dengan istirahat. Nyeri dada terkadang dirasakan saat sesak. Pasien
merasa mudah lelah setelah mengerjakan aktivitas sehari-hari. Pasien tidur dengan 1
bantal di malam hari. Terbangun karena sesak di malam hari disangkal.
Keluhan semakin sering berulang dan pasien memutuskan untuk berobat ke PKM
dan diberi obat untuk lambung yang pasien tidak ingat namanya, setelah mendapat
pengobatan keluhan sempat berhenti namun muncul kembali
2. Objektif
3
Status generalis
o Keadaan umum: tampak sakit sedang
o Kesadaran : Kompos mentis
o Tekanan darah : 160/110 mmHg
o Nadi : 88x/menit
o Laju napas : 28x/menit
o Suhu : 36,7oC
Pemeriksaan khusus
Kepala : Simetris, rambut putih tidak mudah dicabut, kulit dan wajah tidak
sembab.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil
bulat, isokor, 3 mm
Hidung : Deviasi septum nasi (-), sekret (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
Tenggorok : Dinding faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis, edema laring
(-)
Leher : JVP (5+2) CmH2O, perbesaran KGB tidak ada
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris
Palpasi : Srem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada 2 jari arah lateral ICS V linea midaksilaris
sinistra
Perkusi : Batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan ICS V linea
parasternalis,
batas jantung kiri 2 jari ke arah lateral ICS V linea midklavikularis
sinistra
Auskultasi : HR=88 kali/ menit, irreguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, pelebaran vena (-)
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia: Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
Ekstremitas : clubbing finger (-), edema (+), akral hangat, CRT<2 detik
Fungsi Motorik : Tidak diperiksa
Fungsi Sensorik : Tidak diperiksa
4
Interpretasi: sinus aritmia, irreguler, HR 88x/menit, axis normal, R/S di V1<1, T inverted
di lead II, III & aVF, S di V1 + R di V5/V6 <35 kotak
Kesan: sinus aritmia, LVH belum bisa ditegakkan, perlu korelasi klinis
3. Assessment
Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak disertai jantung
yang berdebar-debar. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan berbagai pemeriksaan penunjang, maka pada pasien ini di diagnosis
menderita Congestive Heart failure ec HHD. Pasien tidak pernah mengeluhkan
penyakit jantung sebelumnya. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pasien
dengan hipertensi dapat mengakibatkan pembesaran jantung kiri melalu disfungsi
mekanisme sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri, kemudian hipertrofi ventrikel
kiri selanjutnya menjadi faktor predisposisi infark miokard, aritmia yang akhirnya
berujung dengan Congestive Heart Failure.
Beberapa mekanisme yang terlibat diantaranya: (1) Aktivasi
ReninAngiotensin-Aldosteron (RAA) dan Sistem Syaraf Adrenergik dan (2)
peningkatan kontraksi miokardium. Sistem ini menjaga agar cardiac output tetap
normal dengan cara retensi cairan dan garam. Ketika terjadi penurunan cardiac
output maka akan terjadi perangsangan baroreseptor di ventrikel kiri, sinus
karotikus dan arkus aorta, kemudian memberi sinyal aferen ke sistem syaraf
sentral di cardioregulatory center yang akan menyebabkan sekresi Antidiuretik
Hormon (ADH) dari hipofisis posterior. ADH akan meningkatkan permeabilitas
duktus kolektivus sehingga reabsorbsi air meningkat.
5
Klasifikasi
6
4. Plan
1. Non Farmakologi:
1. Inform Consent
2. Aktivitas ringan
3. Edukasi: konseling kepatuhan obat, pengaturan makanan dan cairan.
2. Farmakologi:
1. IVFD D5% 10 gtt/m (mikro)
2. Inj. Furosemide 3 x 1 amp iv
3. Inj. Ranitidine 2 x 1 amp iv
4. Spironolakton 4 x 25 mg tab po
5. KSR 3 x 1 tab po
6. Laxadyn syr 2 x 1 cth po
7. Ambroxol syr 3 x 1 cth po
8. CPG 1x75 mg tab po
9. Digoxin 1x 0,25 mg tab po
Prognosis:
Quo ad vitam: dubia ad bonam
7