ABSTRAK:
Penelititan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran BIPA pada program CLS
tahun 2012 yang terangkum dalam perencanaan, pelaksanaan, dan problematik
pembelajaran BIPA program CLS Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif.
Dari hasil analisis data penelitian, diperoleh hasil yang mengidentifikasikan penggunaan
pendekatan komunikatif dalam setiap perumusan aspek perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Pada aspek problematik ditemukan problem yang bersifat kebahasaan,
nonkebahasaan, dan problem pengelolaan. Solusi dalam mengatasi problem tersebut
adalah dengan melibatkan para ahli.
Kata Kunci: Pembelajaran BIPA, program Critical Language Scholarship (CLS)
ABSTRACT:
This research aimed to describe the planning, implementating of learning, and also
problems of BIPA on CLS 2012 programme at Letter Faculty, Malang State University.
The research is designed by descriptive-qualitative research. From the analysis of the
data, there was identified a communicative approach using in every aspect of planning
formulation and implementation of instructional design. It was also found many problems
about linguistics, nonlinguistics, and management. The problem solving is to involve the
expert.
Key Word: BIPA learning, CLS programme
BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) adalah istilah untuk program
pembelajaran bahasa Indonesia yang dikhususkan untuk warga negara asing.
Program BIPA menjadi populer dan semakin diminati sejak terbukanya
perdagangan bebas. Akan tetapi, hingga kini masih ditemukan perbedaan
pendapat tentang cara mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing secara
efektif, baik yang berkaitan dengan alat-alat untuk mencapai tujuan, materi yang
semestinya diajarkan, maupun metode pengajarannya (Wojowasito, 1976:1).
Sebab dalam praktiknya banyak ditemukan variasi strategi pembelajaran bahasa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa mengajarkan bahasa asing (termasuk bahasa
Indonesia) tidak sederhana dan memerlukan banyak pertimbangan.
Di Indonesia, program BIPA telah diselenggarakan di hampir semua
perguruan tinggi ternama baik negeri maupun swasta. Sedangkan menurut data
dari Pusat Bahasa di Jakarta, program pembelajaran BIPA telah diselenggarakan
oleh sekitar 46 negara di seluruh dunia, baik di lembaga perguruan tinggi maupun
di kedutaan besar dan konsulat jenderal RI di berbagai negara. Sebagaimana
beberapa informasi yang terangkum dari sejumlah fakta mengenai keadaan dan
perwujudan pembelajaran BIPA, lahirnya BIPA merupakan sejarah
perkembangan bahasa Indonesia yang perlu diabadikan terutama dalam penelitian.
1)
Rifca Farih Azizah adalah mahasiswa Sastra Indonesia Program Studi S1 Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 2009
2)
Widodo Hs. adalah dosen Bahasa Indonesia Fakultas Sastra UM
3)
Ida Lestari adalah dosen Bahasa Indonesia Fakultas Sastra UM
1
2
HASIL
Hasil penelitian meliputi deskripsi mengenai program CLS 2012 secara
umum dan deskripsi singkat tentang (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3)
problematika yang terjadi selama kegiatan program berlangsung. Berikut ini
gambaran umum identitas program CLS 2012.
PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Analisis Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing Program Critical Language Scholarship di Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang Tahun 2012
Berdasarkan sepuluh data temuan program, hanya tujuh aspek yang akan
dibahas dalam deskripsi hasil analisis. Ketujuh aspek tersebut adalah (1) rumusan
tujuan pembelajaran, (2) susunan lembaga pengelola, (3) susunan materi, (4)
desain silabus, (5) tenaga pengajar, (6) media pembelajaran, dan (7) evaluasi.
Pertama, rumusan tujuan dalam perencanaan program yang meliputi
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum secara eksplisit mengacu pada tujuan
pendekatan komunikatif, yakni ketercapaian kompetensi komunikatif berbahasa
Indonesia pebelajar. Tujuan umum program tidak tertulis secara eksplisit dalam
silabus atau identitas program, melainkan terimplementasi dalam pelaksanaan
program. Secara khusus, tujuan pembelajaran tertulis dalam silabus dengan
memperhatikan aspek perilaku yang mengacu pada penerapan tindak-tindak
komunikatif. Misalnya pada awal pertemuan, tujuan khusus menuntut pebelajar
dapat memperkenalkan diri, menelepon dan mengirim pesan singkat/sms, dll.
