Pembimbing :
dr. Desrinawati, Sp.A
Disusun oleh :
Hendy Masjayanto
(406121001)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena karunia dan
berkatNya sehingga presentasi kasus yang berjudul Gizi Buruk dan TBC ini dapat
diselesaikan. Kasus ini diajukan sebagai bagian dari kegiatan kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Anak di RSPI DR Sulianti Saroso.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
- dr.Desrinawati, Sp.A,sebagai pembimbing
- dr. Sri Sulastri, Sp.A
- dr. Rismali Agus, Sp.A
- Dr. dr. I Made Setiawan, Sp.A
- dr. Dewi Murniati, Sp.A
- dr. Dyani Kusumowardhani, Sp.A
- dr. Ernie Setyawati, Sp.A
Adapun presentasi kasus ini berisi mengenai pemahaman dan analisis kasusnya
tentang gizi buruk dan TBC. Kasus TBC dan gizi buruk merupakan salah satu kasus yang
cukup sering ditemui dan penting diketahui setiap langkah penanganan oleh seorang dokter
umum.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan presentasi kasus ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga presentasi kasus ini berguna bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat
gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.Malnutrisi dapat disebabkan oleh
kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan
penggunaan zat gizi dalam tubuh.Selain itu, malnutrisi bisa disebabkan apabila asupan kalori
yang berlebih dari kebutuhan harian, dan mengakibatkan penyimpangan energi dalam bentuk
bertambahnya jaringan adiposa. Masalah nutrisi yang terjadi pada anak antara lain malnutrisi
kurang energi protein (kwashiorkor, marasmus, marasmik-kwashiorkor), malnutrisi vitamin,
mineral, dan obesitas.
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang sudah sangat tua,bahkan lebih tua dari
sejarah manusia.Sepanjang dasawarsa terakhir jumlah kasus TB di seluruh dunia
meningkat,95 % di negara berkembang.Di Indonesia ,TB juga merupakan salah satu masalah
utama.Secara global ,Indonesia menduduki peringkat ke 3 sebagai penyumbang kasus
terbanyak.
Tuberkulosis anak mempunyai permasalahn khusus yang berbeda dengan orang dewasa.Pada
TB anak permasalahan yang dihadapi adalah masalah diagnosis,pengobatan dan
pencegahan.Gejala pada anak seringkali tidak khas.Oleh karena sulit mendiagnosis TB pada
anak,sering terjadi overdiagnosis yang diikuti oleh overtreatment atau underdiagnosis yang
diikuti oleh undertreatment.
Oleh karena itu penulis ingin membahas tentang gizi buruk dan TBC agar kita dapat lebih memahami
tentang patologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi serta pencegahan.
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO
IDENTITAS MAHASISWA
Nama Lengkap : Hendy Masjayanto
NIM :406121001
Periode : 16 Februari 2014 25 April 2014
Pembimbing :dr. Desrinawati, Sp.A
Topik : Gizi buruk
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : An. Kasyi Fatunnajah
Agama : Islam
Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak mengalami gangguan atau
kelainan selama proses kehamilan.
Keadaan bayi
Berat badan lahir : Sekitar 2400 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Lingkar kepala : Tidak tahu
Langsung menangis : Iya
Nilai APGAR : Tidak tahu
Kelainan bawaan : Tidak ada
Riwayat Imunisasi
BCG : (-)
Hepatitis B : (-)
DPT : (-)
Polio : (-)
Campak : (-)
Ibu pasien tidak pernah menimbang berat badan dan mengukur panjang badan pasien sendiri
ataupun di Puskesmas.
Riwayat Perkembangan
ANAMNESIS
Tanggal masuk rumah sakit : 6 Maret 2014
Pasien datang ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso dengan keluhan utama
demam sejak 7 yang lalu, tidak terlalu tinggi, naik turun namun tidak pernah mencapai
suhu normal. Demam saat siang sama dengan malam, namun ibu penderita tidak mengukur
suhu tubuh penderita. Demam agak menurun bila diberikan obat turun panas namun selalu
dirasakan meningkat lagi setelah beberapa jam. Demam tidak disertai kejang maupun
penurunan kesadaran. Keringat malam (+).Keluhan demam ini sebelumnya didahului oleh
adanya batuk.
Pasien juga mengalami batuk berdahak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
.Kadang-kadang dahak dapat keluar berwarna putih kental,tanpa darah .Pasien juga
mengalami pilek 5 hari sebelum masuk rumah sakit ,mengeluarkan sekret putih
,encer,tanpa darah . Terdapat riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk lama
/ berdarah. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat adanya orang yang sering
merokok di rumah ada, yaitu ayah penderita.
