Golongan/Kelas Terapi
Hormon, obat Endokrin Lain dan Kontraseptik
Nama Dagang
- Erlanison - Kokosone - Pehacort - Predsil
- Sohoson - Trifacort - Dellacorta
Gangguan endokrin:
Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder
Hiperplasia adrenal congenital/bawaan
Hiperkalsernia terkait kanker
Tiroiditis nonsuppuratif
Penyakit Rheumatoid
Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit:
Psoriatic arthritis
Rheumatoid arthritis pada anak
Ankylosing spondylitis
Bursitis akut dan subakut
Tenosynovitis nonspesifik akut
Gouty arthritis akut
Osteoarthritis pasca-traumatik
Synovitis of Osteoarthritis
Epicondylitis
Penyakit-penyakit Kolagen
Pemphigus
Bullous dermatitis herpetiformis
Stevens-Johnson syndrome
Exfoliative dermatitis
Mycosis fungoides
Psoriasis parah
dermatitis seborrhea parah
Penyakit-penyakit Alergi
Symptomatic sarcoidosis
Loeffler's syndrome
Berylliosis
Tuberkulosis yang parah
Aspiration pneumonitis
Penyakit-penyakit Hematologis
Edema
Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik tanpa
uremia, jenis idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus eritematosus
Kolitis ulseratif
Enteritis regional
Penyakit pada Sistem Syaraf
Multiple sclerosis akut yang makin parah
Prednison adalah kortikosteroid sintetik yang umum diberikan per oral, tetapi dapat
juga diberikan melalui injeksi intra muskular (im, iv), per nasal, atau melalui rektal.
Dosis awal sangat bervariasi, dapat antara 5 80 mg per hari, bergantung pada jenis dan
tingkat keparahan penyakit serta respon pasien terhadap terapi. Tetapi umumnya dosis awal
diberikan berkisar antara 20 80 mg per hari.
Untuk anak-anak 1 mg/kg berat badan, maksimal 50 mg per hari. Dosis harus dipertahankan
atau disesuaikan, sesuai dengan respon yang diberikan.
Jika setelah beberapa waktu tertentu hasil yang diharapkan tidak tercapai, maka terapi harus
dihentikan dan diganti dengan terapi lain yang sesuai.
Dewasa
Dosis untuk dewasa dengan Sindrom Nefrotik
Awal (tiga bagian pertama): 2 mg/kg/hari (maksimal 80 mg/hari) yang terbagi dalam dosis
3-4 kali/hari sampai urin bebas protein sampai tiga hari berturut-turut (maksimal 28 hari);
diikuti dengan 1-1.5 mg/kg/dosis yang diberikan setiap hari selama 4 minggu.
Dosis pemeliharaan untuk yang sering kambuh: 0.5-1 mg/kg/dosis diberikan setiap hari
selama 3-6 bulan.
Dosis untuk dewasa dengan Anti-Peradangan
5-60 mg per hari yang terbagi dalam dosis 1-4 kali/hari.
Anak-anak
Sindrom Nefrotik
Awal (tiga bagian pertama): 2 mg/kg/hari (maksimal 80 mg/hari) yang terbagi dalam dosis
3-4 kali/hari sampai urin bebas protein sampai tiga hari berturut-turut (maksimal 28 hari);
diikuti dengan 1-1.5 mg/kg/dosis yang diberikan setiap hari selama 4 minggu.
Dosis pemeliharaan untuk yang sering kambuh: 0.5-1 mg/kg/dosis diberikan setiap hari
selama 3-6 bulan.
Asma
< 1 tahun:
akut: minum 10 mg setiap 12 jam.
pemeliharaan: minum 10 mg setiap hari.
1- 4 tahun:
akut: minum 20 mg setiap 12 jam.
pemeliharaan: minum 20 mg setiap hari.
5-12 tahun:
akut: minum 30 mg setiap 12 jam.
pemeliharaan: minum 30 mg setiap hari.
>12 tahun:
akut: minum 40 mg setiap 12 jam.
pemeliharaan: minum 40 mg setiap hari.
Dosis untuk anak-anak dengan Anti-Peradangan
0.05 2 mg/kg/hari terbagi 1-4 kali/hari
Dosis untuk anak-anak dengan Immunosuppression
0.05 2 mg/kg/hari terbagi 1-4 kali/hari
Farmakologi
Interaksi dengan protein reseptor spesifik di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ
sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-
gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu fungsi seluler organ
sehingga diperoleh efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid,
meningkatnya reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat
vasoaktif , dan efek anti radang
Sedangkan analog sintetiknya (prednison) efek imunosupresan dan anti radangnya yang
kuat. > 7 hari, dapat terjadi penekanan fungsi adrenal, artinya tubuh tidak dapat mensintesis
kortikosteroid alami.
Penghentian terapi secara tiba-tiba dapat menyebabkan krisis Addisonian, yang dapat
membawa kematian.
Efek Samping
Hipertensi
Gangguan Muskuloskeletal :
Lemah otot
Miopati steroid
Hilangnya masa otot
Osteoporosis
Putus tendon, terutama tendon Achilles
Fraktur vertebral
Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai
Fraktur patologis dari tulang panjang
Gangguan Pencernaan :
Peptic ulcer
Ulcerative esophagitis
Pankreatitis
Kembung
Peningkatan SGPT, SGOT dan enzim fosfatase alkalin serum.
Gangguan Dermatologis :
Gangguan Metabolisme :
Gangguan Neurologis :
Gangguan Endokrin :
Interaksi
3) Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi. Hal ini dapat
menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan
akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan secara berhati-hati
apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita
hipoprotrombinemia.
- Dengan Makanan : -
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko kehamilan FDA : Katagori C
A= Tidak berisiko
B= Tidak berisiko pada beberapa penelitian
C= Mungkin berisiko
D= Ada bukti positif dari risiko
X= Kontraindikasi
N= Tidak diketahui
- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak ada data mengenai penggunaan vaksin selama
menyusui. World Health Organization Rating menyebutkan kompatibel bagi ibu menyusui.
Thomson Lactation Rating menyebutkan risiko terhadap bayi kecil.2
- Terhadap Anak-anak : Dapat terjadi penghambatan pertumbuhan yang tak dapat
pulih kembali, oleh sebab itu tidak boleh diberikan jangka panjang.
Parameter Monitoring
Bentuk Sediaan
Peringatan
Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap infeksi,
antara lain infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain. Kortikosteroid dapat
menutupi gejala-gejala infeksi atau penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam
periode penggunaannya.
Pemberian vaksin hidup ataupun vaksin hidup yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi
untuk pasien yang sedang mendapat terapi kortikosteroid dosis imunosupresan. Pemberian
kortikosteroid pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek
kortikosteroid yang lebih kuat. Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati
pada pasien dengan herpes simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.
Informasi Pasien
Mekanisme Aksi