Anda di halaman 1dari 1

Hasil

Menurut kerangka dari rangkuman tersebut, hasil dilaporkan kedalam 3 bagian, yaitu: (1)
pengetahuan tentang fungsi kulit dan DKI (dermatitis kontak iritan), (2) keterampilan untuk
memantau DKI pada tenaga kesehatan (3) panduan, praktik dan kebijakan bagi tenaga
kesehatan dalam menyikapi isu - isu terkait DKI.

Pengetahuan tentang fungsi kulit dan DKI

Bagian dari rangkuman ini dibuat dengan tujuan menyediakan gambaran umum dari fisiologi
kulit. Kulit memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai pelindung (contohnya menghalangi
dari kehilangan air, paparan iritan, cahaya) dan untuk mengendalikan infeksi, sensasi,
penyokong struktur kulit, dan regulasi suhu. Lapisan terluar, disebut stratum korneum
menyediakan perlindungan secara fisik, mekanik dan imunologi dari paparan lingkungan.
Epidermis yang aktif terus berproliferasi dan mengisi ruang pelindung. Sel yang hidup
melepaskan kandungannya untuk membentuk lapisan lemak yang tersusun diantara sel-sel
yang berbentuk pipih atau rata. Dalam proses ini sel tersebut berpindah dari lapisan bawah
menuju ke atas dan lepas dari permukaan kulit melalui proses deskuamasi (pengelupasan).
rangkaian proses ini telah terprogram secara baik melalui proses mekanisme persinyalan
untuk membentuk struktur yang yang sangat tipis dan kuat yang menyerupai susunan "batu
bata dan mortir. Dibutuhkan kekuatan yang besar untuk menghancurkan susunan ini. Sel
Langerhans (antigen-presenting cells) berada pada lapisan yang aktif (epidermis). Sel tersebut
adalah bagian dari sistem imun yang melindungi organisme ketika stratum korneum rusak.
Stratum korneum melindungi sel Langerhans dari paparan lingkungan secara langsung,
sehingga memiliki fungsi yang penting dalam mengontrol infeksi. Ketiga kajian tersebut
mendukung pentingnya kulit sebagai pelindung dan pentingnya menjaga kulit tetap intak.
Menjaga kulit agar tetap normal sehat dan intak (utuh) penting untuk perlindungan maksimal
baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan. Komplek kompresor tangan kronis memiliki
implikasi yang signifikan terhadap pengendalian infeksi. Kulit yang rusak lebih rentan terjadi
penetrasi agen iritan lingkungan, termasuk mikroorganisme. Seiring bertambahnya kerusakan
kulit, jumlah bakteri total yang ada di tangan juga lebih tinggi.10 Tangan yang teriritasi jauh
lebih signifikan membentuk unit koloni daripada tangan yang tidak teriritasi.11 Frekuensi
kolonisasi dengan S hominis, S aureus, bakteri gram negatif, enterococci, dan Candida lebih
tinggi pada perawat dengan kulit tangan yang rusak.12 Kulit tangan yang rusak pada petugas
kesehatan berhubungan dengan peningkatan frekuensi S Aureus, bakteri Gram negatif, dan
ragi.

Anda mungkin juga menyukai