Anda di halaman 1dari 10

JUMP 1

1. NGT (nasogastric tube) adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair
dengan selang plastic yang dipasang melalui hidung sampai lambung.
2. Kesadaran apatis adalah keadaan kesadaran pasien yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

JUMP 3

1. Interpretasi pemeriksaan fisik


a. Kesadaran apatis adalah salah satu penilaian tingkat kesadaran secara kualitiatif
dimana keadaan kesadaran pasien yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
b. Tekanan darah 90/60 mmHg menunjukkan penurunan yang normalnya
seharusnya adalah 120/80 mmHg
c. Respiration rate 30x/menit menunjukkan lebih cepat dari normal yang hanya
berkisar 14 20x/menit untuk dewasa
d. Temperatur 36,5 0C tidak menunjukkan adanya demam (suhu normal 36,5
37,50C)
e. Heart rate 108x/menit menunjukkan sedikit peningkatan dari range normalnya
yaitu antara 60 100x/menit
f. Suara napas
- Breath Sounds (Suara napas Utama)
Pada orang sehat dapat didengar dengan auskultasi suara napas:
1) Vesikuler
2) Trakeal
3) Bronkial
4) Bronkovesikuler

Untuk mendengar suara napas perhatikan intensitas, durasi dan pitch (nada)
dari inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi.

Menurut skenario, pada auskultasi terdengar suara napas dasar bronkial


yaitu suara napas terdengar saat ekspirasi, intensitasnya lebih keras, durasinya
lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara inspirasi, terdapat pada
daerah supra sternal. Suara napas trakeal hampir sama dengan suara napas
bronkial tetapi durasi ekspirasi hampir sama antara ekspirasi dengan inspirasi,
terdengar pada daerah trakea.

Ditemukanya bunyi napas bronkial pada daerah seluruh lapang paru yang
seharusnya adalah daerah suara napas vesikuler, dapat disebabkan oleh
pemadatan dari parenkim paru seperti pada pneumonia dan kompresive
atelektase.

Selain suara napas dasar bronkial terdengar juga suara napas tambahan
ronki basah kasar. Suara tambahan ronki adalah suara tambahan yang
dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran napas yang berisi sekret / eksudat
atau akibat saluran napas yang menyempit atau oleh oedema saluran napas.
Ada dua jenis ronchi yaitu ronki basah (moist rales) dan ronki kering (dry
rales).

Suara tambahan ronki basah adalah suara tambahan disamping suara napas,
yaitu bunyi gelembunggelembung udara yang melewati cairan (gurgling atau
bubling) terutama pada fase inspirasi. Ronchi basah disebabakan oleh adanya
eksudat atau cairan dalam bronkiolus atau alveoli dan bisa juga pada bronkus
dan trakea.

1) Ada ronki basah nyaring contohnya pada infiltrat paru dan ronchi basah
tak nyaring misalnya pada bendungan paru.
2) Ada ronki basah kasar, ini biasanya berasal dari cairan yang berada
dibronkus besar atau trakea.
3) Ada ronki basah sedang dan ada pula ronki basah halus yang terutama
terdengar pada akhir inspirasi, terdengar seperti bunyi gesekan rambut
antara jari telunjuk dengan empu jari.

Maka dapat disimpulkan pada pasien terdapat eksudat atau infiltrat berupa
cairan terutama di daerah bronkus besar atau trakea.

g. Pemeriksaan tactil fremitus (stem fremitus) dinding toraks dengan cara


menempelkan telapak dan jari jari tangan pada dinding dada. kemudian pasien
disuruh mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada yang sedang. Bandingkan
getaran yang timbul antara hemithorax kiri dan kanan secara simetris dengan cara
menyilangkan tangan pemeriksa secara bergantian.
Pada skenario stem fremitus teraba meningkat, yang biasanya didapatkan pada
keadaan: infiltrat paru, compressive atelektasis, cavitas paru

h. Hasil lekosit 21.000.Jumlah lekosit normal pada darah seharusnya hanya sekitar
5.000 saja. Jumlah lekosit yang melebihi normal menguatkan dugaan sedang
terjadinya infeksi atau peradangan pada pasien.
i. Thoraks PA terdapat kesuraman homogen menunjukkan adanya cairan yang
digambarkan dengan warna suram di seluruh lapang paru.

