Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


TIDUR/ ISTIRAHAT
(oleh: Yulia Martha Fandiani, S. Kep)

A. Definisi Gangguan Tidur/ Istirahat


Istirahat adalah suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional, dan
bebas dari perasaan gelisah. Sedangkan tidur merupakan suatu keadaan tidak
sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau
hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup
(Asmadi, 2008). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang
dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda
(Tarwoto & Wartonah 2006). Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak dkk, 2015).
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu
dari tiga masalah insomnia yaitu: gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun dimalam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Potter
& Perry, 2010). Gangguan pola tidur adalah keadaaan ketika individu mengalami
atau berisisko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman (Lynda Juall, 2012). Gangguan
pola tidur adalah interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal
(Herdman, 2015). Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur
yang menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur
(berhentinya kesadaran relatif secara periodik dan berlangsung alami). Kesiapan
meningkatkan tidur adalah pola berhentinya kesadaran secara periodik dan
berlagsung alami untuk memberi istirahat dan melanjutkan gaya hidup yang
diinginkan yang dapat ditingkatkan (Herdman, 2015).

B. Epidemiologi

1
2

Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB paru dan sekitar 140.000
kematian akibat TB paru. Diseluruh dunia tahun 2004, WHO melaporkan terdapat
3,8 juta kasus baru TB paru dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara (data
WHO 2006). Sekitar 113 per 100.000 di Cina dan 64 per 100.000 di Brasil. TB
paru termasuk penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama di
negara berkembang. Indonesia masih menempati urutan ke-3 di dunia untuk
jumlah kasus TB paru setelah India dan Cina.
Di Amerika Serikat, keseluruhan tingkat kasus TB paru adalah 4,9 per
100.000 orang pada tahun 2004 (CDC,2005). Berdasarkan estimasi World Health
Organization (WHO), daerah dengan kasus TB baru yang tertinggi pada tahun
2009 adalah di daerah Asia Tenggara yang merupakan 35% dari insidensi global.
Sekitar 1,3 juta populasi meninggal akibat TB pada tahun 2009. Estimasi
insidensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 430.000 kasus dengan
mortalitas sebesar 61.000.

C. Tahapan Tidur
Tidur melibatkan dua fase tidur normal: pergerakan mata yang tidak cepat
(NREM) dan pergerakan mata yang cepat (REM) (Saryono & Widianti, 2010).
a. Tahap 1: NREM
1) Tahap ini merupakan tahapan paling dangkal dari tidur.
2) Tahapan ini berakhir beberapa menit sehingga orang mudah terbangun
karena suara.
3) Terjadi pengurangan aktivitas fisiologis seperti pengurangan tanda-
tanda vital dan metabolisme
4) Merasa telah melamun setelah bangun
b. Tahap 2: NREM
1) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
2) Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun sulit.
3) Tahap ini berakhir 10 hingga 20 menit
4) Fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap 3: NREM
3

1) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam


2) Otot-otot dalam keadaan rileks penuh, sehingga sulit dibangunkan dan
jarang bergerak
3) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
4) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap 4: NREM
1) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan
porsi malam yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan selama jam
terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.
e. Tidur REM
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjdi pada REM.
2) Tahap ini dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang
cepat, fluktuasi jantug dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau
fluktuasi tekanan darah
4) Sangat sulit membangunkan orang yang tidur pada tahap ini
5) Durasi tidur tahap REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20
menit.

