B. Epidemiologi
1
2
Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB paru dan sekitar 140.000
kematian akibat TB paru. Diseluruh dunia tahun 2004, WHO melaporkan terdapat
3,8 juta kasus baru TB paru dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara (data
WHO 2006). Sekitar 113 per 100.000 di Cina dan 64 per 100.000 di Brasil. TB
paru termasuk penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama di
negara berkembang. Indonesia masih menempati urutan ke-3 di dunia untuk
jumlah kasus TB paru setelah India dan Cina.
Di Amerika Serikat, keseluruhan tingkat kasus TB paru adalah 4,9 per
100.000 orang pada tahun 2004 (CDC,2005). Berdasarkan estimasi World Health
Organization (WHO), daerah dengan kasus TB baru yang tertinggi pada tahun
2009 adalah di daerah Asia Tenggara yang merupakan 35% dari insidensi global.
Sekitar 1,3 juta populasi meninggal akibat TB pada tahun 2009. Estimasi
insidensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 430.000 kasus dengan
mortalitas sebesar 61.000.
C. Tahapan Tidur
Tidur melibatkan dua fase tidur normal: pergerakan mata yang tidak cepat
(NREM) dan pergerakan mata yang cepat (REM) (Saryono & Widianti, 2010).
a. Tahap 1: NREM
1) Tahap ini merupakan tahapan paling dangkal dari tidur.
2) Tahapan ini berakhir beberapa menit sehingga orang mudah terbangun
karena suara.
3) Terjadi pengurangan aktivitas fisiologis seperti pengurangan tanda-
tanda vital dan metabolisme
4) Merasa telah melamun setelah bangun
b. Tahap 2: NREM
1) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
2) Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun sulit.
3) Tahap ini berakhir 10 hingga 20 menit
4) Fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap 3: NREM
3
D. Etiologi
Faktor penyebab gangguan istirahat tidur yaitu (Mubarak dkk, 2015)
1. Status kesehatan/penyakit
Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada
biasanya. Disamping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat
mengalami gangguan. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada
sistem pernapasan, dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang
tidak akan dapat istirahat dan tidur dengan baik.
4
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. pada lingkungan yang tenang memungkinkan
seseorang dapat tidur dengan nyenyak dan sebaliknya.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah menyebabkan semakin pendeknya siklus tidur
REM yang dilaluinya
4. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan atau rutinitas seseorang dapat mempengruhi pola tidur.
Seseorang akan mudah tertidur jika kebiasaan sebelum tidurnya sudah
terpenuhi. Kebiasaan sebelum tidur yang sering dilakukan, seperti berdoa
sebelum tidur menyikat gigi, minum susu, dan lain-lain. Pola gaya hidup
dapat mempengaruhi jadwal tidur-bangun seseorang seperti pekerjaan dan
aktivitas lainnya.
5. Stres emosional
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya
siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat
tidur.
6. Stimulan dan alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
akohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah, ketika pengaruh
alkohol telah hilang individu sering kali mengalami mimpi buruk.
7. Diet dan nutrisi
Terpenuhinya nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Makanan yang mengandung protein yang tinggi dapat mempercepat proses
tidur, karena adanya L-Triptofan yang merupakan asam amino dari protein
yang dicerna. Sebaliknya,minuman yang mengandung kafein ataupun
alkohol akan mengganggu tidur. tidur. National Sleep Foundation (2002)
dalam Eliopoulus (2005) juga melaporkan bahwa meminum satu gelas
kopi sesudah makan malam akan berefek pada kemampuan seseorang
dalam mencapai tidur yang memuaskan, efeknya akan dirasakan 15-20
menit setelah meminum dan bahkan sampai 4 jam kemudian. Hal ini
disebabkan karena kafein yang terkandung dalam kopi dapat berikatan
5
1. Gejala fisik:
a. Tidak tercapainya tidur nyenyak. keadaan ini bisa berlangsung
sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-
minggu atau lebih
b. Merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran.
Mereka yang mengalami insomnia seringkali merasa tidak pernah
tertidur sama sekali
c. Sakit kepala dipagi hari. ini sering disebut efek mabuk, padahal
nyatanya tidak meminum-minuman di malam itu.
d. Mata memerah
2. Gejala Psikis
a. Kesulitan berkonsentrasi
b. Mudah marah
c. Mengantuk disiang hari.
turunan dari serotonin (tortora & Derrickson, 2009). Serotonin diekskresikan dari
sel tertentu dalam sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah
yaitu daerah sinkronisasi bulbar (bulbar syncronizing region, BSR). Saat
seseorang tertidur, ia menuju ruangan yang gelap, tenang, nyaman dan kemudian
menutup matanya, maka stimulus menuju RAS berkurang (Potter & Perry, 2010).
