Farmasi
Farmasi
NIM : 150341600791
Offering : A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Resume Bioteknologi
Bioteknologi di bidang Farmasi
d. Vaksin Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus. Virus terdiri atas selubung
protein dan DNA-nya. Jika bagian selubung protein ini dimasukkan dalam tubuh manusia,
maka tubuh akan membentuk antibodi sehingga tubuh dapat menangkal virus yang masuk.
Saat ini sudah berhasil diisolasi gen yang menghasilkan selubung protein tanpa menghasilkan
DNA-nya. Caranya hampir sama dengan pembuatan insulin, yaitu gen tersebut dimasukkan
ke dalam sel ragi Saccharomyces sehingga sel ragi ini akan menghasilkan protein virus yang
tidak berbahaya bagi tubuh kita. Jika protein tersebut disuntikkan ke dalam tubuh, maka
tubuh akan memproduksi antibodi, akibatnya orang yang disuntik akan kebal dari serangan
virus hepatitis (Sindumarta, 1983).
e. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan untuk
memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan
(genetik) yang terjadi karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik.
Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal
yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian berkembang
untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain
memasukkan gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat
digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal
dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen, dan
melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal kembali.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk memasukkan gen baru ke
dalam sel.
1. Terapi Gen Ex Vivo
Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti kulit, system hemopoietik, hati ) atau jaringan
tumor dapat diambil dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama
pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit itu. Kemudian diikuti
dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel
penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan tidak ada respon imun yang
merugikan setelah infuse atau transplantasi. Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan
pada uji klinis, kebanyakan menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke
dalam sel penerima.
2. Terapi Gen In Vivo
Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab pembiakan
sel target dan retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi gen somatic,
dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain dengan memberikan gen
tertentu baik secara lokal maupun sistemik. Penggunaan vector retrovirus memerlukan
kondisi sel target yang sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak
jaringan yang merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan tidak
membelah. Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system vector virus
maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat bervariasi
seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. Sistem penghantar gen in vivo yang ideal adalah
efisiensi tinggi masuknya gen terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti sel
dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun ada perubahan
kondisi
Terapi gen dapat dilakukan pada gen sel somatic maupun embrional, berikut penjelasannya.
1. Terapi gen pada sel somatic
Terapi gen pada sel somatis (somatic gene therapy) yaitu usaha mereparasi gen karena
cacat bawaan dengan cara menyisipkan gene normal ke organisme penderita, sebagai contoh
kelainan metabolisme. Langkah-langkah terapi gen sebagai berikut: sel sumsum tulang
(bone marrow) atau sel kulit diekstrasi (dikeluarkan) dari tubuh pasien kemudian dipelihara
dalam medium kultur untuk perbanyakan. Kemudian disisipkan gen normal ke dalam DNA
sel tadi dengan rekayasa gen ini diharapkan dapat menyebabkan perubahan genotipe sel
yang semula cacat. Transgenesis untuk mengembalikan rDNA tubuh pasien yang menderita
cacat bawaan. Terapi gene sel somatik dari sudut pandang sosial masih menimbulkan
masalah pro dan kontra. Masih dipertimbangkan dengan alasan karena risiko dan keamanan.
2. Terapi Gen pada sel embrional
Terapi gen pada sel (Germ line gene therapy) yaitu usaha mereparasi gen karena cacat
bawaan, sebagai contoh kelainan metabolisme. Langkah-langkah terapi gen sebagai berikut:
misalnya sumsum tulang (bone marrow) atau sel kulit diambil kemudian keduanya
dipelihara dalam medium kultur vektor ke dalam sel hospes dengan menggunakan metode
mikroinjeksi DNA ke sel telur terbuahi diikuti dengan implantasi sel telur termanipulasi ke
induk titipan yang telah dipersiapkan. Pada tikus dengan induksi dapat diperoleh 40 buah
ova, namun sel telur yang dapat dibuahi sekitar 20 buah. 2 pl buffer yang mengandung klon
plasmid DNA diinjeksikan ke salah satu dari pronukleus sel telur terbuahi. Ada 2 buah
pronukleus dari jantan dan betina, pronukleus jantan lebih besar sehingga dipilih untuk
diinjeksi. Pronuklei mengalami fusi kemudian terbentuklah zygote diploid. Embryo
ditumbuhkan pada medium in vitro, sampai pembelahan sel tertentu. Kemudian
diimplantasikan ke induk titipan. Antara 3 10 % hewan yang berkembang mengandung
kopi dari DNA eksogen yang bersatu dengan kromosomnya
Pertanyaan
1. Apakah antibiotik yang di produksi dalam bioteknologi farmasi dapat menyebabkan
alergi?
Jawab: Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang.
Beberapa jenis obat termasuk obat yang dijual bebas ataupun resep dokter bisa berpotensi
menimbulkan alergi terhadap orang yang sensitif terhadap obat tersebut. Alergi obat terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru mengidentifikasi obat seolah-olah obat
tersebut merupakan zat berbahaya. Senyawa kimia histamin yang dilepaskan
menyebabkan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan reaksi alergi. Alergi obat
antibiotik yang sering disebabkan oleh penisilin, antibiotik terkait erat dengan penisilin
dan antibiotik yang mengandung sulfonamid (Alergi sulfa). Antibiotik juga dapat
menyebabkan reaksi nonallergic (reaski obat bukan alergi) seperti mual atau diare.