D. Etiologi
Faktor penyebab gangguan istirahat tidur yaitu (Mubarak dkk, 2015)
1. Status kesehatan/penyakit
Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada
biasanya. Disamping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat
mengalami gangguan. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada
sistem pernapasan, dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang
tidak akan dapat istirahat dan tidur dengan baik.
4

2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat
menghambat upaya tidur. pada lingkungan yang tenang memungkinkan
seseorang dapat tidur dengan nyenyak dan sebaliknya.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah menyebabkan semakin pendeknya siklus tidur
REM yang dilaluinya
4. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan atau rutinitas seseorang dapat mempengruhi pola tidur.
Seseorang akan mudah tertidur jika kebiasaan sebelum tidurnya sudah
terpenuhi. Kebiasaan sebelum tidur yang sering dilakukan, seperti berdoa
sebelum tidur menyikat gigi, minum susu, dan lain-lain. Pola gaya hidup
dapat mempengaruhi jadwal tidur-bangun seseorang seperti pekerjaan dan
aktivitas lainnya.
5. Stres emosional
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya
siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat
tidur.
6. Stimulan dan alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
akohol dapat menyebabkan insomnia dan lekas marah, ketika pengaruh
alkohol telah hilang individu sering kali mengalami mimpi buruk.
7. Diet dan nutrisi
Terpenuhinya nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Makanan yang mengandung protein yang tinggi dapat mempercepat proses
tidur, karena adanya L-Triptofan yang merupakan asam amino dari protein
yang dicerna. Sebaliknya,minuman yang mengandung kafein ataupun
alkohol akan mengganggu tidur. tidur. National Sleep Foundation (2002)
dalam Eliopoulus (2005) juga melaporkan bahwa meminum satu gelas
kopi sesudah makan malam akan berefek pada kemampuan seseorang
dalam mencapai tidur yang memuaskan, efeknya akan dirasakan 15-20
menit setelah meminum dan bahkan sampai 4 jam kemudian. Hal ini
disebabkan karena kafein yang terkandung dalam kopi dapat berikatan
5

dengan resptor A1 dan mencegah adenosin berikatan dengan reseptor A1


sehingga tidak dapat merangsang untuk tidur.
8. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang.
Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta-bloker
dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik
(misalnya: meperidin hidroklorida dan morfin) dapat menekan tidur REM
dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
9. Motivasi
Motivasi dapat memengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat menimbulkan
gangguan proses tidur, sebab keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat
menutupi perasaan lelah seseorang.
10. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur. Meningkatnya keluhan terhadap kualitas tidur terjadi seiring
bertambahnya usia.
11. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi kualitas tidur seseorang, sebab secara
psikologis seorang wanita memiliki mekanisme koping yang lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki dalam mengatasi masalah. Masalah tersebut
akan menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan seorang wanita lebih
sering mengalami kejadian gangguan tidur dibandingkan dengan laki-laki.

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klinis gangguan istirahat tidur menurut Mubarak dkk (2015)
ialah sebagai berikut:
1. Perasaan lelah
2. Gelisah
3. Emosi
4. Apatis
5. Adanya kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak
6. Konjungtiva merah dan mata terasa perih
7. Konsentrasi terganggu
8. Sakit kepala
Menurut (Rafknowledge, 2004: 59-60) gejala gangguan tidur
terdiri dari beberapa gejala yaitu :
6

1. Gejala fisik:
a. Tidak tercapainya tidur nyenyak. keadaan ini bisa berlangsung
sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-
minggu atau lebih
b. Merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran.
Mereka yang mengalami insomnia seringkali merasa tidak pernah
tertidur sama sekali
c. Sakit kepala dipagi hari. ini sering disebut efek mabuk, padahal
nyatanya tidak meminum-minuman di malam itu.
d. Mata memerah
2. Gejala Psikis
a. Kesulitan berkonsentrasi
b. Mudah marah
c. Mengantuk disiang hari.

F. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu
yang terkontaminasi. Tuberkulosis merupakan penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit
(biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya
lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di
sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer
paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang
dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
7

kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan


dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses
ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening
atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh. Peradangan pada bronkus juga
akan menyebabkan penumpukan sekret yang berlebih yang membuat klien dengan
TB akan batuk secara terus menerus untuk mengeluarkan sekret sehingga akan
mengganggu tidur/istirahatnya.
Perubahan dalam tidur diatur oleh Reticular Activating System (RAS) yang
merupakan bagian yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga (Potter
& Perry, 2010; Tortora & Derrickson, 2009). RAS berlokasi pada batang otak
teratas. RAS terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan
terjaga RAS menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivasi
korteks serebral (misalnya proses emosi tau pikiran) juga menstimulasi RAS. Saat
terbangun merupakan hasil dari neuron dalam RAS yang mengeluarkan
katekolamin seperti norepinefrin (Sleep Research Society, 1993 dalam Potter &
Perry, 2010), sedangkan saraf parasimpatis adalah pusat mengontrol dalam
mempertahankan tidur (potter & Perry, 2010). Melatonin merupakan senyawa
8

turunan dari serotonin (tortora & Derrickson, 2009). Serotonin diekskresikan dari
sel tertentu dalam sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah
yaitu daerah sinkronisasi bulbar (bulbar syncronizing region, BSR). Saat
seseorang tertidur, ia menuju ruangan yang gelap, tenang, nyaman dan kemudian
menutup matanya, maka stimulus menuju RAS berkurang (Potter & Perry, 2010).
Mata yang tertutup akan menurunkan stimulus cahaya yang ditangkap retina yang
akan diteruskan ke suprachiasmatic nuclei dan pada akhirnya menstimulasi
kelenjar pineal untuk meningkatkan sekresi melatonin. Penurunan RAS akan
meningkatkan kadar melatonin yang membuat ngantuk dan akhirnya tertidur
Terajdinya gangguan tidur disebakan terganggunya siklus dalam tidur pada
reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR)
(Tortora & derrickson, 2009)

G. Clinical Pathway

Tidur Fisiologis

SAR/ Sistem aktivitas BSR/ Bulbar Synchronizing Region


Reticular
Katekolamin Serotonin
Katekolamin dieksresikan Serotonin adalah
untuk merespon kondisi neurotransmitter, zat kimia yang
stress fisik atau mental (ex: digunakan untuk membawa
Mempertahankan
norepinefrin) Keaadan tertidur
kewaspadaan dan terjaga pesan antar neuron
Terganggu
Gaya Hidup dan Stres emosional Medikasi Penyakit
kebiasaan Lingkungan
Keadaan disforik fisik yang tidak
Stimulan dan alkohol Mengubah
nyaman
Diet atau nutrisi pola fisiologis Nyeri atau
Rutinitas harian dan Stimulasi sistem saraf tubuh distress isik
bekerja simpatis Terganggunya
Kesulitan menyesuaikan tahap III dan Tidak
jadwal tidur Pengeluaran CRH tahap IV dapat
NREM beristirahat
Terganggunya irama (hipnotik) Tidak dapat tidur
dengan
sirkandian Sekresi ACTH serta tidur dengan kualitas
nyaman
REM baik (akibat faktor
Hormon kortisol (narkotik) eksternal)
NREM tahap IV dan
REM terganggu Gangguan pola
Homeostasis terganggu
tidur
Gangguan SAR dan BSR
9

Tidak dapat tidur


dengan kualitas baik Tidak dapat tidur
Insomnia Deprivasi tidur
(Akibat faktor dalam periode
internal) jangka panjang
Faktor risiko
Orang Faktor risiko
- Individu lanjut usia, bayi, anak Perbaikan polayang terinfeksi
- Imun yang tidak adekuat - Tunawisma dipenampunan
Kesiapan tidur - Anggota keluarga pasien
- Mendapat imunosupresan
- meningkatkan
Kemoterapi - Tenaga kesehatan
- Kekurangan tidur
gizi Mycobacterium Tuberculosis - Pasien pengunaan fasilitas kesehatan
- Mengidap HIV - Lingkungan padat penduduk
- Rumah minim ventilasi

