Case Report Session Skizoafektif
Case Report Session Skizoafektif
NASKAH PSIKIATRI
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
BAGIAN PSIKIATRI
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Sejarah1
oleh George H. Kirby pada tahun 1913 dan August Hoch pada tahun 1921. Saat itu,
dan gangguan afektif yang bermakna diperkenalkan Jacob Kasanin pada tahun
1933. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai dengan onset gejala mendadak yang
sering pada masa remaja. Pasien cenderung memiliki fungsi pramorbid yang baik
dan stresor spesifik yang mendahului onset. Riwayat keluarga pasien sering berupa
karena konsep skizofrenia yang luas dari Eugen Bleuler telah menghilangkan
konsep skizofrenia yang sempit dari Kraepelin. Pasien yang gejalanya mirip dengan
atipikal, skizofrenia dengan prognosis baik, skizofrenia dalam remisi, atau psikosis
skizofrenia menjadi gangguan afektif pada tahun 1970. Hal ini disebabkan karena
Litium Karbonat terbukti menjadi terapi efektif dan spesifik pada gangguan bipolar
2
dan beberapa kasus ganggaun skizoafektif. Selain itu, variasi jumlah pasien yang
skizofrenia menurut penelitian John Copper dan teman sejawatnya pada tahun 1968.
1.2. Epidemiologi1
Prevalensi seumur hidup kurang dari 1%, dalam rentang 0,5 0,8%. Angka
wanita yang telah menikah. Usia onset pada wanita lebih tua dibandingkan dengan
1.3. Etiologi1
hipotesis:
afektif.
3
4.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan kelompok gangguan heterogen
pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang telah dilakukan untuk
skizofrenia dan gangguan afektif sehingga melaporkan hasil yang tidak konsisten.
afektif.
gangguan skizoafektif mungkin tidak terpisah dari skizofrenia dan gangguan afektif.
daripada pasien dengan skizofrenia dan lebih buruk daripada pasien dengan
4
gangguan afektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif berespons terhadap Litium
yang heterogen, di mana beberapa menderita skizofrenia dengan gejala afektif yang
menonjol, dan beberapa memiliki sindrom klinis yang berbeda. Hipotesis bahwa
tidak dapat dipertahankan karena kejadian bersama kedua gangguan tersebut jauh
manik, dan ganggaun depresif. Gejala skizofrenia dan gangguan afektif dapat
Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan afektif yang lebih kuat telah
dispekulasikan banyak peneliti dan klinisi. Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan
5
Gambaran klinis gangguan skizoafektif dapat dilihat dari contoh kasus
berikut:
Ibu berusia 44 tahun dengan tiga anak remaja dirawat di rumah sakit untuk
pengobatan depresi. Satu tahun yang lalu, pasien mengalami psikotik akut setelah
membunuhnya, mendengar suara teman dan orang asing, kadang berbicara satu
sama lain untuk membunuhnya. Pasien mendengar pikirannya diketahui orang lain
kecuali keluarga dekatnya selama tiga minggu terakhir. Pasien tidak mampu tidur
karena suara tersebut dan tidak mampu makan karena ada benjolan di
tenggorokan. Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini. Pasien
bahwa pasien merasa ketakutan dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Keluarga membujuk pasien untuk dibawa ke rumah sakit dan suara berhenti setelah
kembali normal selama satu atau dua minggu, namun selanjutnya kehilangan
energi dan motivasi untuk melakukakn kegiatan. Pasien kemudia kehilangan nafsu
makan, terbangun jam 4 atau 5 setiap pagi dan tidak mampu tidur kembali. Pasien
tidak dapat membaca koran atau menonton televisi karena tidak dapat
berkonsentrasi.