JUMP 7

1. NGT adalah kependekan dari Naso Gastric Tube. Alat ini adalah alat yang
digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastic yang dipasang
melalui hidung sampai lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan
obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkomsumsi
makanan,cairan dan obat-obatan secara oral. Nasogastric terdiri dari dua kata yaitu
dari bahasa latin dan bahasa yunani. Naso adalah suatu kata yang berhubungan
dengan hidung. Sedangkan dari bahasa yunani Gaster yang artinya perut gendut
(berhubungan dengan perut).
Pemberian nutrisi melalui NGT atau sering disebut pipa penduga/ lambung
merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak
mampu menelan makanan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung
atau pipa penduga.
a. Indikasi Pemasangan NGT
Indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:
1) Pasien tidak sadar (koma)
2) Pasien karena kesulitan menelan
3) Pasien yang keracunan
4) Pasien yang muntah darah
5) Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut
6) Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor
mulut atau faring atau esofagus, dll
7) Pasien pasca operasi pada mulut atau faring atau esophagus
8) Bayi prematur atau bayi yang tidak dapat menghisap.
b. Kontraindikasi Pemasangan NGT
1) Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus
2) Pasien yang mengalami cidera serebrospinal
3) Pasien dengan trauma cervical
4) Pasien dengan fraktur facialis
c. Tujuan Pemasangan NGT
Tujuan dan manfaat tindakan Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1) Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
2) Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami kesulitan menelan ( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3) Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
4) Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah
atau pendarahan pada lambung
5) Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi
isi lambung
6) Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
7) Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan
operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan
aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general
anaesthesia).
8) Pemberian obat, makanan dan minuman
9) Mencuci lambung dari zat-zat toksik atau iritan

2. Sepsis

Definisi

Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin
dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi. Sepsis
merupakan penyebab kematian tersering pada penderita trauma dan perawatan klinis pada
semua usia dan jenis kelamin.

Sepsis adalah SIRS ditambah tempat infeksi yang diketahui. Meskipun SIRS, sepsis
dan syok sepsis biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri, tidak harus terdapat
bakteriemia.
Systemic inflammatory response syndrome adalah pasien yang memiliki dua atau
lebih dari kriteria berikut:
1. Suhu > 38C atau < 36C
2. Denyut jantung >90 denyut/menit
3. Respirasi >20/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4. Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau >10% sel imatur
Etiologi dan Patofisiologi Sepsis

Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram (-) dengan prosentase 60-70 %
kasus, yang menyebabkan berbagai produk yang dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut
akan terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. Produk yang berperan penting terhadap
sepsis adalah lipopolisakarida (LPS).LPS atau endotoksin glikoprotein kompleks merupakan
komponen utama membrane terluar dari bakteri gram negatif. LPS merangsang peradangan
jaringan, demam dan syok pada penderita infeksi.

Endotoksin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses inflamasi yang
melibatkan berbagai mediator inflamasi, yaitu sitokin, neutrofil, komplemen, NO, dan
berbagai mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana
terjadi keseimbangan antara inflamasi dan antiinflamasi. Bila proses inflamasi melebihi
kemampuan homeostasis, maka terjadi proses inflamasi yang maladaptif, sehingga terjadi
berbagai proses inflamasi yang destruktif, kemudian menimbulkan gangguan pada tingkat
sesluler pada berbagai organ.

Terjadi disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO yang menyebabkan


maldistribusi volume darah sehingga terjadi hipoperfusi jaringan dan syok. Pengaruh
mediator juga menyebabkan disfungsi miokard sehingga terjadi penurunan curah jantung.

Lanjutan proses inflamasi menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ yang


dikenal sebagai disfungsi/gagal organ multipel (MODS/MOF). Proses MOF merupakan
kerusakan pada tingkat seluler (termasuk difungsi endotel), gangguan perfusi jaringan,
iskemia reperfusi, dan mikrotrombus. Berbagai faktor lain yang diperkirakan turut berperan
adalah terdapatnya faktor humoral dalam sirkulasi (myocardial depressant substance),
malnutrisi kalori protein, translokasi toksin bakteri, gangguan pada eritrosit, dan efek
samping dari terapi yang diberikan.

