Anda di halaman 1dari 19

INTERAKSI OBAT DENGAN KASUS KHUSUS

TUGAS INTERAKSI OBAT

Disusun oleh:

Nanda Sabbaha Nur Kasfillah (13330053)

Dosen :

Dra. Refdanita, MSi, Apt

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt atas berkah dan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Interaksi Obat
dengan Kasus Khusus dan Pengatasan Interaksi pada Diabetes Melitus.

Saya menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga saya sangat mengharapkan masukan,
kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini.

Pada kesempatan ini saya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra.
Refdanita, MSi, Apt selaku dosen mata kuliah Interaksi Obat.

Harapan saya semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya
terutama bagi penulis sendiri.

Jakarta, Oktober 2016

Nanda Sabbaha Nur Kasfillah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... .................................................................................................................... 1


B. Tujuan ................................................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Interaksi Obat .................................................................................................................................... 3


B. Tipe Interaksi Obat .......................................................................................................................... 5

C. Mekanisme Interaksi Obat ............................................................................................................. 6

1. Interaksi Farmasetik .............................................................................................................. 6


2. Interaksi Farmakokinetik...................................................................................................... 7
3. Interaksi Farmakodinamik ................................................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN

A. Interaksi Obat Kasus Khusus Diabetes Melitus................................................................ 9

B. Beberapa Contoh Interaksi Obat pada Diabetes ............................................................... 11

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................................................. 12

DAFTAR KEPUSTAKAAN .......................................................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interaksi atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan
interaksi yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi
obart dapat mengahasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang
menghasilkan efek buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab
terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan. Jika terjadi kegagalan pengobatan
pada pasien, hal ini sangat jarang dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal
kemungkinan terjadinya interaksi obat ini cukup besar, terutama pada passion
yang mengonsumsi lebih dari 5 macam obat pada saat yang bersamaan. Pada saat
ini lebih dari 25 jenis obat baru beredar di pasaran setiap tahunnya.
Oleh karena itu, setiap pengobatan modern seperti rumah sakit, puskesmas,
praktek dokter pribadi, dan apotek. Sebaiknya atau bahkan seharusnya memiliki
akses paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada pasien dan
rasionalisasi obat dapat tercapai.
Penyakit yang sedang diobati maupun penyakit kronis dapat mempengaruhi
interaksi obat. Praktik medis dahulu kadang membedakan penyakit, yang
memiliki sebab khusus atau beberapa penyebab (dikenali sebagai etiologinya),
berbeda dari sindrom, yang merupakan himpunan tanda dan / atau gejala yang
terjadi serentak. Perbedaan definisi ini ditemukan kurang tepat karena
kebanyakan sindrom telah berhasil diidentifikasi. Pada waktu yang sama, banyak
istilah medis yang menggambarkan gejala atau ketidaknormalan, mungkin
dirujuk sebagai penyakit dalam banyak konteks, terutama jika penyebab penyakit
tidak dapat diidentifikasi.

3
Salah satu penyakit yang memiliki sebab khusus dan penanganannya harus secara
khusus yaitu kanker, tuberculosis, dan diabetes militus.
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya pad arganisme
seluler. Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa
buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel
kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang
disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun
diwariskan (mutasi germline) Dinegara yang telah maju berhasil membasmi
penyakit infeksi , kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit
kardiovaskular. Kesembuhan hampir seluruhnya terjadi pada pasien yang
penyakitnya belum menyebar pada saat pembedahan.
Tuberkulosis atau lebih sering disebut dengan TBC adalah suatu penyakit
infeksi kronis menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobati infeksinya. Bakteri Tuberkulosis dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening dan lain-lain. Meskipun demikian organ tubuh yang
paling sering terkena adalah paru-paru. Di seluruh dunia kejadian Tuberkulosis
meningkat secara drastis dalam beberapa tahun ini. Berdasarkan data laporan
organisasi dunia WHO, setiap tahun, sekitar 8 juta orang di seluruh dunia
mengalami Tuberkulosis dan hampir 2 juta diantaranya meninggal dunia. Dan
menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 1998, penyakit ini
merupakan salah satu penyakit rakyat penting, yang tiap tahun mengambil
banyak korban. Jumlah penderita di Indonesia sebanyak 583.000 orang,
menduduki peringkat ketiga terbesar setelah Cina dan India.

