Anda di halaman 1dari 47

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

Nama Dokter Muda : M Alif Qisthi A Rafdhi P. 2196 B


Rahmalia Destri H. P. 2170 B

Perseptor : dr. Amel Yanis, SpKJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017

1
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Sejarah1

Pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif digambarkan

oleh George H. Kirby pada tahun 1913 dan August Hoch pada tahun 1921. Saat itu,

Kirby dan Hoch mengklasifikasikan pasien tersebut ke dalam kelompok psikosis

manik-depresif Emil Kraepelin karena pasiennya tidak mengalami perjalanan

demensia prekoks yang memburuk.

Istilah gangguan skizoafektif untuk suatu gangguan dengan ciri skizofrenia

dan gangguan afektif yang bermakna diperkenalkan Jacob Kasanin pada tahun

1933. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai dengan onset gejala mendadak yang

sering pada masa remaja. Pasien cenderung memiliki fungsi pramorbid yang baik

dan stresor spesifik yang mendahului onset. Riwayat keluarga pasien sering berupa

gangguan afektif. Kasanin percaya bahwa pasien tersebut mengalami skizofrenia

karena konsep skizofrenia yang luas dari Eugen Bleuler telah menghilangkan

konsep skizofrenia yang sempit dari Kraepelin. Pasien yang gejalanya mirip dengan

pasien Kasanin diklasifikasikan menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia

atipikal, skizofrenia dengan prognosis baik, skizofrenia dalam remisi, atau psikosis

sikloid dari tahun 1933 sampai 1970.

Dua kumpulan data menggeser pandangan skizoafektif dari penyakit

skizofrenia menjadi gangguan afektif pada tahun 1970. Hal ini disebabkan karena

Litium Karbonat terbukti menjadi terapi efektif dan spesifik pada gangguan bipolar

2
dan beberapa kasus ganggaun skizoafektif. Selain itu, variasi jumlah pasien yang

diklasifikasikan skizofrenia di Amerika Serikat dan Inggris adalah akibat dari

penekanan yang berlebihan mengenai gejala psikotik sebagai kriteria diagnostik

skizofrenia menurut penelitian John Copper dan teman sejawatnya pada tahun 1968.

1.2. Epidemiologi1

Prevalensi seumur hidup kurang dari 1%, dalam rentang 0,5 0,8%. Angka

tersebut merupakan perkiraan karena berbagai penelitian gangguan skizoafektif

menggunakan kriteria diagnostik yang bervariasi. Diagnosis skizoafektif

pendahuluan sering digunakan jika tidak yakin dengan diagnosis.

Prevalensi lebih rendah pada pria dibandingkan dengan wanita, khususnya

wanita yang telah menikah. Usia onset pada wanita lebih tua dibandingkan dengan

pria. Pria dengan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan

pendataran afek yang nyata.

1.3. Etiologi1

Penyebab gangguan skizoafektif adalah idiopatik, namun terdapat empat

hipotesis:

1.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe skizofrenia atau gangguan

afektif.

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama skizofrenia

dan gangguan afektif.

3.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang tidak

berhubungan dengan skizofrenia atau ganggaun afektif.

3
4.Gangguan skizoafektif mungkin merupakan kelompok gangguan heterogen

yang meliputi ketiga kemungkinan di pertama.

Penelitian yang memeriksa riwayat keluarga, riwayat biologis, respon

pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang telah dilakukan untuk

menggali kemungkinan yang ada. Sebagian besar penelitian menganggap gangguan

skizoafektif merupakan kelompok ganggaun heterogen.

Beberapa data menunjukkan skizofrenia dan gangguan afektif mungkin

berhubungan secara genetik. Kerancuan pada penelitian keluarga pasien dengan

gangguan skizoafektif menunjukkan perbedaan yang tidak absolut antara

skizofrenia dan gangguan afektif sehingga melaporkan hasil yang tidak konsisten.

Peningkatan prevalensi skizofrenia tidak ditemukan pada keluarga pasien dengan

gangguan skizoafektif tipe bipolar, namun keluarga pasien dengan gangguan

skizoafektif tipe depresif mungkin berisiko tinggi skizofrenia daripada gangguan

afektif.

Peningkatan prevalensi skizofrenia atau gangguan afektif mungkin

ditemukan pada keluarga pasien dengan gangguan skizoafektif, bergantung pada

tipenya. Pengamatan bahwa hanya sejumlah kecil pasien dengan gangguan

skizoafektif memiliki keluarga dengan gangguan skizoafektif mendukung bahwa

gangguan skizoafektif mungkin tidak terpisah dari skizofrenia dan gangguan afektif.

Pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih baik

daripada pasien dengan skizofrenia dan lebih buruk daripada pasien dengan

4
gangguan afektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif berespons terhadap Litium

dan cenderung mengalami perjalanan penyakit yang tidak memburuk.

Kesimpulannya, pasien dengan gangguan skizoafektif adalah kelompok

yang heterogen, di mana beberapa menderita skizofrenia dengan gejala afektif yang

menonjol, beberapa menderita gangguaan afektif dengan gejala skizofrenia yang

menonjol, dan beberapa memiliki sindrom klinis yang berbeda. Hipotesis bahwa

pasien dengan gangguan skizoafektif menderita skizofrenia dan gangguan afektif

tidak dapat dipertahankan karena kejadian bersama kedua gangguan tersebut jauh

lebih rendah daripada insiden ganggaun skizoafektif.

1.4. Gambaran Klinis1

Gejala klinis gangguan skizoafektif adalah semua gejala skizofrenia, episode

manik, dan ganggaun depresif. Gejala skizofrenia dan gangguan afektif dapat

ditemukan bersama atau bergantian. Perjalanan penyakit dapat berupa eksaserbasi

dengan remisi atau kronik progresif.

Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan afektif yang lebih kuat telah

dispekulasikan banyak peneliti dan klinisi. Ciri psikotik yang tidak sesuai dengan

afektif pada gangguan afektif mungkin merupakan indikator prognosis buruk.

Hubungan tersebut mungkin terdapat pada gangguan skizoafektif.