Inhalasi droplet melalui udara

Saluran pernapasan

Menembus mekanisme pernapasan


saluran pernapasan

Deprivasi tidur
Berkoloniasi di saluran pernapasan
bawah (bronchus,
Produksi alveoli)
sekret berlebih
Tidak dapat tidur dengan
Penumpukan sekret
baik
Mengaktifkan respon imun
Sekret keluar saat batuk Batuk terus menerus
H. Gangguan Tidur
inflamasi
Beberapa jenis gangguan tidur ialah sebagai berikut: (Saryono & Widianti,

2010; Mubarak dkk, 2015; National Institute of Health, 2005)

1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara

kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini pada umumnya ditemui pada

usia dewasa. Penyebabnya karena gangguan fisik atau karena faktor mental

seperti perasaaan gundah dan gelisah. Periode singkat insomnia paling sering

berhubungan dengan kecemasan. Insomnia dapat mengangu ritme biologis

manusia diantaranya menimbulkan dampak gangguan mood, konsentrasi dan

daya ingat (National Institutes of Health, 2005). Beberapa langkah untuk


10

mengatasi insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur yang

efektif melalui olahraga rutin, menghindari rangsangan untuk tidur di sore

hari, melakukan relaksasi sebelum tidur, dan tidur jika benar-benar

mengantuk.

2. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan keinginan tidur yang keterlaluan disiang hari,

meskipun baru bangun tidur sejam yang lalu, bahkan secara tiba-tiba mungkin

mendadak badannya lunglai ingin tidur, mengalami kelumpuhan saat tidur dan

mengalami khayalan sesaat (halusinasi hipnagosis), yakni kejadian mimpi

saat-saat awal tidur REM. Pemicunya ialah masalah luapan/ekspresi emosi

yang unik. EDS menjadi keluhan utama pada gangguan ini.

3. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan jumlah tidur yang berlebihan dan mengantuk

yang berlebihan disiang hari. Sindrom Kleine-Levin biasanya mengantuk

berlebihan disiang hari harus dibedakan dengan mengantuk karena kelelahan

fisik akibat kerja terlalu keras. Gangguan lainnya bisa berkategori hipersomnia

idiopatik yang dikenal mirip dengan narkolepsi, dimana klien tidak dapat

menghindari keinginannya untuk tidur. Dimanapun dan kapanpun sangat

mudah tidur. sementara lainnya termasuk hipersomnia traumatik, seperti orang

yang senang tidur karena pusing, usai sakit dan perlu penyembuhan.

4. Parasomnia

Parasomnia merupakan keadaan setengah tidur, setengah terjaga, dan

biasanya merupakan fenomena gangguan tidur yang tidak umum dan tidak
11

diinginkan yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau yang terjadi pada

ambang antara terjaga dan tidur. Paling sering muncul dalam bentuk mimpi

buruk yang ditandai dengan mimpi lama dan menakutkan.

5. Somnabulisme

Somnabulisme merupakan keadaan tengah tertidur tetapi melakukan

perbuatan orang yang tidak tidur. Seringkali duduk dan melakukan tindakan

motorik seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara bahkan

mengemudikan kendaraan.

6. Apnea tidur

Apnea tidur merupakan salah satu gangguan tidur yang disebabkan karena

kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama 10 detik atau lebih

saat tidur. Ada 3 jenis apnea, yaitu: apnea sentral, obstruktif dan campuran

(sentral dan obstruktif). Apnea obstruktif terjadi saat otot dan struktur rongga

mulut rileks dan jalan nafas tersumbat. Apnea sentral melibatkan disfungsi

pusat pengendalian nafas di otak.

I. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi non farmakologis
a) Terapi relaksasi
Terapi relaksasai digunakan untuk mengurangi ketegangan atau stress
yang dapat mengganggu tidur. beberapa diantaraya yakni tenik
pengaturan pernapasan
b) Terapi tidur yang bersih
12

Untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari


kebersihan klien, kebersihan tempat tidur, dan suasana kamar yang
nyaman
c) Terapi pengaturan tidur
Untuk mengatur waktu tidur dengan mengikuti irama sirkandian
d) Terapi psikologi
Untuk mengatasi gangguan jiwa atau stesss yang menyebabkan lien
susah tidut
e) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif klien dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya diri sehingga klien masih merasa bahwa
dirinya berharga.
f) Stimulus Control Therapy
Berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi klien secara
reguler dengan memperhatika waktu tidur malam dan melarang untuk
tidur pada siang hari.
g) Imagery Training
Berguna untuk mengganti pikiran yang tidak menyenangkan menjadi
pikiran-pikiran yang menyenangkan.
h) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan olahraga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi.
2. Terapi Farmakologis
Terapi faramakologi harus diperhatikan penggunaanya sebab banyak
efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan pada obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur
anatara lain:
b. Golongan obat hipnotik yang terdiri dari 3 kelompok meliputi
benzodiazepin, barbiturat, dan golongan obat barbiturat-non
benzodiazepin
c. Golongan obat anti depresan, seperti citalopram, clomitraminr,
bupropion, dan maprotiline
d. Terapi hormon melatonin dan agonis melatonin, contoh: ramelteon
(rozeiem)
13

Terapi famakologis untuk klien yang mengalami gangguan tidur


yakni dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif,
misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) tetapi perlu diperhatika efek samping yang
ditimbulkan, seperti: inkoordinasi motorik, gangguan fungsi mental
dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dan
sebagainya (Remelda, 2008).

J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantua pelayanan seperti:
- Apa yang klien rasakan
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara
tiba-tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
- Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-
hari (istirahat/ tidur)
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarangkhususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama.
3) Riwayat pola tidur klien
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien,
pola biasa, perubahan tidur terakhr, rutinitas menjelang tidur,
dan lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet,
gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang
terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental klien
saat ini
4) Pengkajian Fisik
Keadan umum klien
Kesadaran
TTV
2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)
a) Insomnia berhubungan dengan agen farmaseutikal, aktivitas fisik
harian rata-rata kurang, ansietas, berduka, depresi, faktor lingkungan,
14

higiene tidur tidak adekuat, ketakutan, ketidaknyamanan fisik,


konsumsi alkohol, perubahan hormonal, sering mengantuk, dan
stressor.
Ditandai dengan:
Batasan karakteristik:
1) Bangun terlalu dini
2) Gangguan pola tidur
3) Gangguan status kesehatan
4) Gangguan tidur yang berdampak pada keesokan harinya
5) Kesulitan memulai tidur
6) Kesulitan tidur nyenyak
7) Kurang bergairah
8) Perubahan konsentrasi
9) Perubahan mood
10) Pola tidur tidak menyehatkan
11) Sering membolos
12) Tidur tidak memuaskan
b) Deprivasi tidur berhubungan dengan apnea tidur, demensia, enuresis
terkait tidur, ereksi nyeri terkait tidur, hambatan ligkungan, higiene
tidur tidak adekuat terus-menerus,hipersomnolen sistem saraf pusat
idiopatik, ketidaknyamanan lama, ketidaksinkronan irama sirkandian
yang terus menerus, mimpi buruk, narkolepsi, paralisis tidur familial,
pergerakan ekstremitas perodik, penuaan, pola tidur tidak sehat,
program pengobatan, aktivitas fisik harian kurang, sindrom sundowner,
stimulasi lingkungan yang terus-menerus, teror tidur, tidur berjalan
ditandai dengan:
Batasan karakteristik:
1) Agitasi
2) Ansietas
3) Apatis
4) Fleeting nystagmus
5) Gangguan persepsi
6) Gelisah
7) Halusinasi
8) Iritabilitas
9) Keletihan
10) Konfusi
11) Letargi
12) Malaise
13) Memberontak
14) Mengantuk
15

