Anda di halaman 1dari 15

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan

wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan pihak yang

menjalankan program serta analisis laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan.

Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan

Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2016. Masalah yang diidentifikasi adalah

semua permasalah yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Identifikasi lima masalah tertinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan

1. Program : ASI Eksklusif

Permasalahan : Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif

Target : 80%

Pencapaian : 76,1%

Kesenjangan : 3,9%;

2. Program : Proporsi suspek TB yang diperiksa sputum

(pengendalian pemberantasan penyakit)

1
Permasalahan : Rendahnya proporsi suspek TB yang diperiksa

sputum

Target : 100%

Pencapaian : 42,7%

Kesenjangan : 57,3%

3. Program :Cakupan Status Gizi Anak Sekolah Tingkat SD

Permasalahan : 9,6% anak Sekolah Dasar menderita malnutrisi

Target : 100%

Pencapaian : 90,4%

Kesenjangan : 9,6%

4.2. Penentuan Prioritas Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ada di Puskesmas Lubuk

Kilangan ditemukan beberapa permasalah yang perlu untuk diselesaikan. Tetapi perlu

dilakukan penentuan prioritas penyelesaian masalah karena tidak mungkin dilakukan

pemecahan masalah secara sekaligus. Untuk itu digunakanlah metode skoring

Hanlon untuk menentukan prioritas masalah. Kriteria skoring yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Urgensi

2
a. Nilai 1 = tidak penting

b. Nilai 2 = kurang penting

c. Nilai 3 = cukup penting

d. Nilai 4 = penting

e. Nilai 5 = sangat penting

2. Kemungkinan intervensi

a. Nilai 1 = tidak mudah

b. Nilai 2 = kurang mudah

c. Nilai 3 = cukup mudah

d. Nilai 4 = mudah

e. Nilai 5 = sangat mudah

3. Biaya

a. Nilai 1 = sangat mahal

b. Nilai 2 = mahal

c. Nilai 3 = cukup mahal

d. Nilai 4 = murah

e. Nilai 5 = sangat murah

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

3
a. Nilai 1 = sangat rendah

b. Nilai 2 = rendah

c. Nilai 3 = sedang

d. Nilai 4 = tinggi

e. Nilai 5 = sangat tinggi

Tabel 4.1 Penilaian Prioritas Masalah di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk


Kilangan

No Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Rangking


1 Rendahnya 4 3 2 3 12 3
pencapaian ASI
Eksklusif
2 Proporsi suspek 4 2 4 3 13 2
TB yang
diperiksa sputum
3 Malnutrisi pada 4 4 4 4 16 1
anak SD

1. Rendahnya pencapaian ASI Eksklusif

Urgensi : 4 (penting)

ASI adalah minuman untuk semua bayi dari awal kelahiran sampai minimal 6

bulan pertama dan mengandung antibodi yang berfungsi untuk imunitas anak

sehingga dapat menurunkan risiko penyakit infeksi maupun non infeksi. Kurangnya

4
kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi dapat meningkatkan

risiko bayi mengalami penyakit. Dari data tahun 2016 hanya 76,1% ibu yang

memberikan asi ekslusif. Hal ini masih memberikan kesenjangan antara target dan

pencapaian sebesar 3,9%


Intervensi : 3 (cukup mudah)
Permasalahan utama dari ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahun ibu maupun

keluarga mengenai pentingnya ASI eksklusif dan permasalahan ibu yang bekerja

sehingga sulit menyusui bayinya. Permasalahan edukasi bisa diintervensi dengan

mudah yaitu dengan memberikan penyuluhan. Namun, masalah ibu yang bekerja sulit

untuk diintervensi karena menyangkut banyak hal diantaranya, masalah rasa sakit saat

menyusui karena posisi yang tidak benar, masalah ekonomi keluarga dan juga

melibatkan masalah di tempat kerja ibu seperti tidak adanya ruangan menyusui.