5
Gambaran klinis gangguan skizoafektif dapat dilihat dari contoh kasus

berikut:

Ibu berusia 44 tahun dengan tiga anak remaja dirawat di rumah sakit untuk

pengobatan depresi. Satu tahun yang lalu, pasien mengalami psikotik akut setelah

putus dengan kekasihnya. Pasien ketakutan bahwa orang-orang akan

membunuhnya, mendengar suara teman dan orang asing, kadang berbicara satu

sama lain untuk membunuhnya. Pasien mendengar pikirannya diketahui orang lain

dan takut bahwa orang lain mengetahui pikirannya. Pasien tinggal di

apartemennya, memasang kunci baru, menutup tirai, dan menghindari orang

kecuali keluarga dekatnya selama tiga minggu terakhir. Pasien tidak mampu tidur

karena suara tersebut dan tidak mampu makan karena ada benjolan di

tenggorokan. Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini. Pasien

menyangkal dirinya mengalami kegembiran yang berlebihan dan hanya ingat

bahwa pasien merasa ketakutan dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.

Keluarga membujuk pasien untuk dibawa ke rumah sakit dan suara berhenti setelah

enam minggu pengobatan dengan Chlorpomazine. Pasien merasakan keadaan

kembali normal selama satu atau dua minggu, namun selanjutnya kehilangan

energi dan motivasi untuk melakukakn kegiatan. Pasien kemudia kehilangan nafsu

makan, terbangun jam 4 atau 5 setiap pagi dan tidak mampu tidur kembali. Pasien

tidak dapat membaca koran atau menonton televisi karena tidak dapat

berkonsentrasi.

Keadaan pasien menetap selama sembilan bulan. Pasien hanya duduk di

apartemen dan memandang dinding, sementara anaknya memasak, berbelanja, dan

6
membayar pajak. Pasien dirawat jalan dengan Chlorpomazine hingga empat bulan

sebelum ke rumah sakit. Pasien tidak mengalami rekurensi gejala psikotik setelah

pengobatan dihentikan, namun depresi dengan komorbidnya menetap.

Pasien berhati-hati saat mendiskusikan riwayat penyakitnya. Tidak terdapat

bukti adanya gangguan pada tahun sebelumnya. Pasien tampak malu dengan emosi

terbatas seperti tidak pernah melanggar aturan. Pasien telah berpisah dari

suaminya selama sepuluh tahun namun memiliki dua hubungan erat dengan teman

laki-laki setelahnya. Pasien bekerja penuh dan membesarkan ketiga anaknya yang

tampak sehat dan menyenangkan empat tahun sebelum penyakitnya. Pasien

menikmati pekerjaan dan dinilai baik oleh tempat kerjanya. Pasien akrab dengan

beberapa teman wanitanya dan keluarga jauhnya.

Pasien menunjukkan gejala skizofrenia dengan thought of broadcasting dan

halusinasi auditorik pada awal penyakitnya. Terdapat penurunan fungsi hingga

pasien tidak dapat merawat tempat tinggalnya. Gejala psikotik menghilang dan

pasien merasakan keadaan kembali normal selama satu minggu setelah pengobatan

selama sembilan minggu. Pasien kemudian mengalami gejala episode depresif berat

dengan mood depresi, nafsu makan menurun, insomnia, kehilangan energi,

kehilangan minat, dan konsentrasi menurun selama sembilan bulan.

Kasus tersebut merupakan contoh di mana tidak mungkin menegakkan

diagnosis dengan pasti antara gangguan afektif dengan skizofrenia atau gangguan

skizofreniform sehingga diagnosis gangguan skizoafektif tampak lebih tepat.

Diagnosis menunjukkan tidak adanya kepastian dan penonjolan ciri gangguan

afektif atau skizofrenia.

7
1.5. Diagnosis1

Beberapa perubahan kriteria diagnostik gangguan skizoafektif menunjukkan

perubahan kriteria diagnostik skizofrenia dan gangguan afektif. Kriteria diagnostik

gangguan skizoafektif telah banyak berubah dari Diagnostic and Statisctical

Manual of Mental Disorders edisi ketiga (DSM-III) ke edisi ketiga yang direvisi

(DSM-III-R) dan sekarang edisi keempat (DSM IV).

Kriteria diagnostik utama gangguan skizoafektif adalah pasien memenuhi

kriteria diagnostik episode depresif berat atau manik yang bersamaan dengan fase

aktif skizofrenia. Selain itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama

minimal dua minggu tanpa gejala gangguan afektif yang menonjol. Gejala gangguan

afektif juga harus ditemukan pada sebagian besar periode psikotik aktif dan

residual. Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif ditujukan untuk membedakan

gangguan afektif dengan ciri psikotik.

DSM-IV juga membedakan gangguan skizoafektif tipe bipolar dan depresif.

Pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah tipe

manik, episode campuran, atau episode campuran dengan depresif berat. Selain itu,

pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.

1.6. Diagnosis Banding1

Semua kondisi dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan afektif

perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Pasien yang

diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin, Phencyclidine (PCP), dan

beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporal mungkin dapat mengalami gejala

8
skizofrenia dan gangguan afektif bersamaan. Psikosis pada saat datang mungkin

dapat mengganggu gejala gangguan afektif pada saat tersebut atau sebelumnya

sehingga diagnosis akhir boleh ditunda sampai gejala psikosis akut terkendali.

1.7. Perjalanan Penyakit dan Prognosis1

Pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis pertengahan

antara skizofrenia dengan gangguan afektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif

memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan

depresif, lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan lebih baik

daripada pasien dengan skizofrenia. Prognosis tersebut didukung oleh beberapa

penelitian jangka panjang selama dua sampai lima tahun setelah onset yang menilai

fungsi sosial, pekerjaan, dan perjalanan gangguan tersebut.

Beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering

pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada pria. Insidensi bunuh diri pada

pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan 10%.

