PEMBAHASAN
Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan
Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2016. Masalah yang diidentifikasi adalah
Target : 80%
Pencapaian : 76,1%
Kesenjangan : 3,9%;
1
Permasalahan : Rendahnya proporsi suspek TB yang diperiksa
sputum
Target : 100%
Pencapaian : 42,7%
Kesenjangan : 57,3%
Target : 100%
Pencapaian : 90,4%
Kesenjangan : 9,6%
Kilangan ditemukan beberapa permasalah yang perlu untuk diselesaikan. Tetapi perlu
Hanlon untuk menentukan prioritas masalah. Kriteria skoring yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Urgensi
2
a. Nilai 1 = tidak penting
d. Nilai 4 = penting
2. Kemungkinan intervensi
d. Nilai 4 = mudah
3. Biaya
b. Nilai 2 = mahal
d. Nilai 4 = murah
3
a. Nilai 1 = sangat rendah
b. Nilai 2 = rendah
c. Nilai 3 = sedang
d. Nilai 4 = tinggi
Urgensi : 4 (penting)
ASI adalah minuman untuk semua bayi dari awal kelahiran sampai minimal 6
bulan pertama dan mengandung antibodi yang berfungsi untuk imunitas anak
sehingga dapat menurunkan risiko penyakit infeksi maupun non infeksi. Kurangnya
4
kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi dapat meningkatkan
risiko bayi mengalami penyakit. Dari data tahun 2016 hanya 76,1% ibu yang
memberikan asi ekslusif. Hal ini masih memberikan kesenjangan antara target dan
keluarga mengenai pentingnya ASI eksklusif dan permasalahan ibu yang bekerja
mudah yaitu dengan memberikan penyuluhan. Namun, masalah ibu yang bekerja sulit
untuk diintervensi karena menyangkut banyak hal diantaranya, masalah rasa sakit saat
menyusui karena posisi yang tidak benar, masalah ekonomi keluarga dan juga
melibatkan masalah di tempat kerja ibu seperti tidak adanya ruangan menyusui.
Masalah ini harus dipecahkan dengan kerja sama lintas sektor yang beragam dan
membuat pojok ASI di tempat kerja dan membuat bank ASI yang membutuhkan
Pemeriksaan sputum suspek TB bertujuan untuk mengetahui secara dini apakah orang
5
yang memiliki resiko telah tertular atau tidak. Suspek TB apabila sudah menjadi sakit
sulit bagi suspek untuk mengeluarkan dahaknya saat tidak batuk dan sebagian besar
kesadaran masyarakat yang kurang. Untuk itu diperlukan edukasi kepada masyarakat.
orang yang berisiko terkena TB dan telah menjadi sakit TB dapat segera ditatalaksana
sekolah dasar, anak umumnya bisa memilih sendiri makanannya. Jajanan diluar
belum tentu mengandung gizi yang baik. Jika malnutrisi terjadi pada masa ini, maka
kehiduapan anak kedepan juga akan terganggu. Baik itu masalah kurang gizi maupun
kelebihan gizi. Kurang gizi akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga kualitas generasi muda Indonesia bisa menurun sedangkan kelebihan gizi
akan berisiko untuk terjadinya sindrom metabolik pada anak di usia dewasa.
Intervensi : 4 (mudah)
Memberikan edukasi kepada anak sekolah mudah. Anak-anak masih mudah untuk
dibawa mempelajari hal baru dan memiliki ketertarikan yang tinggi degan hal-hal
6
baru. Selain itu dukungan sekolah baik. Namun, masalah transportasi ke lokasi acara
dan media pelatihan seperti modul dan alat tulis sehingga biaya yang dibutuhkan
murah.
Mutu : 4 (tinggi)
Jika program ini berjalan maka akan dapat memperbaiki kebiasaan makan anak usia
sekolah terutama mengenai pemilihan makanan dan jajanan sehingga bisa tercapai
gizi seimbang.
7
Gambar 4.2 Cakupan status gizi anak sekolah tingkat SD
Tabel 4.2 Status gzi anak sekolah tingkat SD Lubuk Kilangan
SD 3 49 808 33 5 893
8
Dari hasil survei awal dan analisis data sekunder yaitu diskusi dengan
pimpinan Puskesmas dan pemegang program gizi didapatkan beberapa sebab dari
1. Manusia
Sedangkan siswa dengan sikap kurang sebanyak 34% dan yang mempunyai
2. Lingkungan
10
Terdapat jajanan yang kurang bergizi di sekolah, lihat gambar 4.3
buatan
11
12
Gambar 4.7 Minuman yang mengandung pewarna, penyedap, pemanis
buatan
3. Metode
Belum maksimalnya program puskesmas untuk memberikan edukasi kepada
anak Sekolah Dasar mengenai gizi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
pemegang program gizi di Puskesmas Lubuk Kilangan hanya terdapat 4 sekolah yang
4. Material
13
Gambar 4.8 Mading
14
4.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Definisi operasional dari variabel-variabel yang
diteliti dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
15