Pasien juga merasakan mual, disertai dengan muntah sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit . Muntah berisi makanan yang dimakan kadang-kadang berisi dahak. Frekuensi
muntah + 6 kali dalam sehari, jumlahnya menurut ibu pasien sedikit . Pasien juga mengalami
mencret sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, dengan konsistensi cair lebih banyak dari
ampas, tidak berlendir dan darah. Dengan frekuensi 4 x/ hari, jumlahnya 4 sendok
makan.
Ibu pasien mengaku bahwa BAK lancar, kurang lebih 3-4 kali sehari, warna kuning
jernih, tidak ada darah, tidak tampak nyeri saat buang air kecil.
Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan Amoxycillin, Paracetamol dan obat
puyer untuk keluhan batuk.Nafsu makan tidak ada sejak sakit .
Pada usia 7 bulan pasien mengalami kejang saat demam tinggi pada seluruh tubuh,
kejang tonik, kejang terjadi 1 kali, kejang berlangsung sekitar 1 menit, sehabis kejang pasien
menangis. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
Pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara. Ayah pasien berumur 43 tahun,
bekerja sebagai wiraswasta. Ibu pasien berumur 34 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Ayah dan ibu pasien sehat. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita asma, tidak ada
yang menderita darah tinggi, tidak ada yang menderita kencing manis. Sepupu pasien
mendapatkan terapi OAT.
Ibu memeriksakan kehamilannya pada dokter dan kontrol teratur selama kehamilan. Selama
kehamilan ibu tidak pernah minum obat selain dari dokter, yaitu vitamin. Riwayat
mengkonsumsi obat-obatan / jamu selain dari dokter selama hamil maupun saat bersalin tidak
ada. Riwayat sakit selama kehamilan tidak ada. Penderita lahir pada tanggal 7 mei 2012, anak
keempat dari 4 bersaudara, dari seorang ibu G4P4A0 ( karena jarak terlalu dekat ).
Kelahiran :
Keadaan bayi :
Langsung menangis
Tidak biru/kuning/kejang
Riwayat Pertumbuhan:
Ibu pasien tidak pernah menimbang berat badan dan mengukur panjang badan pasien
sendiri ataupun di Puskesmas.
RIWAYAT MAKANAN
2-4
4-6
6-8
8-10
10-12
Ibu pasien mengatakan penghasilan ayah pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari keluarga. Pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara, tinggal bersama kedua
orang tua. Tempat tinggal dikatakan cukup bersih namun ventilasi ruangan kurang baik dan
lingkungan perumahan yang berdempetan.
PEMERIKSAAN FISIS
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 110 x/menit, pada arteri radialis, teraba kuat dan teratur
Pernafasan : 38 x/menit, tipe abdominal-thorakal
Suhu : 37,8 oC, pada axila kanan
Berat badan : 5,1 kg (saat pasien pertama masuk R.S.)
Tinggi badan : 74 cm
LILA : 103 mm
Keadaan gizi : Buruk
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala : Bentuk normal, ukuran normal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut, kulit kepala terdapat papul eritematosa,pustul berisi
nanah berwarna kuning berbatas tegas ,multipel.
Mata : Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik. Pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, Reflek cahaya +/+.
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/-, serumen tidak tampak, tidak
ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri tarik aurikuler.
Hidung : bentuk normal, simetris, sekret (+/+) : serous, bening, darah (-/-)
Mulut : Mukosa bibir basah,tidak tampak sianosis, lidah kotor (-), faring tidak
hiperemis,tonsil T1-T1 tidak hiperemis
Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, limfadenitis colli
(+),diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-), tidak panas saat
perabaan.
Dinding Thorax : Bentuk normal, tidak ada retraksi otot-otot interkostalis, supraclavicula,
subcostal.
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba pembesaran, ballotemen (-), tidak ada
nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, normal
Turgor kulit : Jelek
Ektremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, terdapat edema pada telapak kaki kanan dan
kiri,tonus otot kurang
Tulang belakang : bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Hb 11 10 13 g/dL
Ht 32 33 43 %
MCV 85 74 102 fL
MCH 28 23 31 pq
MCHC 33 26 34 g/dL
LED 70 0 20 mm
HITUNG JENIS
Basofil 0 01
Eosinofil 1 15
Batang 2 3 6
Segmen 63 2560
Limfosit 29 2550
Monosit 5 16
Hilus menebal
Kesan : TB paru
RESUME
Dari Anamnesa
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 1 tahun 9 bulan secara autoanamnesis dan
alloanamnesis pada tanggal 6 Maret 2014 pukul 10.00, dengan keluhan saat ini berupa:
Pasien datang ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso dengan keluhan utama
demam sejak 7 yang lalu, tidak terlalu tinggi, naik turun namun tidak pernah mencapai
suhu normal. Demam saat siang sama dengan malam, namun ibu penderita tidak mengukur
suhu tubuh penderita. Demam agak menurun bila diberikan obat turun panas namun selalu
dirasakan meningkat lagi setelah beberapa jam. Demam tidak disertai kejang maupun
penurunan kesadaran. Keringat malam (+).Keluhan demam ini sebelumnya didahului oleh
adanya batuk.