1.8. Terapi1

Modalitas terapi utama gangguan skizoafektif adalah rawat inap, medikasi,

dan intervensi psikososial. Prinsip farmakoterapi gangguan skizoafektif adalah

protokol antidepresan dan antimanik diikuti sesuai indikasi serta antipsikotik

diberikan jika perlu untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol Thymoleptic

tidak efektif mengendalikan gejala, mendikasi antipsikotik dapat diberikan. Pasien

dengan gangguan skizoafektif tipe bipolar harus mendapatkan percobaan Lithium,

Carbamazepine, Valproate, atau kombinasi jika tidak efektif. Pasien dengan

9
gangguan skizoafektif tipe depresif harus mendapatkan percobaan antidepresan dan

terapi elektrokonvulsif sebelum diputuskan tidak responsif terhadap antidepresan.

10
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama (inisial) : Tn. SI

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat & tanggal lahir/ Umur : 32 tahun

Status perkawinan : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Suku bangsa : Tanjuang (Minangkabau)

Negeri Asal : Padang

Agama : Islam

Pendidikan :Tamat Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Pekerjaan :-

Alamat : Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan

KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN

Nama (inisial) : Tn. M

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat & tanggal lahir/ Umur : 63 tahun

Pendidikan : tamat SMP

11
Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Tarusan, Pesisir Selatan

Hubungan dengan pasien : Orang tua kandung

Keakraban dengan pasien : Akrab

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 16 September 2017

2. Alloanamnesis dengan ayah kandung pasien pada tanggal 17 September 2017

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang

sesuai)

a. Sendiri

b. Keluarga

c. Polisi

d. Jaksa/ Hakim

e. Dan lain-lain

2. Sebab Utama

Pasien gelisah, mondar-mandir, suka murung dan ngomong ngelantur.

3. Keluhan Utama (Chief Complaint)

Pasien gelisah, tidak tenang, sedih dan merasa takut

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke IGD RSJ Prof. HB Saanin.

Padang diantar oleh keluarganya. Pasien gelisah, suka murung dan ngomong

12
ngelantur. Pasien mengatakan emosinya mulai tidak stabil setelah meninggalnya

etek pasien pada bulan Juli 2017 yang menjadi ibu tirinya. Sekitar bulan Agustus

pasien mulai mendengar bisikan suara yang menakuti-nakuti pasien seperti

bisikan yang mengatakan bahwa pasien tenggen. Selain itu pasien juga sering

melihat bayangan didepannya. Terkadang pasien melihat sosok perempuan dan

terkadang laki-laki. Akan tetapi pasien tidak bisa menjelaskan siapa yang

dilihatnya.. Pasien mengatakan hal ini dialami setiap waktu. Selain itu pasien

juga pernah membaui yang aneh-aneh, seperti bau anyir. Pasien sudah berusaha

untuk menghilangkan pikiran tersebut sambil mengucapkan istigfar. Pasien

sering bingung dan merasa tidak tenang saat mendengar suara-suara, melihat

bayangan, dan membaui bau anyir tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien

menjadi tidak tenang, emosi jadi tidak stabil dan terlihat seperti orang ketakutan.

Selain itu pasien mengatakan bahwa saat ini ia sering murung dan merasa

sedih. Pasien terlihat banyak termenung dan tidak menatap saat berinteraksi

dengan orang lain. Pasien juga merasa malu dengan penyakitnya.

Menurut pasien , ia sudah mengalami putus obat selama satu bulan. Hal ini

karena pasien merasa dirinya sudah sembuh.

5. Riwayat Penyakit Sebelumnya

a. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien mengatakan bahwa ia merupakan lulusan dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah jurusan Syariah. Menurut pasien, ia sudah

menamatkan gelar sarjananya dan menghabiskan waktu selama enam tahun

untuk berkuliah disana. Akan tetapi satu tahun sebelum tamat saat sibuk

13
membuat skripsi, pasien mengaku mengalami stres dengan skripsi dan

perkuliahannya. Saat itulah sekitar tahun 2009, pasien untuk pertama kalinya

mengalami gangguan jiwa. Saat itu pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarga

karena gaduh gelisah, mudah marah dan tidak tenang.

Menurut pasien ia pernah dirawat di RSJ Prof HB Saaanin sebanyak dua

kali, akan tetapi pasien tidak mengetahui waktu pasti pasien dirawat. Ia hanya

ingat bahwa pernah dirawat dibangsal Cendrawasih dan Flamboyan.

Menurut ayah kandung pasien, rawatan yang sekarang merupakan

rawatan yang ketiga kalinya. Pertama kali pasien dirawat sekitar tahun 2009. Saat

itu pasien dibawa ke rumah sakit karena gelisah, mudah marah, suka memukul

barang-barang yang ada dirumah, bahkan pernah memukul ayahnya sendiri. Pada

rawatan pertama pasien dirawat selama 40 hari. Selama rawatan pasien pernah

mendapatkan terapi ECT (Electro Convulsive Therapy). Setelah keadaan pasien

membaik, pasien dipulangkan oleh pihak rumah sakit. Kemudian pada tahun

2015 penyakit pasien kambuh dan kembali dirawat di RSJ Prof. HB Saanin

selama 33 hari. Pasien diantar karena mudah marah dan gelisah.

b. Riwayat Gangguan Medis

Tidak ada

c. Riwayat Penggunaan NAPZA

Pasien memiliki kebiasaaan merokok sebanyak dua bungkus perhari.

Selain itu pasien pernah mencoba minum alkohol maupun

menggunakan narkoba atau zat adiktif lainnya sebanyak satu kali

(menurut pengakuan pasien ke ayah kandungnya)

14
6. Riwayat keluarga

a) Identitas orang tua/ penganti

IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Keterangan


Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia -
Suku bangsa Minangkabau -
Agama Islam -

Hubungan pasien* Akrab -


Biasa -
Kurang -
Tak peduli -
Dan lain-lain :- :-
`Ket : * coret yang tidak perlu

b) Sifat/ Perilaku Orang tua kandung/ pengganti............. :

Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)

Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak

suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),

Penjudi ( - ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( -

), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut (

- ), Tak bertanggung jawab ( - ).