Ditinjau dari aspek isi yang harus dikuasai, tujuan khusus telah sejalan dengan
aspek perilaku yang dituntut dan mengarah pada penguasaan dan penggunaan
bahasa sesuai dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Tujuan khusus
telah dirancang agar ekuivalen dengan kebutuhan pebelajar pada permulaan,
pertengahan, dan akhir program.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
rumusan tujuan umum pembelajaran (TUP) tidak tercantum dalam silabus, namun
terimplementasi dalam penggunaan pendekatan dan rumusan tujuan khusus
pembelajaran (TKP). TKP yang disusun dalam perencanaan pembelajaran BIPA
untuk program CLS 2012 tercantum dalam silabus dan menunjukkan penerapan
prinsip pendekatan komunikatif.
Kedua, pada susunan lembaga pengelola, divisi-divisi yang terpilah cukup
spesifik untuk melayani kebutuhan program dikategorikan telah sesuai dengan
aspek instruksional pembelajaran BIPA, yaitu menganalisis kebutuhan dan
kesulitan pebelajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Suyitno, 2004:5).
Adanya divisi yang mengurusi masalah rumah tinggal untuk pebelajar
memperlihatkan bahwa lembaga pengelola telah mengarahkan pendekatan
komunikatif pada penciptaan pengalaman belajar (Suyono dan Basuki, 1995:6)
bagi para pebelajar CLS 2012. Divisi tersebut menempatkan para pebelajar
tinggal bersama dengan penutur asli bahasa Indonesia (home stay) untuk
meningkatkan intensitas pencelupan. Hal tersebut bertujuan menciptakan
suasana berbahasa secara alamiah dan memungkinkan bahasa Indonesia penutur
asli dipelajari setiap hari, serta meminimalisasi kegiatan berkumpul dan berbicara
dengan bahasa ibu pebelajar. Divisi Koordinator Akademik yang membawahi tiga
divisi lainnya yaitu Kurikulum dan Materi Pembelajaran Bahasa di Kelas,
Koordinator Tutor, dan Penanggung Jawab Kelas Pilihan menunjukkan bahwa
aktivitas pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara terus menerus (intensif)
baik di kelas formal kebahasaan, di luar kelas bersama para tutor, dan di kelas
pilihan. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik pendekatan komunikatif yang
diungkapkan Brown (2005:265) bahwa teknik-teknik pengajaran dirancang untuk
melibatkan para pebelajar dalam penggunaan pragmatik, otentik, dan fungsional
7
bahasa untuk tujuan bermakna dan juga pewujudan kefasihan dan akurasi dalam
berkomunikasi seperti penutur asli. Dengan demikian susunan organisasi
penyelenggara dirumuskan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
pendekatan yang dipakai dalam program yakni pendekatan komunikatif.
Ketiga, pada susunan materi ajar, teridentifikasi adanya penerapan
pendekatan komunikatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan penyesuaian materi
dengan kebutuhan berbahasa pebelajar, sehingga layak terap (applicable),
pemberian konteks pada setiap kegiatan, dan pemberian sampel terkait dengan
norma kesopanan bertutur yang memperhatikan tata krama tutur bahasa Indonesia
(Oka, 1987:133). Pada contoh-contoh materi yang disajikan, terdapat kalimat
yang berisi prosedur atau cara-cara yang mengacu pada kalimat utamanya, yaitu
memperkenalkan diri dan keluarga. Materi tersebut diambil dari kondisi faktual di
lapangan, di mana para pebelajar pada minggu pertama perlu mengembangkan
interaksi dengan lingkungan barunya yang diawali dengan memperkenalkan diri.
Materi tersebut applicable (dapat langsung dipraktikkan) dan bersifat trainable
(mudah dilatihkan). Kalimat-kalimat yang disajikan tidak lepas dari konteks,
misalnya cara memperkenalkan diri selalu disertai dengan konteks tempat seperti
di kampus, di kos, di rumah makan, dan di acara resmi. Kemudian konteks situasi
seperti memperkenalkan orang lain, keluarga, dan teman.
Pada contoh lain, penggunaan tata bahasa imbuhan meN- diberi
keterangan penggunaannya dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan konteks
ruangan. Acuan materi tersebut dapat menumbuhkan kreativitas kebahasaan
pebelajar karena pebelajar akan mencari variasi lain imbuhan MeN- dalam
berbagai penggunaan. Di samping itu, materi tersebut mengajak pebelajar berpikir
logis untuk menyesuaikan penggunaan kata kerja yang berimbuhan MeN-.
Rancangan materi dinyatakan mampu mengembangkan pemahaman bahasa
Indonesia melalui bentuk-bentuk dialog yang situasional-kontekstual. Dengan
demikian, materi yang diajarkan tidak melulu materi mengenai bahasa, tetapi juga
materi tentang budaya yang melingkupi bahasa Indonesia. Materi-materi telah
ditata berdasarkan unit-unit satuan yang komunikatif secara terintegrasi sehingga
diberi label materi integrasi dengan memperhatikan sifat trainable, faktual, dan
mampu mengembangkan kompetensi pebelajar.