Pasien juga mengalami batuk berdahak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
.Kadang-kadang dahak dapat keluar berwarna putih kental,tanpa darah .Pasien juga
mengalami pilek 5 hari sebelum masuk rumah sakit ,mengeluarkan sekret putih
,encer,tanpa darah . Terdapat Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk
lama / berdarah. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat adanya orang yang
sering merokok di rumah ada, yaitu ayah penderita.
Pasien juga merasakan mual, disertai dengan muntah sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit . Muntah berisi makanan yang dimakan kadang-kadang berisi dahak. Frekuensi
muntah + 6 kali dalam sehari, jumlahnya menurut ibu pasien sedikit . Pasien juga mengalami
mencret sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, dengan konsistensi cair lebih banyak dari
ampas, tidak berlendir dan darah. Dengan frekuensi 4 x/ hari, jumlahnya 4 sendok
makan.
Ibu pasien mengaku bahwa BAK lancar, kurang lebih 3-4 kali sehari, warna kuning
jernih, tidak ada darah, tidak tampak nyeri saat buang air kecil.
Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan Amoxycillin, Paracetamol dan obat
puyer untuk keluhan batuk.Napsu makan tidak ada.
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 110 x/menit, pada arteri radialis, teraba kuat dan teratur
Pernafasan : 38 x/menit, tipe abdominal-thorakal
Suhu : 37,8 oC, pada axila kanan
Berat badan : 5,1 kg (saat pasien pertama masuk R.S.)
Tinggi badan : 74 cm
LILA : 103 mm
Keadaan gizi : Buruk
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik leher didapat limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (-), tidak panas saat perabaan.Pada hidung terdapat sekret (+/+) : serous,
bening, darah (-/-),Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema , Paru-paru pada auskultasi
Ronkhi +/+, turgor kulit jelek, lemak subcutis kurang,tonus otot kurang,dan terdapat edema
pada telapak kaki kanan dan kiri.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan Darah Lengkap didapatkan nilai LED 70 mm.
Pada foto thorax terlihat Infiltrat perihilar,paracardial kanan dan kiri,hilus menebal ,corakan
bronchovascular kasar
SCORING TB = 8
Uji Tuberkulin =0
Demam 2 minggu =0
Batuk 3 minggu =1
DIAGNOSIS KERJA:
TB paru
Gizi buruk
DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Tirah baring
Makan makanan bergizi
Minum obat secara teratur jangan sampai putus OAT.
Edukasi kepada orang tua untuk memantau dan meminumkan OAT setiap hari.
Diet TKTP
Medikamentosa :
PROGNOSA
TB paru
Gizi Buruk
-Muntah + hari ke 6 berisi makanan yang dimakan kadang-kadang berisi air + dahak.
Frekuensi muntah + 3 kali dalam sehari, jumlahnya + gelas aqua, ,napsu makan
kurang
-BAB mencret hari ke 6, dengan konsistensi cair lebih banyak dari ampas, tidak berlendir
dan darah. Dengan frekuensi 4 x/ hari, jumlahnya 3 sendok makan.
-BAK lancar, kurang lebih 3-5 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada darah, tidak
tampak nyeri saat buang air kecil.
Leher : limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan
(-), tidak panas saat perabaan.
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba pembesaran, ballotemen (-), tidak ada
nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Turgor kulit : Jelek
A : Gizi buruk
P:
IVFD RL 7 tpm(makro)
Lacto B 2x1
Cotri 2x cth
Vitamin A 3x 30.000 selama 2 hari
Ambroxol 3 x 1/3 cth
8 maret 2014
Hari rawat ke 3
-Muntah + hari ke 7 berisi makanan yang dimakan kadang-kadang berisi air + dahak.
Frekuensi muntah + 2 kali dalam sehari, jumlahnya + gelas aqua, ,napsu makan kurang
-BAB normal, dengan konsistensi ampas lebih banyak dari cair, tidak berlendir dan darah.
Dengan frekuensi 5 x/ hari, jumlahnya 3-4 sendok makan.
-BAK lancar, kurang lebih 3-4 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada darah, tidak
tampak nyeri saat buang air kecil.
Kesadaran : somnolen
Suhu : 36 C
Nadi : 88 x / menit
RR : 36x / menit
BB :5,81 kg
Pemeriksaan fisik :
Kepala : Normocephal
Mata : CA-/-, SI -/-, Isokor RC +/+ , Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema
Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-), faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
Leher : limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-),
tidak panas saat perabaan.