15) Paranoia sementara


16) Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri
17) Penurunan kemampuan berfungsi
18) Penurunan waktu bereaksi
19) Perubahan konsentrasi
20) Reaksi lambat
21) Tremor tangan
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan karena pasangan tidur,
halangan lingkungan, imobilisasi, kurang privasi, pola tidur tidak
menyehatkan ditandai dengan:
Batasan karakteristik:
1) Kesulitan jatuh tidur
2) Ketidakpuasan tidur
3) Menyatakan tidk merasa cukup istirahat
4) Penurunan kemampuan berfungsi
5) Perubahan pola tidur normal
6) Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
d) Kesiapan meningkatkan tidur berhubungan dengan menyatakan minat
meningkatkan tidur.
16

3. Perencanaan/ Nursing Care Plan


No. Nomor Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Keperawatan
1 1 NOC: Istirahat (0003) Peningkatan Tidur (1850)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam klien menunjukkan: a. Monitor pola tidur dan jumlah jam
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam tidur klien
per hari (000301) b. Monitor keadaan yang
2. Pola kualitas tidur dalam batas normal mengganggu klien misalnya
(000302) kondisi fisik maupun psikologis
3. Perasaan segar setelah tidur atau istirahat c. Sesuaikan lingkungan untuk
(000310) meningkatka kualitas tidur klien
NOC: Tidur (0004) d. Ajarkan klien teknik relaksasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 e. Anjurkan klien untuk menghindari
jam klien menunjukkan: makanan sebelum tidur dan
1. Kualitas tidur membaik (0404) minuman yang mengganggu tidur
2. Efisiensi tidur yang baik (0405)
3. Tidak ada penyulit dalam memulai tidur Manajemen lingkungan:
(0421) kenyamanan (6482)
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
dan kondusif, batasi jumlah
pengunjung dan waktu berkunjung
b. Sesuaikan suhu ruangan yang paling
nyaman untuk klien
17

Terapi Relaksasi (6040)


a. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan tanpa distraksi dengan lampu
yang redup suhu lingkungan yang
nyaman
b. Anjurkan klien untuk mengambil
posisi yang nyaman
c. Latih untuk relaksasi bernapas
dalam
d. Libatkan kelurga dalam pemberian
terapi relaksasi

Pemberian Obat (2300)


a. Resepkan atau rekomendasikan obat
yang sesuai berdasarkan
kewenangan untuk meresepkan: obat
penenang, penghilang nyeri
b. Beritahukan pasien dan keluarga
mengenai jenis obat, alasan
pemberian obat, hasil yang
diharapkan dan efek yang akan
terjadi sebelum pemberian obat
18

c. Monitor klien terhadap efek


terapeutik obat
2 II NOC: Tidur (0004) Peningkatan Tidur (1850)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam klien menunjukkan: a. Monitor pola tidur dan jumlah jam
1. Kualitas tidur membaik (0404) tidur klien
2. Efisiensi tidur yang baik (0405) b. Monitor keadaan yang
3. Tidak ada penyulit dalam memulai tidur (0421) mengganggu klien misalnya
kondisi fisik maupun psikologis
NOC: Nyeri: Efek yang mengganggu (2101) c. Sesuaikan lingkungan untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
meningkatka kualitas tidur klien
jam klien menunjukkan: d. Ajarkan klien teknik relaksasi
1. Klien menyatakan kenyamanan(210127) e. Anjurkan klien untuk menghindari
2. Aktivitas fisik tidak teraganggu(210134)
makanan sebelum tidur dan
NOC: Status kenyamanan lingkungan (2009) minuman yang mengganggu tidur
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
Manajemen lingkungan:
jam klien menunjukkan:
1. Lingkungan yang kondusif untuk tidur kenyamanan (6482)
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
(200804)
2. Pencahayaan ruangan (200909) dan kondusif, batasi jumlah
3. Tempat tidur yang nyaman (200912)
pengunjung dan waktu berkunjung
d. Sesuaikan suhu ruangan yang paling
nyaman untuk klien
19