6
membayar pajak. Pasien dirawat jalan dengan Chlorpomazine hingga empat bulan
sebelum ke rumah sakit. Pasien tidak mengalami rekurensi gejala psikotik setelah
bukti adanya gangguan pada tahun sebelumnya. Pasien tampak malu dengan emosi
terbatas seperti tidak pernah melanggar aturan. Pasien telah berpisah dari
suaminya selama sepuluh tahun namun memiliki dua hubungan erat dengan teman
laki-laki setelahnya. Pasien bekerja penuh dan membesarkan ketiga anaknya yang
menikmati pekerjaan dan dinilai baik oleh tempat kerjanya. Pasien akrab dengan
pasien tidak dapat merawat tempat tinggalnya. Gejala psikotik menghilang dan
pasien merasakan keadaan kembali normal selama satu minggu setelah pengobatan
selama sembilan minggu. Pasien kemudian mengalami gejala episode depresif berat
diagnosis dengan pasti antara gangguan afektif dengan skizofrenia atau gangguan
7
1.5. Diagnosis1
Manual of Mental Disorders edisi ketiga (DSM-III) ke edisi ketiga yang direvisi
kriteria diagnostik episode depresif berat atau manik yang bersamaan dengan fase
aktif skizofrenia. Selain itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama
minimal dua minggu tanpa gejala gangguan afektif yang menonjol. Gejala gangguan
afektif juga harus ditemukan pada sebagian besar periode psikotik aktif dan
Pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah tipe
manik, episode campuran, atau episode campuran dengan depresif berat. Selain itu,
beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporal mungkin dapat mengalami gejala
8
skizofrenia dan gangguan afektif bersamaan. Psikosis pada saat datang mungkin
dapat mengganggu gejala gangguan afektif pada saat tersebut atau sebelumnya
sehingga diagnosis akhir boleh ditunda sampai gejala psikosis akut terkendali.
memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan
depresif, lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan lebih baik
penelitian jangka panjang selama dua sampai lima tahun setelah onset yang menilai
Beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering
pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada pria. Insidensi bunuh diri pada
1.8. Terapi1
diberikan jika perlu untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol Thymoleptic
9
gangguan skizoafektif tipe depresif harus mendapatkan percobaan antidepresan dan
10
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Hidayatullah Jakarta
Pekerjaan :-
11
Pekerjaan : Pedagang
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke IGD RSJ Prof. HB Saanin.
Padang diantar oleh keluarganya. Pasien gelisah, suka murung dan ngomong
12
ngelantur. Pasien mengatakan emosinya mulai tidak stabil setelah meninggalnya
etek pasien pada bulan Juli 2017 yang menjadi ibu tirinya. Sekitar bulan Agustus
bisikan yang mengatakan bahwa pasien tenggen. Selain itu pasien juga sering
terkadang laki-laki. Akan tetapi pasien tidak bisa menjelaskan siapa yang
dilihatnya.. Pasien mengatakan hal ini dialami setiap waktu. Selain itu pasien
juga pernah membaui yang aneh-aneh, seperti bau anyir. Pasien sudah berusaha
sering bingung dan merasa tidak tenang saat mendengar suara-suara, melihat
bayangan, dan membaui bau anyir tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien
menjadi tidak tenang, emosi jadi tidak stabil dan terlihat seperti orang ketakutan.
Selain itu pasien mengatakan bahwa saat ini ia sering murung dan merasa
sedih. Pasien terlihat banyak termenung dan tidak menatap saat berinteraksi
Menurut pasien , ia sudah mengalami putus obat selama satu bulan. Hal ini
untuk berkuliah disana. Akan tetapi satu tahun sebelum tamat saat sibuk
13
membuat skripsi, pasien mengaku mengalami stres dengan skripsi dan
perkuliahannya. Saat itulah sekitar tahun 2009, pasien untuk pertama kalinya
mengalami gangguan jiwa. Saat itu pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarga
kali, akan tetapi pasien tidak mengetahui waktu pasti pasien dirawat. Ia hanya
rawatan yang ketiga kalinya. Pertama kali pasien dirawat sekitar tahun 2009. Saat
itu pasien dibawa ke rumah sakit karena gelisah, mudah marah, suka memukul
barang-barang yang ada dirumah, bahkan pernah memukul ayahnya sendiri. Pada
rawatan pertama pasien dirawat selama 40 hari. Selama rawatan pasien pernah
membaik, pasien dipulangkan oleh pihak rumah sakit. Kemudian pada tahun
2015 penyakit pasien kambuh dan kembali dirawat di RSJ Prof. HB Saanin
Tidak ada
14
6. Riwayat keluarga
15
c) Saudara
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
Ket:
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
16
No Hubungan dengan Gambaran sikap dan Kualitas hubungan (akrab/
pasien tingkah laku biasa,/kurang/tak peduli)
1.
2.