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba pembesaran, ballotemen (-), tidak ada
nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ektremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, terdapat edema pada telapak kaki kanan dan kiri.
Hb 11,5 10 13 g/dL
Ht 36 33 43 %
MCV 87 74 102 fL
MCH 27 23 31 pq
MCHC 31 26 34 g/dL
A : Gizi buruk
P:
IVFD RL 7 tpm(makro)
Lacto B 2x1
Cotrimoksazol 2x cth
Vitamin A 3x 30.000
Salbutamol 4 X 0,3mg
Nebu :Ventolin ampul +NaCl 2 cc ---- 2x /hari
9 maret 2014
Hari rawat ke 4
-Muntah + hari ke 7 berisi air + dahak.Frekuensi muntah + 3 kali dalam sehari, jumlahnya
+ gelas aqua, ,napsu makan kurang
-BAB mencret hari ke 7, dengan konsistensi cair lebih banyak dari ampas, tidak berlendir
dan darah. Dengan frekuensi 3 x/ hari, jumlahnya 3-4 sendok makan.
-BAK lancar, kurang lebih 3-4 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada darah, tidak
tampak nyeri saat buang air kecil.
Suhu : 37,8 C
RR : 38x / menit
BB :5,89 kg
Pemeriksaan fisik :
Kepala : Normocephal
Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-), faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
Leher : limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-),
tidak panas saat perabaan.
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba pembesaran, ballotemen (-), tidak ada
nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ektremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema pada telapak kaki kanan dan kiri +/+.
Urine Lengkap
Nitrit - Negatif
Albumin - Negatif
Glukosa - Negatif
Keton - Negatif
Urobilinogen + <1
Bilirubin - Negatif
Sedimen Mikroskopis
Eritrosit 1 <3 /l
Lekosit 9 <10/l
Silinder - 0 1 / LPK
Epitel +
Bakteri +
Kristal -
Makroskopis
Warna Kuning
Lain lain -
A : Gizi buruk
P:
10 maret 2014
Hari rawat ke 6
S : Demam - hari ke 2
-BAB normal, dengan konsistensi ampas, tidak berlendir dan darah. Dengan frekuensi 2
x/ hari, jumlahnya 4-5 sendok makan.
-BAK lancar, kurang lebih 4 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada darah, tidak
tampak nyeri saat buang air kecil.
Suhu : 36,5 C
RR : 38 x / menit
BB : 6,34 kg
Pemeriksaan fisik :
Kepala : Normocephal
Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-), faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
Leher : limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-),
tidak panas saat perabaan.
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba pembesaran, ballotemen (-), tidak ada
nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ektremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, terdapat edema pada telapak kaki kanan dan kiri
berkurang
P:
11 maret 2014
Hari rawat ke 6
S : Demam - hari ke 3
-BAB normal, dengan konsistensi ampas lebih banyak dari cair, tidak berlendir dan darah.
Dengan frekuensi 3 x/ hari, jumlahnya 4-5 sendok makan.
-BAK lancar, kurang lebih 4 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada darah, tidak
tampak nyeri saat buang air kecil.
Suhu : 36 C
RR : 24 x / menit
BB: 6,5 kg
Pemeriksaan fisik :
Kepala : Normocephal
Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-), faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
Leher : limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-),
tidak panas saat perabaan.
Jantung : DBN (dalam batas normal)
Abdomen : Datar, supel, BU (N), timpani, hepar teraba membesar 2cm, lien tidak teraba
membesar, nyeri tekan epigastrium (-)
P:
Salbutamol 4 X 0,3mg
Nebu :Ventolin ampul +NaCl 2 cc ---- 2x /hari
INH 1x70mg
Rifampicin 1x110 mg
Pirazinamid 1x150 mg
12 maret 2014
Hari rawat ke 7
S : Demam - hari ke 4
-BAB normal, dengan konsistensi ampas lebih banyak dari cair, tidak berlendir dan
darah. Dengan frekuensi 3 x/ hari, jumlahnya 3-4 sendok makan.
-BAK lancar, kurang lebih 2 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada darah, tidak
tampak nyeri saat buang air kecil.
Suhu : 36,2 C
Nadi : 92 x / menit
RR : 32 x / menit
BB : 6,09 kg
Pemeriksaan fisik :
Kepala : Normocephal
Mulut : Bibir basah, lidah kotor (-), faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
Leher : limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-),
tidak panas saat perabaan.
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba pembesaran, ballotemen (-), tidak ada
nyeri tekan epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, normal, hepar dan lien tidak teraba
membesar
Ektremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik,tidak terdapat edema pada telapak kaki kanan dan kiri.
