1. Definisi
Chorionic villus sampling (CVS) merupakan suatu prosedur prenatal invasif yang
dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom, molekuler, dan biokimiawi janin
pada trimester pertama. CVS biasanya dilakukan pada akhir trimester pertama,
antara usia kehamilan 10-13 minggu, dimana kantong gestasional belum mengisi
kavum uterus dan dilingkupi oleh membran korion yang tebal. Prosedur yang
dilakukan bisa transabdominal maupun transervikal.1,2,3
Prosedur ini merupakan gold standard analisis kromosom janin yang dilakukan
lebih dini. Dalam prosedur ini, jaringan diambil dari villi (vascular fingers) korion,
bagian plasenta yang sedang tumbuh, dan diperiksa. Pemeriksaan ini dilakukan
dibawah tuntunan ultrasound. Hasil dari pemeriksaan CVS dapat mendeteksi anomali
kromosom, defek gen spesifik, dan aktivitas enzim yang abnormal dalam kehamilan
terutama pada penyakit keturunan.1,2,3
Gambar 1 Prosedur Chorionic Villus Sampling (CVS)
2. Indikasi
Bertahun-tahun, diagnosis prenatal bergantung pada analisis cairan amnion
fibroblas sebagai gambaran tidak langsung genetik fetus. Vilus korion menjadi
sumber jaringan yang tepat dan berguna untuk evaluasi penyakit genetik fetus.
Properti sitogenetik, molekular, dan biokemikalnya menggambar properti yang
terdapat pada fetus. Vilus sebagian terdiri dari sel sitotropoblas, yang menjadi
sumber mitosis spontan yang dapat digunakan pada analisis kromosomal. Vilus dapat
diambil dengan mudah tanpa membutuhkan puncture membran korion atau amnion.
Indikasi dilakukan CVS adalah :
1. Kehamilan pada wanita dengan usia 35 tahun.
Di Amerika CVS sering dilakukan pada wanita hamil berumur > 35
tahun karena pada umur ini terdapat peningkatan kemungkinan resiko ibu
melahirkan bayi dengan down syndrome dan beberapa tipe aneuploidy.4
Dalam penelitian didapatkan pada usia 35 tahun beresiko 1:385 kelahiran
beresiko mengalami kelianan janin, sedngkan pada usia 45 tahun sebanyak
1:30 kelahiran
2. Kehamilan sebelumnya menghasilkan keturunan yang mengalami kelainan
kromosom.
3. Adanya kelainan kromosom pada salah satu orang tua.
4. Adanya Downs Syndrome atau kelainan kromosom lain pada anggota
keluarga dekat.
5. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan adanya abnormalitas janin.
6. Pada anak sebelumnya mengalami kelainan bawaan yang berat.
7. Ibu merupakan carrier untuk penyakit terkait kromosom seks (sex-linked
diseases).5
2.4. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk melakukan CVS adalah :
1. Ibu dengan infeksi aktif (sexual-transmitted disease).
2. Janin kembar, jika hasil CVS abnormal, tidak jelas fetus yang mana yang
terkena.
3. Riwayat perdarahan pervaginam selama kehamilan atau dengan perdarahan
pervaginam aktif/ bercak-bercak perdarahan .
4. Uterus antefleksi atau retrofleksi ekstrim dan habitus tubuh pasien yang
menghambat kemudahan akses ke uterus.6
1. Prosedur Transervikal
Peralatan yang di gunakan diperlukan untuk tindakan ini adalah spekulum
Gambar
2.5 Peralatan
yang
Gambar
2.7 USG
saat
prosedur
CVS
transervikal
2. Prosedur Transabdominal
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan tindakan ini diantaranya:
transabdominal
Pasien dalam posisi supine. Desinfeksi lapangan kerja. Tutup paha dan
bagian pinggir abdomen dengan duk steril, tempatkan probe USG dibawahnya.
Oleskan gel steril diatas abdomen. Siapkan jarum dengan spuit 20 cc. Masukan
jarum dengan panduan dari USG pada sudut yang mempenetrasi placenta long
axis. Jarum akan melawati miometrium dan paralel terhadap membran chorion.
