Disusun Oleh :
1. Fajar Ibnu Sabil (P27820714004)
2. Anindya Hidayaturrohma (P27820714011)
3. Fitri Ardiana (P27820714022)
4. Rani Umma Aulia (P27820714025)
5. Brainia Logi Anshari (P27820714034)
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN HALUSINASI
Oleh :
KELOMPOK 6 TINGKAT III SEMESTER VI
DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
Telah disahkan
Pada tanggal :
Mengetahui
A. PENDAHULUAN
Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (2003) mencatat bahwa 70%
gangguan jiwa terbesar adalah Skizofrenia. Menurut Arif (2006)
mengungkapkan bahwa 99% pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa adalah
pasien dengan diagnosis medis skizofrenia. Lebih dari 90% pasien skizofrenia
mengalami halusinasi (Yosep, 2011). Stuart & Laraia (2005) menyatakan bahwa
pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalamai
halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami halusinasi lainnya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis
halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah
pendengaran.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori
persepsi. Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Direja,
2011). Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan
nyata, tetapi dari diri pasien itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman
sensori tersebut merupakan sensori persepsi palsu. Chaery (2009) menyatakan
bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi
adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat
melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide),bahkan
merusak lingkungan Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi,
dibutuhkan penanganan yang tepat. Data di rumah sakit jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang
menderita halusinasi memiliki presentasi 78% dari jumlah pasien rawat inap
seluruhnya di tahun tersebut. Data lain menunjukkan bahwa jumlah penderita
halusinasi pada bulan Januari 2012 yaitu: 128 orang, bulan Februari 2012: 90
orang, bulan Maret 2012: 132 orang, serta bulan April 2012: 140 orang, dengan
70% di antaranya memiliki diagnosis keperawatan halusinasi pendengaran.
Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi, semakin jelas bahwa dibutuhkan
peran perawat untuk membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasinya.
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit antara lain
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok,
dan melatih keluarga untuk merawat pasien dengan halusinasi. Standar asuhan
keperawatan mencakup penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi
pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang
diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan
jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi
mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasien menghardik
halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat
halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah
halusinasi (Keliat dkk, 2010).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Halusinasi ?
2. Apa sajakah penyebab terjadinya Halusinasi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari Halusinasi ?
4. Bagaimanakah proses tahapan terjadinya Halusinasi ?
5. Bagaimanakah peran serta keluarga dalam merawat klien Halusinasi ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan rumah sakit selama 30 menit,
diharapkan keluarga mengerti tentang peran serta keluarga dalam merawat
klien Halusinasi.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, pasien dan keluarga dapat :
1. Menjelaskan definisi halusinasi
2. Menjelaskan penyebab halusinasi
3. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi
4. Menjelaskan tahap-tahap halusinasi
5. Menjelaskan Peran keluarga dalam perawatan pasien halusinasi
D. PENGORGANISASIAN
Pembimbing : Miadi, S.Kep.,Ns., M.S. (Akademik)
M. Choirul Huda, S.Kep.,Ns (Ruang Wijaya Kusuma)
Moderator : Rani Umma Aulia
Pemateri : Fajar Ibnu Sabil
Dokumentasi : Anindya Hidayaturrohma
Observer : Fitri Ardiana
Fasilitator : Brainia Logi Anshari
E. METODE
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya Jawab
F. MEDIA
a. Flipchart
b. Laeflet
G. SUSUNAN TEMPAT
Keterangan :
= Penyaji
= Moderator
= Dokumentasi
= Observer
= Fasilitator
= Peserta
H. MATERI (Terlampir)
I. SUSUNAN ACARA
J. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria struktur :
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum penyuluhan
dilaksanakan
b. Pembuatan susunan rangkaian acara penyuluhan, leaflet, flipchart
c. Peserta di tempat yang telah ditentukan dan disediakan oleh panitia
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses :
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan narasumber menjawab
pertanyaan secara lengkap dan benar
d. Penyuluhan sesuai dengan rencana
3. Kriteria Hasil :
Merupakan evaluasi mengenai tingkat pengetahuan peserta tentang materi
yang di berikan, yaitu mampu :
6. Menjelaskan pengertian Halusinasi
7. Menjelaskan penyebab dan akibat halusinasi
8. Menjelaskan tanda dan gejala Halusinasi
9. Menjelaskan tahap-tahap halusinasi
10. Menjelaskan Peran keluarga dalam perawatan pasien halusinasi
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN HALUSINASI
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan
penglihatan , dimana ia merasa melihat suatu objek , namun indera penglihatan
orang lain tidak bisa menangkap objek yang sama.
Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera
menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu
diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami
delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika. Halusinasi
dapat dibagi berdasarkan indera yang bereaksi saat persepsi ini terbentuk, yaitu
Halusinasi visual, Halusinasi auditori, Halusinasi olfaktori, Halusinasi gustatori,
Halusinasi taktil
10) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, mandi, sikat gigi, gantipakaian,
berhias yang rapi
3. Tipe halusinasi
Halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yitu sebagai berikut (Maramis, 2004):
1) Fase Pertama
Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien :
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya.
2) Fase Kedua
Disebut juga fase condemming atau ansietas berat. Pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan
Fase ini bersifat psikotik ringan. Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda
system saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung,
pernafasan, dan tekanan darah Rentang perhatin menyempit, asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.
3) Fase Ketiga
4) Fase Keempat
Disebut juga fase Conquering. Klien mengalami panik dan umumnya menjadi
melebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Karakteristik : halusinasi berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, menarik diri.
d. Bawa ke pusat pelayanan kesehatan jiwa jika halusinasi tidak terkontrol dan
beresiko menciderai orang lain
e. Bila penderita sedang dalam keadaan relatif baik, ajak bicara/ diskusi dan
tanyakan hal hal apa yang bisa membuatnya lebih nyaman dan mengurangi
dampak dari halusinasi tersebut. Misalnya: tanyakan kapan atau pada kondisi
seperti apa halusinasi tersebut muncul, kapan halusinasi itu jarang atau tidak
muncul, dll.
NO NAMA TTD
1 1.
2 2.
3 3
4 4.
5 5.
Evaluasi:
1. Tanya jawab dengan
peserta penyuluhan
2. Menanyakan kembali
materi yang telah di
sampaikan kepada
peserta
3. Menyimpulkan dari
acara penyuluhan
Penutup:
1. Mengucapkan terima
kasih kepada peserta
penyuluhan
2. Mengucapkan salam