P:
INH 1x70mg
Rifampicin 1x110 mg
Pirazinamid 1x150 mg
= = BOLEH PULANG
TINJAUAN PUSTAKA
TB PARU
Definisi
Epidemiologi
Sejak akhir tahun 1990-an, dilakukan deteksi terhadap beberapa penyakit yang
kembali muncul dan menjadi masalah terutama di negara maju. Salah satu diantaranya adalah
TB. World health organization memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia (2 miliar
orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis, dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan
Amerika Latin.
Patogenesis
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya
yang sangat kecil, kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup setelah melewati barier
mukosa basil TB akan mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respon imunologis
spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada
individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan
memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman
TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag, dan
akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat
tersebut yang dinamakan fokus ghon (fokus primer).
Dari fokus primer Ghon,kuman TB menyebar melalui saluran limfe kuman akan
menyebar menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe
ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di
bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahiler,
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelnjar para
trakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks
primer.
Masa inkubasi (waktu antara masuknya kuman dengan terbentuknya komplek primer
secara lengkap) bervariasi antara 4-8 minggu. Pada saat terbentuknya komplek primer inilah,
infeksi TB primer terjadi. Setelah terjadi kompleks primer,imunitas selular tubuh terhadap
TB terbentuk,yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein
yaitu timbulnya respon positif terhadap uji tuberkulin.
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi secara sempurna, atau membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
mengalami nekrosis pengkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna
fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-
tahun dalam kelenjar ini.
Komplek primer dapat juga mengalami komplikasi yang disebabkan oleh fokus di
paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis dan pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis pengkejuan yang berat, bagian tengah
lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
(kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal saat awal
infeksi akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus dapat
terganggu yaitu obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal yang akan
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Dapat juga terjadi obstruksi total yang
menyebabkan atelektasis.
Diagnosis
Penyebab pertama yaitu jumlah kuman TB di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit
daripada dewasa karena lokasi kerusakan jaringan TB paru primer terletak di kelenjar limfe
hilus dan parenkim paru bagian perifer. Selain itu tingkat kerusakan parenkim paru tidak
seberat pada dewasa. Kuman BTA baru dapat dilihat dengan mikroskop bila jumlahnya
paling sedikit 5.000 kuman dalam 1 ml dahak.
batuknya berdahak, biasanya dahak akan ditelan sehingga diperlukan bilasan lambung yang
diambil melalui NGT. Dahak yang representatif untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis
adalah dahak yang kental dan purulen, berwarna hijau kekuningan dengan volume 3-5 ml.
Karena alasan di atas, diagnosis TB anak bergantung pada penemuan klinis dan
radiologis yang keduanya seringkali tidak spesifik. Diagnosis TB anak ditentukan
berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, foto paru dan
pemeriksaan laboratorium.Adanya riwayat kontak denga pasien Tb dewasa BTA positif,uji
tuberkulin positif,gejala dan tanda sugestif TB dan foto toraks yang mengarah pada TB
(sugestif TB) merupakan bukti kuat yang menyatakan anak telah sakit TB.
Selain itu, manifestasi klinis TB sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor
yaitu jumlah kuman, virulensi kuman ,umur dan kompetensi imun serta kerentanan penjamu
pada awal terjadinya infeksi. Manifestasi klinis TB dibagi 2 yaitu manifestasi klinis dan
manifestasi spesifik organ. Yang termasuk manifestasi klinis antara lain;
1. deman lama lebih dari 2 minggu dan /atau berulang tanpa sebab yang jelas(bukan
demam tifoid,infeksi saluran kemih,malaria dan lain-lain) yang dapat disertai keringat
malam hari, demam umumnya tidak tinggi
2. batuk lama lebih dari 3 minggu,dan sebab lain telah disingkirkan
3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas ,atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat.
4. nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan
adekuat
5. lesu atau malaise
6. diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
Sedangkan yang termasuk manifestasi spesifik organ antara lain; 1) TB kelenjar superfisial
yang paling banyak mengenai kelenjar kolli, 2) Tuberkulosis otak dan saraf (menigitis Tb dan
tuberkuloma), 3) tuberkulosis skeletal (spondilitis, gonisitis), 4) tuberkulosis kulit
(skrodulodermal).
Kesulitan dalam mendiagnosis TB anak karena gejalanya tidak khas, dibuatlah sistem
skoring yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai. Pada sistem
skoring pembobotan yang tertinggi terletak pada uji tuberkulin dan adanya kontak TB dengan
BTA positif.Uji tuberkulin mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai uji tapis dan menunjang diagnosis. Demikian pula dengan adanya kontak
dengan pasien TB dewasa dengan BTA positif.pasien TB dewasa dengan BTA positif dapat
menjadi sumber penularan yang utama karena berdasarkanpenelitian akan menularkan sekitar
65% orang disekitarnya.