Masalah ini harus dipecahkan dengan kerja sama lintas sektor yang beragam dan

butuh jangka waktu yang lama.


Biaya : 2 (mahal)
Terkait dengan masalah ibu yang bekerja, solusi yang penulis tawarkan adalah

membuat pojok ASI di tempat kerja dan membuat bank ASI yang membutuhkan

refrigator. Biaya untuk pembuatan dua hal tersebut mahal.


Mutu: 3 (sedang)
Program untuk memecahkan masalah ini sudah banyak namun belum optimal.

Menurut pandangan penulis yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan program

yang sudah ada, bukan menambah program baru.

2. Rendahnya proporsi suspek TB yang diperiksa sputum


Urgensi : 4 (penting)
TB merupakan global emergency dan merupakan penyakit yang mudah menular.

Pemeriksaan sputum suspek TB bertujuan untuk mengetahui secara dini apakah orang

5
yang memiliki resiko telah tertular atau tidak. Suspek TB apabila sudah menjadi sakit

TB berpotensi untuk menularkan kuman TB kepada lingkungan sekitarnya.


Intervensi : 2 (kurang mudah)
Kesadaran dan keinginan masyarakat untuk memeriksakan dirinya rendah. Selain itu,

sulit bagi suspek untuk mengeluarkan dahaknya saat tidak batuk dan sebagian besar

suspek tidak mengalami keluhan batuk.


Biaya : 4 (murah)
Permasalahan utama dari rendahnya pemeriksaan sputum suspek TB adalah

kesadaran masyarakat yang kurang. Untuk itu diperlukan edukasi kepada masyarakat.

Pelaksanaan edukasi murah.


Mutu : 3 (baik)
Apabila program ini terlaksana maka akan mengurangi angka kejadian TB dan orang-

orang yang berisiko terkena TB dan telah menjadi sakit TB dapat segera ditatalaksana

dan rantai penyebaran TB bisa diputus.


3.Malnutrisi pada anak SD
Urgensi : 4 (penting)
Nutrisi pada usia sekolah akan mempengaruhi prestasi peserta didik. Pada usia

sekolah dasar, anak umumnya bisa memilih sendiri makanannya. Jajanan diluar

rumah sangatlah beragam, berwarna-warni dan menggoda selera anak-anak namun

belum tentu mengandung gizi yang baik. Jika malnutrisi terjadi pada masa ini, maka

kehiduapan anak kedepan juga akan terganggu. Baik itu masalah kurang gizi maupun

kelebihan gizi. Kurang gizi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak

sehingga kualitas generasi muda Indonesia bisa menurun sedangkan kelebihan gizi

akan berisiko untuk terjadinya sindrom metabolik pada anak di usia dewasa.
Intervensi : 4 (mudah)
Memberikan edukasi kepada anak sekolah mudah. Anak-anak masih mudah untuk

dibawa mempelajari hal baru dan memiliki ketertarikan yang tinggi degan hal-hal

6
baru. Selain itu dukungan sekolah baik. Namun, masalah transportasi ke lokasi acara

bisa menjadi penghalang.


Biaya :4 (murah)
Untuk melaksanakan pelatihan nutrisionis kecil yang dibutuhkan adalah narasumber

dan media pelatihan seperti modul dan alat tulis sehingga biaya yang dibutuhkan

murah.
Mutu : 4 (tinggi)
Jika program ini berjalan maka akan dapat memperbaiki kebiasaan makan anak usia

sekolah terutama mengenai pemilihan makanan dan jajanan sehingga bisa tercapai

gizi seimbang.

4.3 Analisis Sebab Masalah


Hasil pengujian 10.429 sampel PJAS (Pangan Jajanan Anak Sekolah) yang
diambil di seluruh Indonesia pada tahun 2014 menunjukkan 76,18% sampel
memenuhi syarat PJAS dan 23,82% sampel tidak memenuhi syarat. Penyebab tidak
memenuhinya Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) paling banyak adalah
pencemaran mikroba, Bahan Tambahan Pangan (BTP) berlebih dan penggunaan
bahan berbahaya.

Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi prioritas masalah adalah 9,6%


anak Sekolah Dasar menderita malnutrisi. Berikut ini data cakupan status gizi anak
sekolah tingkat SD Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2016

7
Gambar 4.2 Cakupan status gizi anak sekolah tingkat SD
Tabel 4.2 Status gzi anak sekolah tingkat SD Lubuk Kilangan

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total

SD 3 49 808 33 5 893

Berdasarkan data tersebut didapatkan 9,6% anak SD di wilayah Lubuk

Kilangan menderita malnutrisi. 5,7 % diantaranya kekurangan gizi dan 4,24%

diantaranya menderita kelebihan gizi.

8
Dari hasil survei awal dan analisis data sekunder yaitu diskusi dengan

pimpinan Puskesmas dan pemegang program gizi didapatkan beberapa sebab dari

masalah yang terjadi :

1. Manusia

Jumlah siswayang memiliki tingkat pengetahuan gizi kurang sebanyak 41%.

Sedangkan siswa dengan sikap kurang sebanyak 34% dan yang mempunyai

perilaku kurang sebanyak 16%.

Hasil Analisis Univariat


Tabel 4.3 . Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengenai
Gizi pada Anak Sekolah Dasar
Jumlah Persen (%)
Pengetahuan
Kurang 30 41
Baik 43 59
Sikap
Kurang 25 34
Baik 48 66
Perilaku
Kurang 12 16
Baik 61 84
Total 4 100

Gambar 4.2 Pengetahuan, sikap dan perilaku siswa mengenai gizi


Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan
makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal
maupun eksternal. Pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang
berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup. Pengetahuan
secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga
pengetahuan anak tentang gizi bertambah (Solihin, 2005). Hasil survey
menunjukkan pengetahuan anak yang kurang sebesar 41%. Hal ini mungkin
terjadi akibat adanya paparan informasi yang baik dari lingkungan sekolah
dan rumah terkait pengetahuan gizi.
Pengetahuan dan sikap anak berhubungan dengan perilaku anak
dalam memilih jenis makanan jananan (Baliwati, Khomsan dan Dwiriani,
2004). Hasil survey menunjukkan mempunyai perilaku kurang sebanyak 16%.

2. Lingkungan

10
Terdapat jajanan yang kurang bergizi di sekolah, lihat gambar 4.3

Gambar 4.6 Jajanan yang mengandung pewarna, penyedap, pemanis

buatan

11
12
Gambar 4.7 Minuman yang mengandung pewarna, penyedap, pemanis

buatan
3. Metode
Belum maksimalnya program puskesmas untuk memberikan edukasi kepada

anak Sekolah Dasar mengenai gizi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

pemegang program gizi di Puskesmas Lubuk Kilangan hanya terdapat 4 sekolah yang

siswanya pernah dilatih mengenai gizi.

4. Material

- Belum ada kantin sehat


- Belum banyak sarana penyuluhan gizi seimbang seperti poster, pamflet dan

mading, lihat gambar

13
Gambar 4.8 Mading

14
4.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Definisi operasional dari variabel-variabel yang
diteliti dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala


1. Pengetahuan Suatu pemahaman anak tentang makanan Nominal
mengenai jajanan yang meliputi pengetahuan anak
pemilihan tentang makanan jajajan, jenis dan
makanan jajanan kandungan gizi, serta akibat mengkonsumsi
makanan tersebut.
2. Sikap mengenai Sikap merupakan respon evaluatif terhadap Nominal
pemilihan pengalaman kognisis, afeksi, dan
makanan jajanan tindakannya saat terhadap makanan jajanan.
3. Perilaku anak Perilaku anak dalam memilih makanan Nominal
memilih makanan jajanan merupakan suatu tindakan anak
mencari dan memilih makanan jajanan di
sekitar sekolah.

15

Anda mungkin juga menyukai