Ibu ( Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )

Pemalas ( - )**, Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak

suka Bergaul ( - ), Banyak teman ( - ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ),

Penjudi (- ), Peminum ( - ), Pecemas ( - ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( - ),

Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( - ), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( -

), Tak bertanggung jawab ( - ).

15
c) Saudara

Jumlah bersaudara sembilan orang dan pasien anak ke empat.

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien

sendiri lingkari nomornya.*

1. Lk/ pr ( 39 tahun) 2. Lk/Pr (38 tahun) 3. Lk/Pr( 31tahun)

4 Lk/ Pr( 32 tahun) 5. Lk/Pr (28 tahun) 6. Lk/ pr (26 tahun)

7. Lk/Pr (25 tahun) 8. Lk/ pr (23 tahun) 9. Lk/ pr (21 tahun)

e) Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien

terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan

yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang tua.*

Saudara Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan


ke dengan saudara (akrab/
biasa,/kurang/tak peduli)
1 Baik Akrab
2 Baik Akrab
3 Baik Akrab
5 Baik Akrab
6 Baik Akrab
7 Baik Akrab
8 Baik Akrab
9 Baik Akrab

Ket:

*) coret yang tidak perlu

**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah

laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*

16
No Hubungan dengan Gambaran sikap dan Kualitas hubungan (akrab/
pasien tingkah laku biasa,/kurang/tak peduli)
1.

2.

Ket:

untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (

yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :

Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit


keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - -
Ibu - - -
Saudara
1 - - -
2 - - -
3 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - jantung bocor
9 - - -

Skema Pedegree

Pasien

17
Keterangan : : Pria : Pasien

: Wanita : meninggal

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:

Rumah tempat Keadaan rumah


No.
tinggal Tenang Cocok Nyaman Tidak Nyaman
1. Rumah orang tua V V V -
i) Dan lain-lain

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan

perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang

meliputi :

a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.

- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan

atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu )

Kesehatan Fisik : tidak ada

Kesehatan Mental : tidak ada

- Keadaan melahirkan :

Aterm (), partus spontan (), partus tindakan () sebutkan jenis

tindakannya, di Bidan

Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/tidak)

Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)

b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak

Pertumbuhan Fisik : baik,biasa, kurang*

18
Minum ASI : ( + ), sampai usia 2 tahun

Usia mulai bicara : 1 tahun

Usia mulai jalan : 1 tahun

Sukar makan ( - ), anoreksia ( - ), bulimia ( - ), pika ( - ), gangguan

hubungan ibu-anak ( - ), pola tidur baik ( - ), cemas terhadap orang

asing sesuai umum ( - ), cemas perpisahan (- ), dan lain-lain.....

c) Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada

masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB di

tempat tidur (- ), night teror ( - ), temper tantrum ( - ), gagap ( - ), tik (- ),

masturbasi (- ), mutisme selektif ( - ), dan lain-lain.

d) Toilet training

Umur : - tahun

Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan

arahan)

Perasaan anak untuk toilet training ini:

e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai menggigau ( -

), kejang-kejang ( - ), demam berlangsung lama ( - ), trauma kapitis disertai

hilangnya kesadaran ( -), dan lain-lain.

f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( - ), gelisah ( - ) overaktif ( - ),

menarik diri ( - ), suka bergaul ( - ), suka berolahraga ( - ), dan lain-lain.

19
g) Masa Sekolah

Perihal SD SMP SMA PT


Umur
Prestasi* kurang kurang kurang kurang
sedang sedang sedang sedang
baik baik baik baik
Aktifitas Sekolah* kurang kurang kurang kurang
sedang sedang sedang sedang
baik baik baik baik
Sikap Terhadap Teman * baik baik baik baik

Sikap Terhadap Guru baik baik baik baik

Kemampuan Khusus ( ) ( ) ( ) ( )
(Bakat)
Tingkah Laku (baik ) ( baik ) (baik ) ( baik )

h) Masa remaja: Fobia ( - ), masturbasi ( - ), ngompol ( - ), lari dari rumah( - ),

kenakalan remaja ( - ), perokok berat ( - ), penggunaan obat terlarang (- ),

peminum minuman keras (-), problem berat badan ( - ), anoreksia ( -),

bulimia (- ), perasaan depresi ( - ), rasa rendah diri ( - ), cemas ( - ),

gangguan tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu

** ( ) diisi (+) atau (-)

i) Riwayat Pekerjaan/ sekolah

Pasien seorang Pelajar

Usia mulai sekolah 6 tahun, kepuasan dalam sekolah (+), pindah-pindah

sekolah ( -), sekolah yang pernah ditempati: SDN Center Tarusan ,

Sanawiyah dan Tawalid,

Konflik dalam sekolah : ( - ), konflik dengan guru, (-) konflik dengan teman

20
( -), konflik dengan kelompok ( - ).

Keadaan ekonomi*: baik, sedang,kurang (menurut pasien)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga

Haid pertama* ( sudah/ belum), usia haid pertama

Mimpi basah (sudah/ belum) usia tidak diketahui. Persepsi : biasa

Awal pengetahuan tentang seks umur : tidak diketahui

Hubungan seks sebelum menikah (-)

Riwayat pelecehan seksual (-)

Orientasi seksual (normal)

Keterangan pribadi suami/ istri

Nama :

Umur :

Suku :

Kebangsaan :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status sosial/ ekonomi: tinggi, menengah, rendah *

Perkawinan didahului dengan pacaran ( ), kawin terpaksa ( ), kawin

paksa ( ), perkawinan kurang disetujui orang tua ( ), kawin lari ( ),

sekarang ini perkawinan yang ke . Kepuasaan dalam hubungan suami

21
istri: sering, sesekali, tidak pernah (ai) *, Kelainan hubungan seksual

( ) ai (bila ada jelaskan di halaman kiri).

Kehidupan rumah tangga: rukun ( ), masalah rumah tangga ( )(bila

ada jelaskan masalah tersebut di halaman kiri).

Keuangan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi ( ), pengeluaran

dan pendapatan seimbang ( ), dapat menabung ( ).