Parameter 0 1 2 3
Batuk - 3 minggu - -
Tidak jelas
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik yang kuat.
Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB (telah ada
kompleks primer dalam tubuhnya dan telah terbentuk imunitas selular terhadap TB), maka
akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Indurasi ini terjadi karena vasodilatasi
lokal, edema, endapan fibrin dan terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan.
Ukuran indurasi dan bentuk reaksi tuberkulin tidak dapat menentukan tingkat aktivitas dan
beratnya proses penyakit.
Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-232TU
atau PPD S 5TU, secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48
72 jam setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan
hiperemi/eritemanya. Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi
indurasi, ditandai dengan pulpen, kemudian diameter transversal indurasi diukur dengan alat
pengukur transparan, dan hasilnya dinyatakan dalani milimeter. Jika tidak timbul indurasi
sama sekali, hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm, jangan hanya dilaporkan sebagai negative.
Secara umum, hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi > 10 mm dinyatakan positif
tanpa menghiraukan penyebabnya.
Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 1014 mm dinyatakan
uji tuberkulin positif, kemungkinan besar karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin
disebabkan oleh BCGnya. Akan tetapi, bila ukuran indurasi 15 mm, hasil positif ini sangat
mungkin karena infeksi TB alamiah.Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun
(imunokompromais), maka cut off-point hasil positif yang digunakan adalah 5 mm.Pada
anak yang mengalami kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif disertai BTA positif,juga
digunakan batas 5mm.Uji tuberkulin sebaiknya tidak dapat dilakukan dalam kurun waktu 6
minggu setelah imunisasi morbili,MMR dan varisela karena dapat menyebabkan anergi.
Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada tiga keadaan sebagai berikut:
1. Infeksi TB alamiah
3. Anergi.
2. Radiologis
Gambaran foto toraks pada TB tidak khas; kelainan-kelainan radiologis pada TB dapat juga
dijumpai pada penyakit lain. Sebaliknya, foto toraks yang normal (tidak terdeteksi secara
radiologis) tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang
lain mendukung. Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah : pembesaran
kelenjar hilus atau paratrakel dengan/tanpa infiltrate, konsolidasi segmental /lobar, milier,
kalsifikasi dengan infiltrate, atelektasis, kavitas, efusi daerah hilus biasanya lebih jelas pleura,
tuberkuloma.Foto rontgen thoraks tidak cukup hanya dibuat secara anterior posterior ,tetapi
harus disertai dengan foto rontgen lateral menggingat bahwa pembesaran KGB di daerah
hilus biasanya lebih jelas pada foto rontgen lateral.
3. Mikrobiologis
Diagnosis pasti TB ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan
mikrobiologis.Pemeriksaan mikrobiologis yang dilakukan terdiri dari tiga macam:
pemeriksaan mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA dan pemeriksaan biakan
kuman M. tuberculosis dan pemeriksaan PCR.
Tatalaksana
Tata laksana TB pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara
pemberian medikamentosa,penangana gizi,dan pengobatan penyakit penyerta.
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat
pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase
lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada
tahap intensif maupun tahap lanjutan.
Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan
untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler.Pemberian obat jangka panjang, selain
untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kekambuhan.Berbeda dengan orang dewasa, OAT pada anak diberikan setiap hari,bukan dua
atau tiga kali dalam seminggu.Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketidakteraturan menelan
obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak ditelan setiap hari.Saat ini paduan obat yang
baku untuksebagian besar kasus TB pada anak adalah panduan rifampisin,isoniazid,dan
pirazinamid.Pada fase intensif diberikan rifampisin,isoniazid,dan pirazinamid,sedangkan
pada fase lanjutan hanya diberikan rifampicin dan isoniazid.
MALNUTRISI
Definisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam
penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.
Etiologi
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori,
serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua
penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder.Malnutrisi primer adalah
kekurangan gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak
adekuat.Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang
meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun energi
dari tubuh (Kleigmen et al, 2007).Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu,
kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-kwashiorkor.
Epidemiologi
Malnutrisi merupakan masalah kesehatan utama di negara yang sedang berkembang dan
melatar belakangi lebih dari 50 % kematian balita.Sekitar 9 % anak di Sub Sahara ,dan 15 %
di Asia Selatan terancam menderita gizi kurang dan gizi buruk,dan sekitar 2 % anak yang
tinggal di negara sedang berkembang terancam menderita severe acute malnutrition (SAM)
atau malnutrisi yang lebih miskin seperti Malawi malnutrisi akut berat merupakan alasan
utama balita dirawat di rumah sakit.Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat
kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi,
pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan
bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan
kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun danmeningkatnya kehilangan
nutrisi.