Mata yang tertutup akan menurunkan stimulus cahaya yang ditangkap retina yang
akan diteruskan ke suprachiasmatic nuclei dan pada akhirnya menstimulasi
kelenjar pineal untuk meningkatkan sekresi melatonin. Penurunan RAS akan
meningkatkan kadar melatonin yang membuat ngantuk dan akhirnya tertidur
Terajdinya gangguan tidur disebakan terganggunya siklus dalam tidur pada
reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR)
(Tortora & derrickson, 2009)
G. Clinical Pathway
Tidur Fisiologis
Saluran pernapasan
Deprivasi tidur
Berkoloniasi di saluran pernapasan
bawah (bronchus,
Produksi alveoli)
sekret berlebih
Tidak dapat tidur dengan
Penumpukan sekret
baik
Mengaktifkan respon imun
Sekret keluar saat batuk Batuk terus menerus
H. Gangguan Tidur
inflamasi
Beberapa jenis gangguan tidur ialah sebagai berikut: (Saryono & Widianti,
1. Insomnia
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini pada umumnya ditemui pada
usia dewasa. Penyebabnya karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaaan gundah dan gelisah. Periode singkat insomnia paling sering
mengantuk.
2. Narkolepsi
meskipun baru bangun tidur sejam yang lalu, bahkan secara tiba-tiba mungkin
mendadak badannya lunglai ingin tidur, mengalami kelumpuhan saat tidur dan
3. Hipersomnia
fisik akibat kerja terlalu keras. Gangguan lainnya bisa berkategori hipersomnia
idiopatik yang dikenal mirip dengan narkolepsi, dimana klien tidak dapat
yang senang tidur karena pusing, usai sakit dan perlu penyembuhan.
4. Parasomnia
biasanya merupakan fenomena gangguan tidur yang tidak umum dan tidak
11
diinginkan yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau yang terjadi pada
ambang antara terjaga dan tidur. Paling sering muncul dalam bentuk mimpi
5. Somnabulisme
perbuatan orang yang tidak tidur. Seringkali duduk dan melakukan tindakan
mengemudikan kendaraan.
6. Apnea tidur
Apnea tidur merupakan salah satu gangguan tidur yang disebabkan karena
kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama 10 detik atau lebih
saat tidur. Ada 3 jenis apnea, yaitu: apnea sentral, obstruktif dan campuran
(sentral dan obstruktif). Apnea obstruktif terjadi saat otot dan struktur rongga
mulut rileks dan jalan nafas tersumbat. Apnea sentral melibatkan disfungsi
I. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi non farmakologis
a) Terapi relaksasi
Terapi relaksasai digunakan untuk mengurangi ketegangan atau stress
yang dapat mengganggu tidur. beberapa diantaraya yakni tenik
pengaturan pernapasan
b) Terapi tidur yang bersih
12
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantua pelayanan seperti:
- Apa yang klien rasakan
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara
tiba-tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
- Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-
hari (istirahat/ tidur)
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarangkhususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama.
3) Riwayat pola tidur klien
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien,
pola biasa, perubahan tidur terakhr, rutinitas menjelang tidur,
dan lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet,
gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang
terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental klien
saat ini
4) Pengkajian Fisik
Keadan umum klien
Kesadaran
TTV
2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)
a) Insomnia berhubungan dengan agen farmaseutikal, aktivitas fisik
harian rata-rata kurang, ansietas, berduka, depresi, faktor lingkungan,
14
4. Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bulechek, Gloria, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam, edisi
Bahasa Indonesia. Alih bahasa: Intansari N. dan Roxsana Devi T. Singapore: Elseveir
Carpenito, Lynda Juall. 2005. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan, Edisi 6 Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
CDC MMWR (Mordibity and Mortality Weekly Report. 2005. Guidlines for Preventing the
Transmission of Mycobacterium tuberclosis in Health-Care Settings. US:
Departement of Health and Human Services
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI
Herdman, T. & Shigami, K. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Alih Bahasa: Budi Anna Keliat dkk. Jakarta:
EGC.
Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah: USU.
Moorhead, Sue, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima, edisi
Bahasa Indonesia. Alih bahasa: Intansari N. dan Roxsana Devi T. Singapore: Elseveir.
Mubarak dkk. 2015. Buku Jarak Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika
Potter, Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi 4. Jakarta: EGC
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Elex Media
KOmputindo
Saryono & Widianti. Anggriyana Tri. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM). Yogyakarta: Nuha Medika
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
keempat. Jakarta : Salemba Medika.
Tortora, G.J and Bryan, D. 2009. Principles of Anatomy and Physiology, 12th ed. USA: Jhon
Wiley & Sons.
http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/tortora/0470084715/transp_guide/guide_t
o_transparencies_pap12e.pdf [Diakes pada 5 September 2017]
World Health Organization (WHO). 2009. WHO Policy on TB Infection Control in Health-
Care Facilities, Congregate Settings and Household.Switzerland: WHO