4
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya di masa mendatang. Diabetes sudah merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap
Diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu
25 tahun kemudian. Pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300
juta orang.
Mengingat hal tersebut di atas maka penulis membahas ketiga penyakit
khusus tersebut beserta pengatasan interaksinya.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah pengertian kanker, tuberculosis, diabetes militus ?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari obat-obatan kanker, tuberculosis,
diabetes militus ?
3. Bagaimanakah interaksi obat yang terjadi pada penyakit-penyakit
khusus tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari penyakit kanker, tuberculosis, dan
diabetes militus.
2. Dapat mengetahui mekanisme kerja dari obat-obatan kanker,
tuberculosis, diabetes militus.
3. Dapat mengetahui interaksi obat yang terjadi pada penyakit-penyakit
khusus.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Interaksi Obat

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya
peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat
atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan.

Interaksi obat didefinisikan sebagai committee for proprietary medicine


product(CPMP) sebagain suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh
penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini
terlihat sebagai suatu efek amping, tetapi terkadang pula terjadi juga perubahan
yang menguntungkan. Beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam
praktek pengobatan, misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan
penisilin, di mana probenesid akan menghambat sekresi penisilin di tubuhi ginjal,
sehingga akan memperlambat ekskresi penisilin dan mempertahankan penisilin
lebih lama dalam tubuh.

Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya


interaksi tersebut sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-
upaya optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan
akan timbul sebagai terjadinya efek samping, tidak tercapainya efek terapetik
yang diinginkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi obat yaitu faktor
usia, faktor polifarmasi, faktor penyakit, faktor genetik.
Interaksi obat melibatkan 2 jenis obat, yaitu :

1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri:

6
a. Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat)
sudah akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul.
Secara farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat
dengan kurva dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve).
Perubahan, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah
dapat mengurangi manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.

b. Obat-obat dengan rasaio toksis terapik yang rendah (low toxic:therapeutic


ratio), artinya antara dosis toksik dandosis terapetik tersebut perbandinganya
(atau perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat suda
menyebabkan terjadinya efek toksis. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni
apakah obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek
toksiknyamudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan
tidak berdiri sendiri-sendiri. Obat-obat seperti inijuga sering dikenal dengan
obat-obat dengan lingkup terapetik yang sempit (narrow therapeutic range).

2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau


mengubah aksi atau atau efek obat lain. maka obat presipitan umumnya adalah
obat-obat dengan ciri sebagai berikut:

a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian
akan menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-
obat yang tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan
meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya efek
toksik. Obat-obat yang masuk di sini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan
lain lain.

7
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang
punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin,
karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat
eliminasi(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih
cepat hilang. Sedangkan obat-obat yangdapat menghambat metabolisme
(enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol,
simetidin dan lain-lain,akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi
efek toksik.

c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehingga


eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat
golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah kalau
kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika, yakni terutama pada proses
distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak
obat-obat lain diluar ketiga ciri ini yang dapat bertindak sebagai obat
presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

Pada beberapa kasus, interaksi terkadang memberikan efek pada kedua obat
sehingga obat mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi, menjadi
tidak jelas. Diperkirakan, insidensi terjadinya interaksi obat sekitar 4%. Contoh
interaksi obat dengan kasus khusus yaitu:

1. Interaksi obat pada Kanker


Kanker atau tumor ganas terjadi manakala sel normal tumbuh menjadi
ganas tak terkendali dan mendesak sel normal lain di sekitarnya. Keadaan
yang sudah gawat ini diperparah karena tumor dapat bermetastasi atau
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Penyakit yang menakutkan ini dapat
berkembang karena faktor keturunan, faktor karsinogen lingkungan, dan
virus. Pengobatan yang ditujukkan untuk menekan ataupun

8
menyembuhkan penyakit antara lain pembedahan, radiasi dan terapi
dengan senyawa kimia. Obat yang digunakan untuk mengobati kanker
disebut antineoplastika. Tergantung pada jenis kanker, dapat juga
digunakan obat lain termasuk antibiotik, hormon dan kortikosteroid.
2. Interaksi obat pada Diabetes Militus
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok gangguan penyakit metabolic
dikarakteristik oleh hiperglikemia, dihubungkan dengan abnormalitas
pada karbohidrat, lemak dan metabolisme protein serta hasil dari
komplikasi kronik termasuk mikrovaskuler, makrovaskuler dan
gangguan neuropatik. Atau dengan kata lain diabetes militus adalah
penyakit pada orang yang kelenjar pankreasnya gagal menghasilkan
insulin dengan baik. Insulin adalah hormone yang membawa gula dari
darah ke sel tubuh yang membutuhkannya yang mengubahnya menjadi
energi. Pada pasien DM gula tetap berada dalam darah(dan keluar melalui
urin) dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan. Karena tak ada gula, sel
harus membakar lemak dan protein lebih dari biasanya, pemecahan lemak
dan protein secara berlebihan ini akan membebaskan produk-buangan
asam ke dalam lemak.