Patofisiologi
Gejala Klinis
Kwashiorkor, ditandai dengan: edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah
sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung,
mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot
mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas
(crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare
dan anemia.
Marasmus, ditandai dengan: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah
seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.
Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
Diagnosis
Klasifikasi:
Diagnosis Banding
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Pellagra infantil
Penatalaksanaan KEP
Semua anak gizi buruk berisiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula darah <3
mmol/dl atau <54 mg dl),yang sering kali merupakan penyebab kematian pada 2
hari pertama perawatan.Hipoglikemia dapat terjadi karena adanya infeksi berat
atau anak tidak mendapat makanan selama 4-6 jam.
Terapi :
Monitor :
Kadar gula darah :setelah 2 jam,ulangi pemeriksaan kadar gula darah .Selama
teapi ,umumnya anak akan stabil dalam 30 menit.Bila gula darah masih rendah
ulangi pemberian 50 ml bolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa,kemudian
lanjutkan pemberian makan F75 setiap 2 jam hingga anak stabil.
Jika suhu aksila < 350C, lakukan pemeriksaan suhu rektal menggunakan
termometer air raksa.Jika suhu rektal < 35,5 0 C :
Suhu tubuh
Kadar gula darah
Tidak mudah menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk karena tanda
dan gejala dehidrasi seperti turgor kulitvdan mata cekung sering didapati pada
gizi buruk walaupun tidak dehidrasi.Di sisi lain ,pada anak gizi buruk keadaan
dehidrasi walau ringan dapat menimbulkan komplikasi lain sehingga
memperberat kondisi klinis.
Terapi
Karena sulit untuk memperkirakan status dehidrasi dengan melihat klinis saja
pada anak malnutrisi berat.Maka diasumsikan bahwa setiap anak dengan diare
cair dapat mengalami dehidrasi dan diberikan :
terjadi dan membutuhkan waktu minimal dua minggu untuk melakukan koreksi.
Berikan:
Pada malnutrisi berat,tanda umum adanya infeksi ,seperti demam ,sering tidak
Oleh karena itu beri secara rutin saat rawat inap ,berikut adalah pilihan
Antibiotiknya :
Jika pada anak tidak terdapat komplikasi atau infeksi tidak nyata,beri:
Kotrimoksasol 5 ml larutan pediatrik per oral dua kali sehari selama 5
hari
Jika anak terlihat sangat sakit atau terdapat komplikasi berikan,ampisilin
50 mg /kg IM/IV per 6 jam untuk 2 hari,kemudian dilanjutkan dengan
amoksisilin per oral 15 mg/kg per 8 jam untuk 5 hari,atau jika
amoksisilin tidak tersedia,lanjutkan dengan ampisilin per oral 50mg/kg
per 6 jam dan ditambah gentamisin 7,5mg /kg IM/IM sekali sehari selama
7 hari. Jika anak tidak ada perbaikan klinis dalam waktu 48 jam
,tambahkan kloramfenikol 25 mg /kg IM/IV per 8 jam selama 5 hari.
Semua anak malnutrisi berat juga mengalami defisiensi vitamin dan mineral.
preparat besi tetapi ditunggu sampai anak memiliki nafsu makan yang baik
Suplemen multivitamin
Asam folat 1 mg/hari
Zinc 2mg/kgbb/hari
Copper 0,3 mg/kgbb/hari
Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi)
Pada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan
dalam pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat
Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumlah yang sama selama 48
jam
Kemudian volume dapat ditambah secara bertahap sebanyak 10-15 ml
per kali hingga mencapai 150 kkal/kgbb/hari
Energi :100-150 kkal/kgbb/hari
Protein : 2-3 g/kgbb/hari
Terlambat,menyediakan:
o Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau
sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis :
Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
o Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana:
o Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari.
o Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai
pedoman pengobatan TB.
3. Tindakan kegawatan
Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.Syok karena dehidrasi akan
membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada
sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
o Berikan larutan Dekstrosa 5%: NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer
dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama.
o Evaluasi setelah 1 jam:
o Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian
cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan
dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus
(F-75/pengganti).
o Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:
o Hb < 4 g/dl
o Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung
Transfusi darah:
o Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
o Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk
transfusi dengan jumlah yang sama.
o Beri furosemid 1 mg/kgBB secara IV pada saat transfusi dimulai.