Mendidik Anak: suami-istri bersama-sama ( ), istri saja ( ) suami

saja ( ), selain orang tua sebutkan

k) Situasi sosial saat ini:

1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),

apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di

asrama (-) dan lain-lain (-).

2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)

ai : atas indikasi

l) Perihal anak-anak pasien meliputi:

N Sex Umur Pendidikan Sikap&perila Kesehatan Sikap pada anak


o kui
Fisik Mental
Tidak
ada

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)

Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)

22
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan hangat
atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian maupun
kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu (- ), sering melamun (+ ),
kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (- ), suka
aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan berlebihan (- ),
sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (- ), tidak mau menerima
kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain (- ), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (- ), perhatian
yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi ( -), cemburu
patologik ( - ), hipersensifitas ( -), keterbatasan kehidupan afektif ( -
).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( - ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya kebutuhan idur (- ),
pesimis (- ), putus asa (- ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat (- ), rasa rendah diri (- ), penurunan aktivitas ( - ),
mudah merasa sedih dan menangis ( - ), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (- ),
mendambakan ransangan aktivitas yang menggairahkan ( - ), bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal sepele (- ), egosentris ( - ), suka menuntut
( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (- ),
ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus (- ), hubungan interpersonal yang eksploitatif (- ), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (- ) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman ( - ),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama ( - ),
iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ), impulsif (- ), sering berbohong ( - ),
sangat cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan
rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( - ),
kurangnya pengendaian terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas (

23
- ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk berada sendirian ( -
), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik ( - ), dan
lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( - ),
kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan
dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau pkerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ), preokupasi
pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi
dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang berlebihan ( - ),
kaku da keras kepala ( - ), pengabdian yang berlebihan terhadap
pekerjaan sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai
hubungan interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan agar orang
lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesuitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(-)

8. Stresor psikososial (axis IV)

Pertunangan ( - ), perkawinan ( - ), perceraian ( - ), kawin paksa ( - ), kawin

lari ( - ), kawin terpaksa ( - ), kawin gantung ( - ), kematian pasangan ( - ),

problem punya anak ( - ), anak sakit ( - ), persoalan dengan anak (-

),persoalan dengan orang tua ( -), persoalan dengan mertua ( - ), masalah

dengan teman dekat ( - ), masalah dengan atasan/ bawahan ( - ), mulai

pertama kali bekerja

( - ), masuk sekolah (- ), pindah kerja ( - ), persiapan masuk pensiun ( -

), pensiun ( -), berhenti bekerja (- ), masalah di sekolah ( - ), masalah

24
jabatan/ kenaikan pangkat ( - ), pindah rumah ( - ), pindah ke kota lain ( - ),

transmigrasi ( - ), pencurian ( - ), perampokan ( - ), ancaman ( - ), keadaan

ekonomi yang kurang ( - ), memiliki hutang ( - ), usaha bangkrut ( - ),

masalah warisan ( - ), mengalami tuntutan hukum ( -), masuk penjara ( - ),

memasuki masa pubertas( - ), memasuki usia dewasa ( - ), menopause ( - ),

mencapai usia 50 tahun ( - ), menderita penyakit fisik yang parah ( - ),

kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ), abortus ( - ), hubungan yang buruk antar

orang tua ( - ), terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ),

cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (

- ), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang

kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian yang lebih

dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang berada di rumah ( -

), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang tidak konsisten ( - ), kontrol

yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi kognitif dan sosial ( - ), bencana

alam ( - ), amukan masa ( - ), diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas

militer ( - ), kehamilan ( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-

lain.

9. Pernah suicide (-) : tidak ada

10. Riwayat pelanggaran hukum

Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum

11. Riwayat agama

Pasien beragama Islam, pribadi yang taat.

25
11. Persepsi dan Harapan Keluarga

Keluarga berharap pasien cepat sembuh.

12. Persepsi dan Harapan Pasien

Pasien menyatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan bisa segera menikah.

GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Tahun 2006 , Tahun 2009 Tahun 2015 Tahun 2017


Ibu pasien Awal pertama kali Pasien Saat ini pasien
meninggal. Saat pasien mengalami mengatakan merasa sedih yang
itu pasien masih gaduh gelisah, bahwa sudah dua tidak diketahui tau
dalam masa mudah marah, dan kali dirawat di alasan pastinya
perkuliahan. tidak tenang. Hal RSJ Prof HB dan malu karena
Belum ada tanda- ini dipicu akibat Saanin. sakitnya. Pasien
tanda gangguan sress Kekambuhan yang juga merasa
jiwa pada pasien perkuliahannya ini dipicu karena bingung karena
terutama skripsi. pasien putus selalu mendengar
Pada tahun ini obat.Karena suara-suara aneh
pasien pertama pasien merasakan dan melihat
kali dirawat di sudah sembuh. bayangan-
rumah sakit HB Pasien sudah tidak bayangan aneh
Saanin selama 40 minum obat
hari selama satu bulan

26
III. STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 145/105 mmHg

Nadi : 98x/menit

Nafas : 16x/menit

Suhu : afebris

Tinggi Badan : 158 cm

Berat Badan : 45.5 kg

Status Gizi : Baik

Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal

Sistem Respiratorik : Dalam batas normal

Kelainan Khusus : Tidak ditemukan

IV. STATUS NEUROLOGIKUS

GCS : E4M6V5

Tanda ransangan Meningeal : tidak ada

Tanda-tanda efek samping piramidal :

Tremor tangan : tidak ada

Akatisia : tidak ada

Bradikinesia : tidak ada

Cara berjalan : biasa

27
Keseimbangan : tidak ada

Rigiditas : tidak ada

Kekuatan motorik : baik

Sensorik : baik

Refleks :bisep (++/++), trisep(++/++), archiles(++/++), patella

((++/++), Sucking (-), glabella (-), grasping(-), snout (-)

V. STATUS MENTAL

A. Keadaan Umum

1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis ( + ), somnolen ( - ), stupor (

- ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ),

kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain..