Gejala Klinis Sepsis


Tidak spesifik, biasanya didahului demam, menggigil, dan gejala konsitutif seperti
lemah, malaise, gelisah atau kebingungan. Tempat infeksi yang paling sering: paru, tractus
digestivus, tractus urinarius, kulit, jaringan lunak, dan saraf pusat. Gejala sepsis akan menjadi
lebih berat pada penderita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama, dan
pasien dengan granulositopenia.

Tanda-tanda MODS dengan terjadinya komplikasi:

1. Sindrom distress pernapasan pada dewasa


2. Koagulasi intravaskular
3. Gagal ginjal akut
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi sistem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian

Diagnosis
Diagnosis sepsis memerlukan indeks dugaan tinggi, pengambilan riwayat medis yang
cermat, pemeriksaan fisik, uji laboratorium yang sesuai, dan tindak lanjut status
hemodinamik.
Riwayat
Menentukan apakah infeksi berasal dari komunitas atau nosokomial, dan apakah
pasien immunocompromise. Beberapa tanda terjadinya sepsis meliputi:

1. Demam atau tanda yang tidak terjelaskan disertai keganasan atau instrumentasi
2. Hipotensi, oliguria, atau anuria
3. Takipnea atau hiperpnea, hipotermia tanpa penyebab yang jelas
4. Perdarahan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan untuk mencari lokasi dan penyebab infeksi dan
inflamasi yang terjadi. Pada skenario diduga infeksi terjadi pada saluran pernapasan pasien
dan diduga diawali terjadinya pneumonia. Sehingga pemeriksaan fisik yang dilakukan
meliputi inspeksi, perkusi, auskultasi paru pasien.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terkait keluhan di paru telah dilakukan sesuai hasil yang
dijelaskan pada skenario yaitu foto rontgen thorax PA yang menunjukkan adanya kesuraman
homogen pada seluruh lapang paru. Selain itu hasil dari tes darah rutin menunjukkan jumlah
lekosit lebih dari 12.000 mm3 menunjukkan sedang terjadinya infeksi.
Komplikasi

1. Sindroma distres pernapasan dewasa (ARDS, adult respiratory disease syndrome)


2. Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC, disseminated intravascular coagulation)
3. Gagal ginjal akut (ARF, acute renal failure)
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi sistem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian

Penatalaksanaan
Tiga prioritas utama dalam penatalaksanaan sepsis:

1. Stabilisasi pasien langsung

Pasien dengan sepsis berat harus dimasukkan dalam ICU.


Tanda vital pasien harus dipantau. Pertahankan curah jantung dan
ventilasi yang memadai dengan obat. Pertimbangkan dialisis untuk
membantu fungsi ginjal. Pertahankan tekanan darah arteri pada pasien
hipotensif dengan obat vasoaktif, misal dopamin, dobutamin, dan
norepinefrin.

2. Pemberian antibiotik yang adekuat


Agen antimikrobial tertentu dapat memperburuk keadaan
pasien. Diyakini bahwa antimikrobial tertentu menyebabkan pelepasan
lebih banyak LPS sehingga menimbulkan lebih banyak masalah bagi
pasien. Antimikrobial yang tidak menyebabkan psien memburuk
adalah : karbapenem, seftriakson, sefepim, glikopeptida,
aminoglikosida, dan quinolon.

Perlu segera perawatan empirik dengan antimikrobial, yang jika


diberikan secara dini dapat menurunkan perkembangan syok dan angka
mortalitas. Setelah sampel didapatkan dari pasien, diperlukan regimen
antimikrobial dengan spektrum aktivitas luas. Bila telah ditemukan
penyebab pasti, maka antimikrobial diganti sesuai dengan agen
penyebab sepsis tersebut.