3. Interaksi obat pada Tuberkulosis


Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit menular yang paling sering
terjadi sekitar 80% di paru-paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh
lainnya. Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus,yaitu
basil Gram-positif yang tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri
Tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Di

9
dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat Dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun,

N Obat Objek Obat Mekanisme Efek yang Penanganan


o Presipitan Interaksi ditimbulkan interaksi

1 Rifampisin Antacid Menurunkan Menurunka Hindari


penyerapan n efek pengunaan
rifampsin rifampisin bersama
antasida.
Pemberian
lebih baik di
beri jarak
minimal 4
jam setalah
pemberian
rifampisin

Kloramphe Metabolisme Kadar air


nicol Hindari
kloramphenic dalam darah
pengunaan
ol meningkat\ menurun
bersamaan

Dexametha Metabolisme Kadar dalam Hindari


dexamethason darah pengunaan
son
menigkat meningkat bersamaan

Diazepam Metabolisme Kadar dalam Hindari


diazepam darah pengunaan
meningkat menurun bersamaan

Kadar Kadar dalam Hindari


Digoksin
digoksin darah pengunaan
menurun meningkat bersamaan

10
Kadar dalam Hindari
Haloperidol Metabolisme plasma pengunaan
haloperidol menurun bersamaan
meningkat

Hidrokortis Kadar dalam Hindari


on plasma pengunaan
Metabolisme menurun bersamaan
hidrokortison
meningkat

Kadar Pada
Levotiroksi
plasma hipotiroid,do
n Meningkatnya
menurun sis
metabolisme levotiroksin
levotiroksin perlu di
tinkatkan

Kadar dalam Hindari


Lopinavir plasma pengunaan
Meningkatkan
metabolisme menurun bersamaan
lopinavir
Kadar dalam Jangan
2. INH
Meningkatkan darah diberikan
Nifedipin
metabolisme menurun secara
nifedipin bersamaan

INH bisa Hindari


menghamba pengunaan
Fenitoin INH dapat t bersamaan
memperkuat metabolism
efek samping e fenitoin
fenitoin

3.

11
ETHAMBUTO Antasida Efek Hindari
L Absorbsi ethambutol pengunaan
menurun jika menurun bersama
. di gunakan antasida.
bersama Pemberian
dengan lebih baik di
antasida beri jarak
minimal 4
jam setelah
pemberian
4 Etionamid ethambutol.
Etionamid
Isoniazid meningkatkan Isoniazid
sementara Jangan
dapat
kadar serum mempotensi diberikan
isoniazid tas efek secara
yang tidak bersamaan
5 Absorpsi oral diinginkan
Asam amino
salisilat Digoksin digoksin dapat
berkurang bila Efek Monitoring
diberikan digoksin pemberian
bersama menurun digoksin
dengan asa

6 Kemungkinan
Azatioprin Alopurinol terjadi efek Efek
samping azatriopin Jangan
merugikan meningkat diberikan
akibat terlalu bersama-
banyak sama dengan
azatioprin garam besi
dan obat
diuretik
7 golongan
Merkaptopuri Terjadi efek Tiazida
n Alopurinol samping Efek
merugikan merkaptopu Jangan
karena terlalu rin dapat diberikan
banyak bersama-
berkurang
merkaptopuri sama dengan
n garam besi
dan obat

12
diuretik
golongan
Tiazida

8 Antibiotik
Cisplatin
Aminogliko Jangan
sida Kombinasi ini Dapat diberikan
dapat memberikan secara
merusak efek bersamaan
pendengaran samping
dan ginjal yang
yang bersifat merugikan
9 Metoktreksat Pepto permanen.
Bismol Jangan
diberikan
Efek Terjadi efek secara
metotreksat samping bersamaan
dapat merugikan
meningkat akibat
Alopurinol terlalu
10 Siklofosfamid
a banyak Jangan
metotreksat diberikan
Terjadi efek secara
yang Siklofosfami bersamaan
merugikan da dapat
terhadap meningkat
11 depresen ( penggunaan
Obat diabetes kelompok siklofosfamid
( Oral ) IMAO ) Jangan
Kadar gula diberikan
dalam darah Efek secara
akan turun diabetes bersamaan
dan gejala dapat
12 Aspirin hipoglikemia bertambah
Obat diabetes akan terjadi Jangan
( Oral ) diberikan
Kadar gula secara
darah turun bersamaan
terlalu rendah. Efek obat
Gejalah diabetes
13 Kloramfeni hipoglikemia Jangan
kol digunakan