2. Penampilan

Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang (+), kaku (+),

gelisah ( -), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ),

berpakaian sesuai gender ( +).

Cara berpakaian : rapi ( + ),biasa ( + ), tak menentu ( - ),sesuai dengan

situasi ( + ), kotor ( ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*

Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak

tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).

3. Kontak psikis

Dapat dilakukan (- ), tidak dapat dilakukan ( +), wajar ( + ), kurang wajar ( -

), sebentar ( - ), lama ( + ).

28
4. Sikap

Kooperatif (+), penuh perhatian (- ), berterus terang ( - ), menggoda (- ),

bermusuhan ( - ), suka main-main ( - ), berusaha supaya disayangi ( - ),

selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen (- ), infantil ( - ),

curiga ( - ), pasif (+ ), dan lain-lain.

5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain

(lambat)

Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik ( -

), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),

negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),

otomatisme( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor

( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme ( - ),

akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia, hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ), agresi

( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ),

distonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi

( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - ).

Ket : ( ) diisi (+) atau (-)

B. Verbalisasi dan cara berbicara

Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat

Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak

Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak

29
Nada pembicaraan* : biasa,menurun, meninggi

Volume pembicaraan* :biasa,menurun, meninggi

Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai

Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak

Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak

Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap

( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - ).

C. Emosi

Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/tidak

adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus

emosi (biasa/lambat/cepat).

1. Afek

Afek appropriate/ serasi( + ), afek inappropriate/ tidak serasi( - ), afek

tumpul ( - ), afek yang terbatas ( +), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).

2. Mood

mood eutimik ( - ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive

mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ),

mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( -), euforia ( - ), ectasy ( - ),

mood depresi (hipotim) ( +), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( -

), elasi ( ), hipomania ( - ), mania(- ), melankolia( - ), La belle

indifference ( -), tidak ada harapan ( - )

30
3. Emosi lainnya

Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension

(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional (

- ), rasa malu (+ ), rasa berdosa/ bersalah( - ), kontrol impuls ( - ).

4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood

Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia (+ ), hipersomnia ( - ), variasi

diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstipasi ( - ), fatigue ( - ), pica ( - ),

pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).

Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)

Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)

Mutu proses pikir (jelas/tajam)

1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran

Gangguan mental ( - ), psikosis ( + ), tes realitas ( terganggu/ tidak ),

gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik ( - ),

dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran

Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas ( -

), inkohenrensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),

kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi ( -

), derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ),

glossolalia ( - ).

31
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran

Kemiskinan isi pikiran ( - ), Gagasan yang berlebihan (- )

Delusi/ waham

waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan

dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham

nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham

persekutorik ( - ), waham kebesaran ( - ), waham referensi ( - ), though of

withdrawal ( - ), though of broadcasting ( - ), though of insertion ( -),

though of control ( - ), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan ( - ),

waham menyalahkan diri sendiri ( - ), erotomania ( - ), pseudologia

fantastika ( - ), waham agama(-).

Idea of reference

Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ),

kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( - ), koprolalia (-

), fobia ( - )Ulat noesis ( - ), unio mystica ( - ).

E. Persepsi

Halusinasi

Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),

Halusinasi auditorik ( + ), halusinasi visual (+), halusinasi olfaktorik (+

), halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),

halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang

32
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi

perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).

Ilusi ( - )

Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )

F. Mimpi dan Fantasi

Mimpi : -

Fantasi : -

Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)

G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual

1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),

orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).

2. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),

hipervigilance ( - ), dan lain-lain

3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi ( baik/ terganggu )

4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( baik ),

gangguan memori jangka menengah/ recent past ( baik ), gangguan memori

jangka pendek/ baru saja/ recent ( baik ), gangguan memori segera/

immediate ( terganggu ).

Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).

5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu

6. Pikiran konkrit : baik/ terganggu

33
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu

8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia ( - ),

pseudodemensia ( - ).

H. Dicriminative Insight*

Derajat I (penyangkalan)

Derajat II (ambigu)

Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):

Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)

Derajat V (tilikan intelektual)

Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement dan sosial :

Tidak terganggu

VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya

Rutin : Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit

Anjuran : Darah lengkap

VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya

(tulisan dan gambar di halaman belakang)

Tes psikologi yang dilakukan pada pasien pada tanggal 20 Juli 2017,

didapatkan hasil tidak konsisten, tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. Hal

tes selebihnya akan dilampirkan di lampiran.

34
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Telah diperiksa pasien Tn. SI berusia 32 tahun, agama Islam, suku Tanjuang

(Minangkabau) dan belum menikah. Pasien datang ke IGD RSJ Prof. HB.

Saanin Padang pada tanggal 6 September 2017 diantar oleh keluarganya. Saat

ini pasien gelisah, tidak tenang dan mudah marah karena pasien seperti

mendengar suara bisikan aneh, melihat bayangan dan membaui yang anyir.

Pasien sebelumnya pernah dirawat sebanyak dua kali di RSJ Prof. HB. Saanin.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan rapi, sikap

saat wawancara kooperatif, psikomotor normoaktif, pembicaraan lancar, spontan

dan jelas, afek sesuai, mood hipotim. Pasien memiliki halusinasi auditorik,

olfaktorik dan visual.

IX. Formulasi diagnosis

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan

penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola

perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability)

dalam fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan

bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang

baik untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna,

jangka waktu, awitan, episode, dan perjalanan penyakitnya. Selain itu,

penegakkan diagnosis juga harus dilakukan berdasarkan hirarki dari F0 sampai

F4.

35
F0 gangguan mental organik, merupakan gangguan mental yang disebabkan

oleh penyakit primer di otak atau penyakit sekunder di luar otak yang

menyebabkan disfungsi otak. Dari anamnesis dan rekam medik pasien, tidak

ditemukan adanya riwayat penyakit yang sesuai dengan karakteristik tersebut.

Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, atau penyakit berat lainnya yang

mungkin menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikian, diagnosis F0 dapat

disingkirkan. Dari anamnesis, menurut ayah pasien, pasien pernah

mengkonsumsi zat psikoaktif dan alkohol. Oleh sebab itu diagnosis gangguan

mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F1) tidak dapat disingkirkan.