Hindari jarum mengenai usus dan vesika urinaria. Ketika jarum sudah pada posisi
yang diinginkan, berikan tekanan negatif pada spuit sambil menarik maju
mundur jarum CVS namun tetap di dalam plasenta. Setelah jaringan plasenta
diaspirasi dan masuk kedalam spuit, keluarkan jarum perlahan-lahan sambil
mempertahankan tekanan negatif pada spuit. Masukkan sampel kedalam botol
spesimen.Dalam prosedur ini, jarum dimasukkan melalui perut dan rahim ke
plasenta untuk mendapatkan sampel jaringan dengan panduan USG. Teknik
transabdominal pertama kali diperkenalkan oleh Smid-Jensen dan Hahnemann
dari Denmark. Dengan tuntunan USG masukkan jarum spinal ukuran 18 atau 20
ke dalam plasenta, karena jarum yang dipakai lebih kecil dari kateter servikal
maka perlu dilakukan 3-4 kali gerakan maju mundur pada ujung jarum terhadap
jaringan plasenta agar jaringan villi dapat terambil. Setelah stylet dikeluarkan,
aspirasi villi ke dalam tabung 20 ml yang berisi media kultur jaringan. 3,5,7
Gambar 2.9 Prosedur transabdominal
Jaringan villi dicuci dan dibersihkan dengan media yang segar dan disortir
untuk membuang bekuan darah dan dilihat dengan mikroskop untuk membuang
semua desidua yang berasal dari ibu. Villi korionik memiliki karakteristik halus,
bewarna putih dan terapung dalam media. Villi yang telah dibersihkan
dibandingkan dengan standart, kemudian dikirim ke laboratorium dalam
medium saline. Di laboratorium dilakukan analisis kromosom menggunakan
metode direct menggunakan PCR (polymerase chain reaction) dan kultur
jaringan.4,6
Setelah dilakukan pemeriksaan CVS, ibu dan janin perlu pemantauan tanda
vital dan denyut jantung janin secara berkala 30 menit atau lebih. Pasien harus
beristirahat di rumah dan menghindari aktivitas berat selama minimal 24 jam
setelah pemeriksaan CVS dilakukan dan tidak boleh melakukan hubungan
seksual selama 10 hari, untuk mencegah terjadinya abortus.6
Faktor yang dapat mengganggu prosedur CVS adalah :
1. Kehamilan lebih awal dari 7 minggu atau lebih dari 13 minggu.
2. Posisi bayi, plasenta, jumlah cairan ketuban atau panggul ibu.
3. Infeksi.
4. Sampel yang tidak memadai untuk pengujian atau yang mengandung jaringan
maternal.
4. Infeksi
American College of Obstetricians and Gynecologists, 2012 Insiden Infeksi setelah prosedur
CVS <0,5%.12 Pada penelitian terbaru di US infeksi, yang mungkin menjadi penyebab
abortus, hanya terjadi pada 0,3% dari 2000 kasus TC CVS. 6,7
Sejak perkembangan awal TC CVS, sudah dipahami bahwa memasukkan
instrumen melalui transvaginal akan membuat flora vaginal masuk ke uterus.
Kemungkinan ini telah dikonfirmasi dengan kultur bakteri dari kateter yang
digunakan pada CVS.
Infeksi setelah TA CVS juga dapat terjadi pada beberapa kasus akibat masuknya
flora usus ke uterus melalui jarum. Namun, pada praktek klinis, insiden
korioamnionitis post-CVS sangat rendah.
2.7.2 Komplikasi Maternal
1. Efek Psikologis
Efek psikologis yang muncul setelah pemeriksaan CVS yaitu ketakutan
mengungkapkan kelainan pada kehamilan, dilemma dalam keputusan melanjutkan
kehamilan, dan ketakutan dalam mengakhiri kehamilan.6
2. Perdarahan
Perdarahan pervaginam tidak umum terjadi setelah TA CVS, namun ditemukan
7%-10% pada pasien dengan prosedur TC. Flek minimal biasa terjadi dan dapat
terjadi pada hampir sepertiga perempuan dengan prosedur transervikal. Pada
kebanyakan kasus, perdarahan bersifat self-limited dan outcome kehamilan baik.1,6
Hematoma subkorionik dapat terlihat segera setelah pengambilan sampel pada
4% pasien. Hematoma biasanya menghilang sebelum kehamilan 16 minggu dan
tidak berdampak buruk pada kehamilan. Kasus perdarahan hebat dan menyebabkan
hematoma terjadi akibat tak sengaja menempatkan kateter TC ke dalam desidua
basalis yang mendasari korion frondosum. Menghindari manipulasi yang tidak
penting dapat mencegah perdarahan dan meminimalisir komplikasi ini. 6