PEMBAHASAN KASUS
1. Deman lama lebih dari 2 minggu dan /atau berulang tanpa sebab yang jelas(bukan
demam tifoid,infeksi saluran kemih,malaria dan lain-lain) yang dapat disertai keringat
malam hari, demam umumnya tidak tinggi
2. Batuk lama lebih dari 3 minggu,dan sebab lain telah disingkirkan
3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas ,atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan
adekuat
5. Lesu atau malaise
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
Pada saat anamnesis, didapatkan data bahwa keluhan utama pasien adalah batuk berdahak
yang sudah berlangsung selama 1 bulan. Dari keluhan ini dapat dicurigai adanya infeksi. Hal
ini diperkuat dengan adanya keluhan tambahan berupa demam yang sudah berlangsung
selama 7 hari. Selain itu nafsu makan yang menurun, dan berat badan yang cenderung Data
dari anamnesis ini mengarahkan kita pada adanya kemungkinan infeksi TB
Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah : pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakel dengan/tanpa infiltrate, konsolidasi segmental /lobar, milier, kalsifikasi dengan
infiltrate, atelektasis, kavitas, efusi daerah hilus biasanya lebih jelas pleura, tuberkuloma.
Pada hasil radiologi pasien ditemukan infiltrat perihilar,paracardial kanan dan kiri , hilus
menebal serta corakan bronkovaskular kasar.
BTA (-)/
tidak tahu/
( 10 mm atau
5 mm pada
keadaan
imunosupresif)
Berat badan/keadaan gizi - BB/TB < 90% atau klinis gizi buruk - 2
atau BB/TB <
BB/U < 80% 70%
atau
Pembengkakan - ada - - 0
tulang/sendi panggul, pembengkakan
lutut, falang
TOTAL SKOR 8
Pada penderita ini, diagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan sistem skoring berdasarkan
manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang yang mana sistem skoring penderita berjumlah
6. Hasil tersebut menunjukkan anak dapat didiagnosa TB karena skoring >6.
Untuk pengobatan pasien ini diberikan Rifampisin 110 mg, INH 70 mg, Pirazinamide 150 mg
masing-masing 1x/hari per oral
Malnutrisi
U: 1 tahun 9 bulan
TB : 74 cm
Kesan: Menurut CDC 2000, anak perempuan berusia 1 tahun 9 bulan seharusnya
memiliki berat badan antara 11,6 kg dan tinggi badan antara 83 cm. Sehingga
pada pasien ini dikatakan memiliki status gizi buruk atau malnutrisi.
KESIMPULAN
Pada kasus ini telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 1 tahun 9 bulan dengan
diagnosis gizi buruk dan TBC.Dengan ditemukan gejala klinis demam sejak 7 yang lalu, tidak
terlalu tinggi, naik turun namun tidak pernah mencapai suhu normal. Demam saat siang sama
dengan malam, namun ibu penderita tidak mengukur suhu tubuh penderita. Demam agak
menurun bila diberikan obat turun panas namun selalu dirasakan meningkat lagi setelah
beberapa jam. Demam tidak disertai kejang maupun penurunan kesadaran. Keringat malam
(+).Keluhan demam ini sebelumnya didahului oleh adanya batuk.Batuk berdahak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit .Kadang-kadang dahak dapat keluar berwarna putih kental,tanpa
darah .Pasien juga mengalami pilek 5 hari sebelum masuk rumah sakit ,mengeluarkan
sekret putih ,encer,tanpa darah . Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk
lama / berdarah, disangkal. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini.Sepupu pasien pernah
mendapatkan terapi OAT. Riwayat adanya orang yang sering merokok di rumah ada, yaitu
ayah penderita.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan Pada pemeriksaan fisik leher didapat limfadenitis colli (+),
diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-), tidak panas saat perabaan.Pada hidung
terdapat sekret (+/+) : serous, bening, darah (-/-),Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema ,
Paru-paru pada auskultasi Ronkhi +/+, turgor kulit jelek, terdapat edema pada telapak kaki
kanan dan kiri.Pada pemeriksaan Darah Lengkap didapatkan nilai LED 70 mm.Pada foto
thorax terlihat Infiltrat perihilar,paracardial kanan dan kiri,hilus menebal ,corakan
bronchovascular kasar
Pada pemeriksaan fisik leher didapat limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (-), tidak panas saat perabaan.Pada hidung terdapat sekret (+/+) : serous,
bening, darah (-/-),Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema , Paru-paru pada auskultasi
Ronkhi +/+, turgor kulit jelek, terdapat edema pada telapak kaki kanan dan kiri.
Kesulitan dalam mendiagnosa pasien ini adalah tidak ada nya pemeriksaan uji tuberkulin,
serta penegakan diagnosis TB pada pasien ini dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, yang kemudian dilanjutkan dengan pembobotan
berdasarkan sistem scoring TB. Pasien dengan score 6 harus diberikan penatalaksanaan
sebagai pasien TB dan mendapatkan pengobatan dengan OAT selama 6-9 bulan.
REFERENSI
Jakarta:2011
SEARO:2003