Berdasarkan anamnesis, pasien mengalami halusinasi auditorik dimana

pasien mendengar suara- suara, melihat bayangan serta membaui yang aneh

seperti bau anyir. Hal ini pertama kali dialami pasien pada tahun 2009 saat

pertama kalinya pasien mengalami gangguan jiwa. Suasana perasaan pasien

sering sedih dan tidak tenang. Pasien memiliki keinginan untuk sembuh, dan

pasien ingin sekali untuk bekerja, dan mengatakan ingin segera menikah.

Dari gejala dan perjalanan penyakit pasien terdapat gejala-gejala skizofrenia

(F20.-) yang berada secara bersama-sama dengan gejala afektif depresif (F32).

Maka pada pasien ini ditegakkan diagnosis gangguan skizoafektif tipe depresif

(F25.1).

Berdasarkan anamnesis dan rekam medik tidak ditemukan adanya gangguan

kepribadian dan gangguan medis umum pada pasien, sehingga tidak ada

diagnosis pada aksis II dan aksis III dan aksis IV .

36
Aksis V menilai fungsi secara menyeluruh, baik dalam psikologi, sosial, dan

okupasi, yang dinilai dengan GAF (Global Assessment of Functioning). GAF

saat pemeriksaan 60-51, yaitu gejala sedang dan disabilitas sedang.

X. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

Aksis II : Tidak ada diagnosa

Aksis III : Tidak ada diagnosa

Aksis IV : Tidak ada diagnosa

Aksis V : GAF 60-51

XI. Diagnosis Banding : Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat

dengan Gejala Psikotik

XII. Daftar Masalah

Organobiologik (-)

Psikologis

Pasien merasa sedih, murung dan tidak tenang. Selain itu pasien

merasa malu dengan penyakitnya.

XIII. Penatalaksanaan

A. Farmakoterapi

Risperidon 2x3 mg

THP 2x2 mg

Clozapine 1x25 mg

37
B. Non Farmakoterapi

C. Psikoterapi

Suportif

Memberikan pasien dukungan dan perhatian.

Meyakinkan pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan apabila teratur

minum obat

Mendorong pasien agar mau meminum obat secara teratur

Memberikan edukasi kepada keluarga untuk tetap memberikan dukungan

kepada pasien, karena dibutuhkan waktu dan kesabaran yang lebih pada proses

penyembuhan pasien.

Kognitif

Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara berpikir

yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapi.

Keluarga

Diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien dan

dapat menerima kondisi pasien.

Sosial-budaya

Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau

pekerjaan yang disukai pasien dan bermanfaat.

38
Religius

Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah seperti

menjalankan sholat lima waktu, menegakkan amalan sunah seperti mengaji,

berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

XIII. PROGNOSIS

Penilaian Baik Buruk


Onset Remaja V
Relaps Sering V
Dukungan keluarga Ada V
Pernikahan Belum menikah V
Keadaan ekonomi Menengah V
Kepatuhan minum Patuh V
obat
Faktor pencetus Tidak Jelas V
Genetik Tidak ada V
Penyakit lain atau Tidak ada V
gangguan lain

Quo et vitam : dubia ad bonam

Quo et fungsionam : dubia ad bonam

Quo et sanationam : dubia ad bonam

39
BAB IV

DISKUSI

Pasien seorang laki-laki berusia 32 tahun. Awal pertama mengalami

gangguan jiwa adalah pada tahun 2009, saat itu pasien berusia 25 tahun. Kejadian

ini mendukung teori yang mengatakan bahwa secara epidemiologi prevalensi lebih

rendah pada pria dibandingkan dengan wanita, khususnya wanita yang telah

menikah. Usia onset pada wanita lebih tua dibandingkan dengan pria.1

Sebelum mengalami gangguan jiwa pada tahun 2009, kemampuan pasien di

sekolah dan tempat kuliah serta kehidupan sosial pasien masih baik, dan munculnya

gangguan jiwa pada pasien timbul secara mendadak, hal ini sesuai dengan teori

yang menyebutkan bahwa pada pasien dengan skizoafektif memiliki fungsi

pramorbid yang baik . Pasien dengan gangguan skizoafektif juga ditandai dengan

onset gejala mendadak yang sering pada masa remaja1

Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana

ditemukan gejala klinis yang mengarah pada gangguan skizoafektif tipe depresif

sesuai dengan pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III. Berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan psikiatri pada tanggal 16 September 2017 didapatkan gejala

skizofrenia berupa halussinasi. Pada pasien ini juga ditemukan gejala depresif yaitu

afek yang hipotim secara menonjol, merasa bingung,merasa takut dan tidak mau

menatap orang lain. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan tersebut pasien

didiagnosis dengan gangguan skizoafektif tipe depresi.Hal ini sesuai dengan

Kriteria diagnostik utama gangguan skizoafektif adalah pasien memenuhi kriteria

40
diagnostik episode depresif berat atau manik yang bersamaan dengan fase aktif

skizofrenia. Selain itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama

minimal dua minggu tanpa gejala gangguan afektif yang menonjol. Gejala gangguan

afektif juga harus ditemukan pada sebagian besar periode psikotik aktif dan

residual. Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif ditujukan untuk membedakan

gangguan afektif dengan ciri psikotik.

Pada pasien tidak ditemukan adanya keinginan untuk bunuh diri. Hal ini

mendukung teori yang menyebutkan perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada

wanita dengan gangguan skizoafektif daripada pria. Insidensi bunuh diri pada pasien

dengan gangguan skizoafektif diperkirakan 10%. 1

Pasien mendapat terapi Risperidon 2 x 3mg , THP 2x2 mg, Clozapine 1x25

mg. Risperidon merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua dan juga merupakan

mood stabilizer. Risperidone bekerja dengan ; 1. menghambat reseptor dopamin 2,

mengurangi gejala positif psikosis dan stabilisasi gejala afektif; 3. menghambat

reseptor serotonin 2A, menyebabkan peningkatan pelapasan dopamin di regio

sentral otak sehingga mengurangi efek samping motorik dan meningkatkan kognitif.