13
Obat diabetes Kadar gula dapat secara
( Oral ) darah turun bertambah bersamaan
terlalu rendah.
Gejalah
14 Sulfonamid hipoglikemia Efek obat
a diabetes Sulfonamida
dapat digunakan
Obat diabetes Kadar gula bertambah
darah turun bila infeksi
( Oral )
terlalu rendah. saluran urin
Gejala timbul
hipoglikemia Obat
15 timbul diabetes
Amfetamin dapat
bertambah Jangan
Obat diabetes Kadar gula diberikan
( Oral dan darah tetap secara
Insulin terlalu tinggi. bersamaan
Gejala
hiperglikemia
timbul Efek obat
diabetes
dilawan

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Mekanisme kerja obat-obat Diabetes Militus

Obat-obatan antidiabetes adalah obat-obatan yang membantu


mengendalikan kadar glukosa darah pada penderita diabetes. Masing-masing
obat ini membantu menurunkan kadar gula darah dengan cara yang berbeda-
beda. Beberapa pasien dapat menggunakan antidiabetes oral saja atau
mengabungkannya dengan antidiabetes oral lain, dan sebagian pasien
menggunakan antidiabetes oral dan ditambah injeksi insulin. Keempat jenis
hipoglikemik oral tersebut adalah golongan sulfonilurea, seperti glipizid, gliburid,
klorpropamida, dan tolbutamid; golongan biguanid seperti metformin, golongan
glukosidase inhibitor seperti akarbose dan miglitol dan golongan tiazolidinedion
seperti troglitazon.

3.2. Mekanisme kerja obat-obat Tuberkulosis


Obat-obatan tuberkulosis adalah digolongkan atas beberapa kelompok,
yaitu :
a. Kelompok obat Primer merupakan obat yang paling efektif dengan
toksisitas yang dapat diterima. Tetapi dapat menimbulkan
resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Maka
selalu dikombinasikan dari 3-4 obat untuk kuman Tuberkulosis
yang sensitif. Contoh obat primer yaitu : Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol, Streptomisin.
b. Kelompok Obat sekunder merupakan obat-obat yang tergolong
dalam obat sekunder digunakan untuk pasien dengan kuman-
kuman yang terbukti resisten terhadap kelima obat primer atau
obat standar. Obat-obat yang tergolong dalam obat sekunder
sangat sukar untuk digunakan, memiliki banyak efek samping,

15
kurang efektif, dan sangat mahal, WHO merekomendasikan bahwa
obat-obat ini hanya dapat digunakan pada pusat-pusat spesialis.
Nama obat-obat tersebut adalah antibiotik golongan
fluorokuinolon antara lain : (siprofloksasin, ofloksasin,
levofloksasin), Etionamid, Asam Para Aminosalisilat, Sikloserin,
Kapreomisin, Amikasin, dan Kanamisin.

3.3. Mekanisme kerja obat-obat Kanker


Pengobatan kanker pada dasarnya sama, yaitu salah satu atau
kombinasi dari beberapa prosedur berikut :

1. Pembedahan (Operasi)
2. Penyinaran (Radioterapi)
3. Pemakaian obat-obatan pembunuh sel kanker (sitostatika/khemoterapi)
4. Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
5. Pengobatan dengan hormon

Untuk beberapa kanker, pengobatan terbaik merupakan kombinasi dari


pembedahan, penyinaran dan kemoterapi. Pembedahan atau penyinaran
mengobati kanker yang daerahnya terbatas, sedangkan kemoterapi membunuh
sel-sel kanker yang berada diluar jangkauan pembedahan maupun penyinaran.
Kadang penyinaran atau kemoterapi dilakukan sebelum pembedahan, untuk
memperkecil ukuran tumor; atau setelah pembedahan untuk menghancurkan
sisa-sisa sel kanker.

16
BAB IV
KESIMPULAN

Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang
diberikan pada awalnya diberikan secara bersamaan sehingga keefektifan atau
toksisitas satu obat atau lebih berubah. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau
mengurangi aktivitas. Penyakit yang sedang diobati ataupun kronis dapat
memepengaruhi interaksi obat. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi obat
yaitu faktor usia, faktor polifarmasi, faktor penyakit, faktor genetik. Interaksi obat
melibatkan 2 jenis obat, yaitu :
1. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain.
2. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau
mengubah aksi atau atau efek obat lain.

Contoh interaksi obat dengan kasus khusus yaitu:


1. Interaksi obat pada Kanker
2. Interaksi obat pada Diabetes Militus
3. Interaksi obat pada Tuberkulosis

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Fakultas Kedokteran-


Universitas Indonesia, Jakarta.
2. Syamsudin, 2011. Interaksi Obat Konsep Dasar dan Klinis, UIP, Jakarta.
3. http ;//www.Info penyakit.com/2007/12/penyakit-Tuberkulosis-
TBC.html
4. http ;//www.pdf.com/2009/19/interaksi obat pada antidiabetes.html

18

Anda mungkin juga menyukai