Keempat, desain silabus yang dirancang dalam perencanaan, telah
mencakup aspek-aspek yang sesuai dengan sifat-sifat silabus menurut Ur (1969
dalam Usman, 2002) meski kurang sempurna. Silabus merupakan daftar yang
bersifat menyeluruh, berisi butir-butir isi (struktur, kosakata, dan topik) maupun
proses (tugas dan metode) yang disusun dengan tujuan jelas, menunjukkan jadwal,
metode yang disarankan, dan merupakan dokumen masyarakat. Kekurangan
dalam desain silabus program ini adalah tidak tercantumnya identitas, metode,
bentuk evaluasi, dan sumber/bahan ajar. Hasil analisis menunjukkan bentuk
rancangan silabus menggabungkan bentuk lesson plan dengan silabus sehingga
tercipta desain silabus CLS 2012 dengan sembilan kolom. Sembilan kolom
tersebut telah mencakup butir-butir isi yang meliputi topik dan materi, dan juga
proses pelaksanaan yang terakomodasi dalam kolom aktivitas. Silabus telah
mencantumkan tujuan dan waktu yang yang jelas, tetapi tidak mencantumkan
metode yang disarankan dalam aktivitas. Penggunaan pendekatan komunikatif
dalam desain silabus menjadikan kegiatan/aktivitas ditekankan pada
pengembangan keterampilan berkomunikasi. Akan tetapi, metode yang digunakan
8
menjadi evaluasi yang tidak hanya berkutat pada bentuk-bentuk linguistik, akan
tetapi, menurut Sadtono (1987), juga aturan-aturan sosialnya, yakni pengetahuan
tentang kapan, bagaimana, dan kepada siapa bentuk-bentuk tersebut diapakai
(dalam Priyatni, 1992:67). Dengan evaluasi berupa dialog dan bermain peran,
dapat diukur kefasihan dan akurasi dalam berbahasa disamping mendorong
pebelajar aktif berkomunikasi secara produktif dan reseptif setiap hari. Oleh
karena itu, kegiatan evaluasi proses terjadi setiap hari. Bentuk evaluasi akhir
berupa presentasi hasil penelitian mini di hadapan seluruh elemen program.
Kegiatan ini dinyatakan sebagai bentuk evaluasi hasil belajar karena menuntut
pebelajar untuk memperlihatkan hasil belajarnya selama program. Berdasarkan
hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang diterapkan telah
memenuhi kriteria evaluasi proses dan evaluasi hasil serta menerapkan prinsip-
prinsip pendekatan komunikatif.
tercantum dalam format tutorial dapat bersumber dari pengamatan tutor tentang
kemajuan pelafalan, meningkatnya kosa kata, aksen Indonesia, dan tata bahasa
Indonesia pebelajar. Data juga dapat pula berasal dari pengakuan pebelajar
mengenai problematik yang sedang dihdapinya saat itu. Data yang diperoleh dari
pengakuan pebelajar akan menjadi nilai tambah karena ungkapan verbal pebelajar
saat bercerita menunjukkan kemampuan oral pebelajar tersebut dalam berbahasa.
Dengan demikian, simpulan yang dapat diambil adalah pelaksanaan pembelajaran
BIPA program CLS 2012 baik dalam kelas maupun luar kelas menerapkan
prinsip-prinsip pendekatan komunikatif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat
diberikan adalah pertama, saran kepada penyelenggara BIPA FS UM.
Penyelenggara lebih baik melibatkan pakar dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran BIPA seperti ahli silabus bahasa, ahli media, dan juga psikolog
disamping ahli BIPA. Perencanaan yang matang sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Perencanaan perlu mempertimbangkan semua
aspek pendukung keberhasilan program dan memprediksi kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kendala beserta solusinya. Kedua, saran kepada pengajar.
Para pengajar disarankan memiliki persiapan sebelum terjun dalam pembelajaran,
terutama dalam hal membelajarkan bahasa Indonesia, menciptakan metode dan
teknik baru yang tidak membosankan, CCU, dan pengetahuan lain terkait bahasa
dan budaya Indonesia. Hal-hal tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang
ketercapaian tujuan akhir program. Adanya pengetahuan tentang hakikat
pendekatan komunikatif akan membantu pencapaian tujuan program lebih cepat
dan meminimalisasi problem-problem yang mungkin muncul selama kegiatan.
DAFTAR RUJUKAN