3 III NOC: Tidur (0004) Peningkatan Tidur (1850)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam klien menunjukkan: a. Monitor pola tidur dan jumlah
1. Kualitas tidur membaik (0404) jam tidur klien
2. Efisiensi tidur yang baik (0405) b. Monitor keadaan yang
3. Tidak ada penyulit dalam memulai tidur (0421) mengganggu klien misalnya
kondisi fisik maupun psikologis
NOC: Kepuasan klien: lingkunagn fisik (3007) c. Sesuaikan lingkungan untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
meningkatka kualitas tidur klien
jam klien menunjukkan: d. Ajarkan klien teknik relaksasi
1. Kebersihan kamar (300701) e. Anjurkan klien untuk menghindari
2. Pencahayaan ruangan terkontrol (300704)
makanan sebelum tidur dan
3. Suhu ruangan terkontrol (300705)
minuman yang mengganggu tidur
NOC: Status kenyamanan lingkungan (2009)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Manajemen lingkungan:
jam klien menunjukkan: kenyamanan (6482)
1. Lingkungan yang kondusif untuk tidur (200804) e. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Pencahayaan ruangan (200909) dan kondusif, batasi jumlah
3. Tempat tidur yang nyaman (200912)
pengunjung dan waktu berkunjung
f. Sesuaikan suhu ruangan yang paling
nyaman untuk klien

4 IV NOC: Perilaku Promosi Kesehatan (1602) Peningkatan Tidur (1850)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam klien menunjukkan: a. Monitor pola tidur dan jumlah
20

1. Keseimbangan aktivitas dan istirahat jam tidur klien


2. Mempertahankan tidur yang adekuat b. Monitor keadaan yang
mengganggu klien misalnya
NOC: Istirahat (0003) kondisi fisik maupun psikologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 c. Sesuaikan lingkungan untuk
jam klien menunjukkan: meningkatka kualitas tidur klien
4. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam d. Ajarkan klien teknik relaksasi
per hari (000301) e. Anjurkan klien untuk menghindari
5. Pola kualitas tidur dalam batas normal makanan sebelum tidur dan
(000302) minuman yang mengganggu tidur
6. Perasaan segar setelah tidur atau istirahat
(000310)

NOC: Tidur (0004)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam klien menunjukkan:
4. Kualitas tidur membaik (0404)
5. Efisiensi tidur yang baik (0405)
Tidak ada penyulit dalam memulai tidur (0421)
21

4. Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bulechek, Gloria, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi keenam, edisi
Bahasa Indonesia. Alih bahasa: Intansari N. dan Roxsana Devi T. Singapore: Elseveir
Carpenito, Lynda Juall. 2005. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan, Edisi 6 Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
CDC MMWR (Mordibity and Mortality Weekly Report. 2005. Guidlines for Preventing the
Transmission of Mycobacterium tuberclosis in Health-Care Settings. US:
Departement of Health and Human Services
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI
Herdman, T. & Shigami, K. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Alih Bahasa: Budi Anna Keliat dkk. Jakarta:
EGC.
Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah: USU.
Moorhead, Sue, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima, edisi
Bahasa Indonesia. Alih bahasa: Intansari N. dan Roxsana Devi T. Singapore: Elseveir.
Mubarak dkk. 2015. Buku Jarak Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika
Potter, Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi 4. Jakarta: EGC
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: Elex Media
KOmputindo
Saryono & Widianti. Anggriyana Tri. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM). Yogyakarta: Nuha Medika
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
keempat. Jakarta : Salemba Medika.
Tortora, G.J and Bryan, D. 2009. Principles of Anatomy and Physiology, 12th ed. USA: Jhon
Wiley & Sons.
http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/tortora/0470084715/transp_guide/guide_t
o_transparencies_pap12e.pdf [Diakes pada 5 September 2017]
World Health Organization (WHO). 2009. WHO Policy on TB Infection Control in Health-
Care Facilities, Congregate Settings and Household.Switzerland: WHO

Anda mungkin juga menyukai