Ket:
yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Skema Pedegree
Pasien
17
Keterangan : : Pria : Pasien
: Wanita : meninggal
meliputi :
- Keadaan melahirkan :
tindakannya, di Bidan
18
Minum ASI : ( + ), sampai usia 2 tahun
d) Toilet training
Umur : - tahun
arahan)
19
g) Masa Sekolah
Kemampuan Khusus ( ) ( ) ( ) ( )
(Bakat)
Tingkah Laku (baik ) ( baik ) (baik ) ( baik )
Konflik dalam sekolah : ( - ), konflik dengan guru, (-) konflik dengan teman
20
( -), konflik dengan kelompok ( - ).
Nama :
Umur :
Suku :
Kebangsaan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
21
istri: sering, sesekali, tidak pernah (ai) *, Kelainan hubungan seksual
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
ai : atas indikasi
22
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu (- ), sering melamun (+ ),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (- ), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (- ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (- ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain (- ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (- ), perhatian
yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( -), cemburu
patologik ( - ), hipersensifitas ( -), keterbatasan kehidupan afektif ( -
).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur (- ),
pesimis (- ), putus asa (- ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat (- ), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (- ),
ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus (- ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ),
iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (- ), sering berbohong ( - ),
sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas (
23
- ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian ( -
), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan
lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(-)
24
jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ),
cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (
- ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih
dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( -
), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol
lain.
25
11. Persepsi dan Harapan Keluarga
Pasien menyatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan bisa segera menikah.
26
III. STATUS INTERNUS
Kesadaran : CMC
Nadi : 98x/menit
Nafas : 16x/menit
Suhu : afebris
GCS : E4M6V5
27
Keseimbangan : tidak ada
Sensorik : baik
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum
2. Penampilan
Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang (+), kaku (+),
3. Kontak psikis
), sebentar ( - ), lama ( + ).
28
4. Sikap
(lambat)
29
Nada pembicaraan* : biasa,menurun, meninggi
C. Emosi
emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( +), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
30
3. Emosi lainnya
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
glossolalia ( - ).
31
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Delusi/ waham
Idea of reference
E. Persepsi
Halusinasi
32
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
Ilusi ( - )
Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
Mimpi : -
Fantasi : -
immediate ( terganggu ).
33
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu
pseudodemensia ( - ).
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Tidak terganggu
Tes psikologi yang dilakukan pada pasien pada tanggal 20 Juli 2017,
didapatkan hasil tidak konsisten, tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. Hal
34
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa pasien Tn. SI berusia 32 tahun, agama Islam, suku Tanjuang
(Minangkabau) dan belum menikah. Pasien datang ke IGD RSJ Prof. HB.
Saanin Padang pada tanggal 6 September 2017 diantar oleh keluarganya. Saat
ini pasien gelisah, tidak tenang dan mudah marah karena pasien seperti
mendengar suara bisikan aneh, melihat bayangan dan membaui yang anyir.
Pasien sebelumnya pernah dirawat sebanyak dua kali di RSJ Prof. HB. Saanin.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan rapi, sikap
dan jelas, afek sesuai, mood hipotim. Pasien memiliki halusinasi auditorik,
perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability)
dalam fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan
baik untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna,
F4.
35
F0 gangguan mental organik, merupakan gangguan mental yang disebabkan
oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak yang
menyebabkan disfungsi otak. Dari anamnesis dan rekam medik pasien, tidak
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang
mengkonsumsi zat psikoaktif dan alkohol. Oleh sebab itu diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F1) tidak dapat disingkirkan.
pasien mendengar suara- suara, melihat bayangan serta membaui yang aneh
seperti bau anyir. Hal ini pertama kali dialami pasien pada tahun 2009 saat
sering sedih dan tidak tenang. Pasien memiliki keinginan untuk sembuh, dan
pasien ingin sekali untuk bekerja, dan mengatakan ingin segera menikah.
(F20.-) yang berada secara bersama-sama dengan gejala afektif depresif (F32).
Maka pada pasien ini ditegakkan diagnosis gangguan skizoafektif tipe depresif
(F25.1).
kepribadian dan gangguan medis umum pada pasien, sehingga tidak ada
36
Aksis V menilai fungsi secara menyeluruh, baik dalam psikologi, sosial, dan
X. Diagnosis Multiaksial
XI. Diagnosis Banding : Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat
Organobiologik (-)
Psikologis
Pasien merasa sedih, murung dan tidak tenang. Selain itu pasien
XIII. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Risperidon 2x3 mg
THP 2x2 mg
Clozapine 1x25 mg
37
B. Non Farmakoterapi
C. Psikoterapi
Suportif
minum obat
kepada pasien, karena dibutuhkan waktu dan kesabaran yang lebih pada proses
penyembuhan pasien.