Sebelum ada hasil kultur darah, diberikan kombinasi antibiotik


yang kuat, misalnya antara golongan penisilin/penicillinaseresistant
penicillin dengan gentamisin.

a. Golongan penicillin
- Procain penicillin 50.000 IU/kgBB/hari im, dibagi dua
dosis
- Ampicillin 4-6 x 1 gram/hari iv selama 7-10 hari
b. Golongan penicillinaseresistant penicillin
- Kloksasilin (Cloxacillin Orbenin) 41 gram/hari iv selama
7-10 hari sering dikombinasikan dengan ampisilin), dalam
hal ini masing-masing dosis obat diturunkan setengahnya,
atau menggunakan preparat kombinasi yang sudah ada
(Ampiclox 4 x 1 gram/hari iv).
- Metisilin 4-6 x 1 gram/hari iv selama 7-14 hari.
c. Gentamycin
Garamycin, 5 mg/kgBB/hari dibagi tiga dosis im selama 7
hari, hati-hati terhadap efek nefrotoksiknya.
3. Fokus infeksi awal harus dieliminasi
Hilangkan benda asing. Salurkan eksudat purulen, khususnya
untuk infeksi anaerobik. Angkat organ yang terinfeksi, hilangkan atau
potong jaringan yang gangren.

4. Pemberian nutrisi yang adekuat

Pemberian nutrisi merupakan terapi tambahan yang sangat


penting berupa makro dan mikronutrient. Makronutrient terdiri dari
omega-3 dan golongan nukluetida yaitu glutamin sedangkan
mikronutrient berupa vitamin dan trace element.

Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid masih banyak kontroversial, ada yang menggunakan
pada awal terjadinya sepsis, ada yang menggunakan terapi steroid sesuai dengan
kebutuhan dan kekurangan yang ada didalam darah dengan memeriksa kadar steroid pada
saat itu (pengobatan suplementasi). Peggunaan steroid ada yang menganjurkan setelah
terjadi septic shock. Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan adalah dengan low
doses corticosteroid >300 mg hydrocortisone / hari dalam keadaan septic shock.
Penggunaan high dose corticosteroid tidak efektif sama sekali pada keadaan sepsis dan
septic shock.

Glukosa kontrol

Pada penderita sepsis sering terjadi peningkatan gula darah yang tidak mengalami
dan yang mengalami diabetes melitus. Sebaiknya kadar gula darah dipertahankan sampai
dengan <150 mg/ dL. Dengan melakukan monitoring pada gula darah setiap 1-2 jam dan
dipertahankan minimal sampai dengan 4 hari.

Mencegah terjadinya stress ulcer dapat diberikan profilaksis dengan


menggunakan H2 broker protonpan inhibitor.

Apabila terjadi kesulitan pernafasan penderita memerlukan ventilator dimana


tersedia di ICU.

Pencegahan

Hindarkan trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri Gram-
negatif
Gunakan trimetoprim-sulfametoksazol secara profilaktik pada anak penderita
leukimia
Gunakan nitrat perak tipikal, sulfadiazin perak, atau sulfamilon secara profilaktik
pada pasien luka bakar
Berikan semprotan (spray) polimiksin pada faring posterior untuk mencegah
pneumonia Gram-negatif nosokomial
Strerilisasi flora aerobik lambung dengan polimiksin dan gentamisin dengan
vankomisin dan nistatin efektif dalam mengurangi sepsis Gram-negatif pada
pasien neutropenia
Lingkungan yang protektif bagi pasien beresiko kurang berhasil karena sebagian
besar infeksi berasal dari dalam (endogen)
Untuk melindungi neonatus dari sepsis strep Grup B ambil apusan (swab)
vagina/rektum pada kehamilan 35-37 minggu. Biakkan untuk Streptococcus
agalactiae (penyebab utama sepsis pada neonatus). Jika positif untuk Strep Grup
B, berikan penisilin intrapartum pada ibu hamil. Hal ini akan menurunkan infeksi
Grup B sebesar 78%.

Daftar Pustaka

Chen K dan Pohan H.T. 2009. Penatalaksanaan Syok Septik dalam Sudoyo, Aru W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Hermawan A.G. 2009. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus.
Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Purwadianto A dan Sampurna B. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi. Jakarta: Bina
Aksara.
Medison I, Yanny FF, dkk. 2012. Penuntun Skills Lab Gangguan Respirasi Blok 3:
Respirasi Edisi ke-6. Padang: Universitas Andalas
Hidayat, A.A.A. dan Uliyah Musrifatul. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Surabaya: Health Book Publishing
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Jilid II. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai