Anggaran merupakan siatu alat perencanaan mengenai pengeluaran dan penerimaan dimasa yang akan
datang, umumnya disusun untuk satu tahun. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun
1999 Bab VIII, Pasal 78 dinyatakan bahwa penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai
dari dan atas beban APBD sedangkan penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah dibiayai dari dan
atas beban APBN. Dalam menjalankan tugasnya, pemerintah daerah memerlukan pembiayaan yang
tidak sedikit jumplahnya. Oleh karena itu pemerintah daerah juga perlu memahami darimana sumber
keuangan daerah itu akan diperoleh. Dalam hal ini Undang-Undang No.22 tahun 1999 juga sudah
menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari : a) pendapatan asli daerah yang berasal
dari hasil pajak daerah dan restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang syah, b) dana perimbangan, c) pinjaman daerah, d) lain-lain pendapatan daerah yang
syah.
APBD harus ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan ditetapkan dengan PERDA atas persetujuan DPRD,
selambat-lambatnya satu bulan setelah ditetapkan APBN. Perubahan APBD dimungkinkan dan
ditetapkan dengan PERDA selambat-lambatnya 3 bulan sebelum tahun anggaran berakhir . Selanjutnya
perhitungan APBD dihitung selambat-lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan. Akhirnya APBD yang telah ditetapkan dengan PERDA disampaikan kepada Gubernur bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota dan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi Pemerintah
Propinsi untuk diketahui.
Sejak Repelita I sampai pertengahan Repelita VI APBD di Indonesia disusun menurut tahun anggaran
yang dimulai pada tanggal 1 April sampai tanggal 30 Maret tahun berikutnya. APBD dan APBN selalu
mempunyai dua sisi, yaitu sisi penerimaan atau pendapatan dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan atau
pendapatan dikelompokkan menjadi penerimaan rutun dan penerimaan pembangunan, dan sisi
pengeluaran dibedakan menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Dalam rangka pengmbangan system otonomi daerah, pada masa pemerintahan Presiden Habibie
dengan Kabinet Reformasi Pembangunan telah muncul Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang perimbangn keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Tujuan kebijakan desentralisasi adalah : 1) mewujudkan keadilan antara
kemampuan dan hak daerahm, 2) peningkatan pendapatan asli daerah dan pengurangan subsidi dari
pemerintah pusat, 3) mendorong pembanguna daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing daerah.
Sejak tahun 1980-an dengan menurunnya penerimaan minyak dan gas bumi dalam APBN telah timbul
kemauan untuk meningkatkan otonomi daerah. Untuk merealisasikan keinginan tersebut pada tahun
1997 telah lahir Undang-Undang Republik Indonesia No. 18/1997 tentang Pajak Daerah dan Restribusi
Daerah, disusuldengan lahirnya peraturan pemerintah untuk pelaksanaanya yaitu Peratura Pemerintah
No. 19/1997 tentang pajak daerah, Peraturan Pemerintah No. 20/1997 tentang Restibusi Daerah, dan
peraturan pemerintah No. 21/1997 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Undang-Undang No.22 tahun 1999 juga sudah menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri
dari : a) pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak daerah dan restribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang syah, b) dana perimbangan, c)
pinjaman daerah, d) lain-lain pendapatan daerah yang syah.
BAB 3
PERIMBANGAN KEUANGAN
3.1. PENDAHULUAN
Pemabagian daerah administrasi dituntut adanya sistem keuangan Negara yang menjamin kelancaran
pemerintahan dan pembangunan; khususnya khususnya pemerintah harus menyediakan barang public
dan mengumpulkan dana melalui berbagau sumber, khususnya dari pajak. Pemerintah pusat telah
mengalokasikan dana ke daerah tingkat I sesuai dengan rumus Undang-Undang No. 32 Tahun 1956
tentang Perimbangan Keuangan antara Negara dan Daerah-Daerah yang berhak rumah tangganya
sendiri, dengan mempertimbangkan faktor penduduk, panjang jalan, panjaang salran irigasi, luas
wilayah, serta potensi daerah. Oleh karena itu pedoman alokasi keuangan tersebut diganti dengan
pedoman baru sesuai dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Daerah.
Tujuan dari alokasi dana tersebut adalah agar daerah otonom dapat mengurus ruamh tangganya sendiri
dengan sebaik-baiknya. Dalam pasal 55 Undang-Undang No. 5 tahun 1974 disebutkan mengenai sumber
pendapatan daerah otonom yaitu dari:
Sesuai dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, bahwa pada prinsipnya pendapatan daerah dapat dikelompokkan menjadi:
1) Pendapatan asli daerah, yang terrdiri dari pajak dan retribusi daerah, keuntungan
perusahaanmilik daera, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah.
2) Dana perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah.
3) Pinjaman daerah
4) Lain-lain pendapatan yang syah
Menurut Undang-Undang tersebut dana perimbangan pada butir (2) terdiri dari:
1) Bagian daerah dari pajak bumi bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan
penerimaan dari sumber daya alam.
2) Dana alokasi umum
3) Dana alokasi khusus