Dosis yang biasa diberikan 2-8 mg/hari. Pada pasien ini dipilih agen Antipsikotik

Generasi kedua yang bekerja pada reseptor D2 sekaligus 5-HT2 (serotonin). Efek

blokade pada reseptor D2 tidak sebesar efek antipsikotik generasi I sehingga

meminimalisir efek samping ekstrapiramidal. 2

Terapi non farmakologis memegang peranan yang penting pada pasien ini.

Jenis terapi non farmakologis adalah psikoterapi suportif dan edukasi. Psikoterapi

41
suportif bertujuan untuk memberikan perhatian, dukungan, dan rasa optimis kepada

pasien untuk menghadapi penyakitnya.. Edukasi pada pasien berupa anjuran untuk

teratur minum obat, meminta pasien untuk dapat mengendalikan emosinya agar

bisa keluar dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan. Saat rawat jalan tidak hanya

pasien yang diedukasi, tetapi keluarga pasien juga perlu diedukasi. Karena

kesembuhan pasien tergantung pada perhatiaan yang diberikan keluarganya.2

Prognosis pada pasien ini secara umum dubia ad bonam yang sesuai dengan

teori yang menyebutkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai

prognosis pertengahan antara skizofrenia dengan gangguan afektif. Pasien dengan

gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien

dengan gangguan depresif, lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar,

dan lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia1

AUTOANAMNESA dilakukan pada tanggal 16 September 2017

Pertanyaan Jawaban Interpretasi


Assalamualaikum Pak, Iya dok Kooperatif
perkenalkan kami
dokter muda rani dan
rafdi, dengan bpk
Sofia Indra ?
Bpk umurnya berapa? 32 tahun
Tinggalnya dimana Di Tarusan , Pesisir Selatan
Pak?
Apa pendidikan bapak Saya seorang sarjana tamatan dari
terakhir UIN Jakarta
Sudah brp lama bpk Sudah hampir sebulan dok
dirawat ?
Mengapa Bapak Karena saya dirumah gelisah, tidak
sampai dirawat disini tenang dan terkadang marah-marah
dok. Hal ini karena saya sedih etek
saya meninggal dua bulan yang lalu.
Semenjak itu emosi saya tidak stabil

42
dok
Sekarang apa yang Saya merasa bingung dan takut dok,
bapak rasakan karena saya mendengar
bisikan,melihat bayangan dan
membaui bau yang anyir dok
Bapak tampaknya Tidak tau kenapa dok saya merasa
sedih apa yang sedang sedih saja
bpk pikirkan?
Selain itu apakah ada Tidak ada dok
lagi yang bapak
rasakan
Sudah berapa kali Sudah 3 kali dengan ini dok,
bapak dirwat disini sebelumnya juga kesini karena
marah marah dan gelisah
Kenapa yang sekarang Karena saya putus obat dok, dan
bisa kambuh lagi pak? sebelumnya etek saya juga
meninggal dok
Makan bapak Saya makan seperti biasa kok dok
bagaiman?
Pernah atau tidak Tidak dok
bapak ingin bunuh
diri?
Waktu Bapak sakit
bagaimana peran Perhatian
keluarga?

Sebelumnya Bapak Saya tinggal dirumah orang tua saya


tinggal dirumah siapa dok
?
Bagaimana hubungan Baik
bapak dengan orang
dirumah?

Bagaimana harapan Saya ingin sembuh dan segera ingin


Bapak terhadap menikah
penyakit Bapak?
Baik Pak, sekarang Edukasi
Bapak dirawat dulu.
Jika nanti sudah boleh
pulang bapak harus
bisa kontrol yang rajin
dan minum obat
teratur sesuai jadwal.

43
Terimakasih ya pak Sama-sama

ALLOANAMNESA dilakukan pada tanggal 17 September 2017

Dokter Muda Orang Tua Pasien


Assalammualikum pak, perkenalkan saya Nama saya M...
dokter muda Rani. benar ini dengan Boleh, silahkan nak
bapak
Boleh saya bertanya mengenai pak sofia
indra pak?
Bapak sehari-hari pekerjaannya apa pak?Pedagang nak
Pendidikan terakhir apa pak? tamat SMP nak
Mau mengkonfirmasi tentang penyakit Boleh nak.
anak bapak. Boleh bapak ceritakan tetang
Sofia anak saya itu sudah dirawat yang
pak sofia indra pak ke 3 kalinnya, awalnya tahun 2009, 2015
dan 2017 . Keluhannya sama saja karena
dia suka marah marah gelisah , tidak
tenang . dan terkadang omongannya
sudah tidak menyambung. Dia sering
terlihat murung nak, banyak diam nya.
Dia juga mengeluhkan kalau dia
mendengar suara-suara bisikan dan
melihat bayangan
Apakah benar pak sofia tamatan UIN Benar nak, dia sudah bergelar sarjana
pak?
Pak sofia anak ke 4 ya pak? Iya nak
Berapa orang anak bapak?Berapa umur Anak saya 9 orang nak, pertama
masing-masing anak bapak? umurnya 39 tahun, yang kedua 38 tahun,
ke tiga 33 tahun yang ke empat 32 tahun
yang kelima 28 tahun yang ke enam 26
tahun, yang ke tujuh 25 tahun yang ke
delapan 23 tahun dan terakhir 21 tahun
Apakah ada anak bapak yang sama Tidak ada nak, hanya saja adeknya ke 8
keluhannya seperti sofia mengalami jantung bocor
Jadi gimana harapan bapak terhadap pak Kami berharap sofia bisa cepat sehat,
sofia? bisa kerja dan dipulangkan bila benar
benar sudah sembuh

44
Lampiran algoritma

45
Lampiran hasil tes psikologi

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., Grebb, J. A.. 2010. Sinopsis Psikiatri, Jilid 1.

Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

2. Tanto C.2014.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

47

Anda mungkin juga menyukai