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir
yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.
Keluarga
Sosial-budaya
Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau
38
Religius
XIII. PROGNOSIS
39
BAB IV
DISKUSI
gangguan jiwa adalah pada tahun 2009, saat itu pasien berusia 25 tahun. Kejadian
ini mendukung teori yang mengatakan bahwa secara epidemiologi prevalensi lebih
rendah pada pria dibandingkan dengan wanita, khususnya wanita yang telah
menikah. Usia onset pada wanita lebih tua dibandingkan dengan pria.1
sekolah dan tempat kuliah serta kehidupan sosial pasien masih baik, dan munculnya
gangguan jiwa pada pasien timbul secara mendadak, hal ini sesuai dengan teori
pramorbid yang baik . Pasien dengan gangguan skizoafektif juga ditandai dengan
ditemukan gejala klinis yang mengarah pada gangguan skizoafektif tipe depresif
skizofrenia berupa halussinasi. Pada pasien ini juga ditemukan gejala depresif yaitu
afek yang hipotim secara menonjol, merasa bingung,merasa takut dan tidak mau
menatap orang lain. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan tersebut pasien
40
diagnostik episode depresif berat atau manik yang bersamaan dengan fase aktif
skizofrenia. Selain itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama
minimal dua minggu tanpa gejala gangguan afektif yang menonjol. Gejala gangguan
afektif juga harus ditemukan pada sebagian besar periode psikotik aktif dan
Pada pasien tidak ditemukan adanya keinginan untuk bunuh diri. Hal ini
mendukung teori yang menyebutkan perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada
wanita dengan gangguan skizoafektif daripada pria. Insidensi bunuh diri pada pasien
Pasien mendapat terapi Risperidon 2 x 3mg , THP 2x2 mg, Clozapine 1x25
mg. Risperidon merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua dan juga merupakan
sentral otak sehingga mengurangi efek samping motorik dan meningkatkan kognitif.
Dosis yang biasa diberikan 2-8 mg/hari. Pada pasien ini dipilih agen Antipsikotik
Generasi kedua yang bekerja pada reseptor D2 sekaligus 5-HT2 (serotonin). Efek
Terapi non farmakologis memegang peranan yang penting pada pasien ini.
Jenis terapi non farmakologis adalah psikoterapi suportif dan edukasi. Psikoterapi
41
suportif bertujuan untuk memberikan perhatian, dukungan, dan rasa optimis kepada
pasien untuk menghadapi penyakitnya.. Edukasi pada pasien berupa anjuran untuk
teratur minum obat, meminta pasien untuk dapat mengendalikan emosinya agar
bisa keluar dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan. Saat rawat jalan tidak hanya
pasien yang diedukasi, tetapi keluarga pasien juga perlu diedukasi. Karena
Prognosis pada pasien ini secara umum dubia ad bonam yang sesuai dengan
gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan depresif, lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar,
42
dok
Sekarang apa yang Saya merasa bingung dan takut dok,
bapak rasakan karena saya mendengar
bisikan,melihat bayangan dan
membaui bau yang anyir dok
Bapak tampaknya Tidak tau kenapa dok saya merasa
sedih apa yang sedang sedih saja
bpk pikirkan?
Selain itu apakah ada Tidak ada dok
lagi yang bapak
rasakan
Sudah berapa kali Sudah 3 kali dengan ini dok,
bapak dirwat disini sebelumnya juga kesini karena
marah marah dan gelisah
Kenapa yang sekarang Karena saya putus obat dok, dan
bisa kambuh lagi pak? sebelumnya etek saya juga
meninggal dok
Makan bapak Saya makan seperti biasa kok dok
bagaiman?
Pernah atau tidak Tidak dok
bapak ingin bunuh
diri?
Waktu Bapak sakit
bagaimana peran Perhatian
keluarga?
43
Terimakasih ya pak Sama-sama
44
Lampiran algoritma
45
Lampiran hasil tes psikologi
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., Grebb, J. A.. 2010. Sinopsis Psikiatri, Jilid 1.
47