Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN HALUSINASI


DI RUANG WIJAYA KUSUMA RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Disusun Oleh :
1. Fajar Ibnu Sabil (P27820714004)
2. Anindya Hidayaturrohma (P27820714011)
3. Fitri Ardiana (P27820714022)
4. Rani Umma Aulia (P27820714025)
5. Brainia Logi Anshari (P27820714034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
TAHUN AKADEMIK 2016 - 2017

LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN HALUSINASI

Oleh :
KELOMPOK 6 TINGKAT III SEMESTER VI
DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

Telah disahkan
Pada tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Ruangan Wijaya Kusuma Pembimbing Akademik

M. Choirul Huda, S.Kep.,Ns Miadi, S.Kep.,Ns.,M.S


NIP. 19810629 200801 1 008 NIP. 19740610 200112 1 003

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN HALUSINASI
Mata Kuliah : Praktek Klinik Keperawatan Jiwa
Topik / Materi : Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Halusinasi
Sasaran : Keluarga di Ruang Wijaya Kusuma RSJ Menur Surabaya
Hari/ Tanggal: Jumat, 12 Mei 2017
Waktu : 07.30 WIB 08.00 WIB (30 menit)
Tempat : Ruang Wijaya Kusuma RSJ Menur Surabaya

A. PENDAHULUAN
Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (2003) mencatat bahwa 70%
gangguan jiwa terbesar adalah Skizofrenia. Menurut Arif (2006)
mengungkapkan bahwa 99% pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa adalah
pasien dengan diagnosis medis skizofrenia. Lebih dari 90% pasien skizofrenia
mengalami halusinasi (Yosep, 2011). Stuart & Laraia (2005) menyatakan bahwa
pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalamai
halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami halusinasi lainnya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis
halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah
pendengaran.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori
persepsi. Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Direja,
2011). Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan
nyata, tetapi dari diri pasien itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman
sensori tersebut merupakan sensori persepsi palsu. Chaery (2009) menyatakan
bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi
adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat
melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide),bahkan
merusak lingkungan Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi,
dibutuhkan penanganan yang tepat. Data di rumah sakit jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa pasien rawat inap yang
menderita halusinasi memiliki presentasi 78% dari jumlah pasien rawat inap
seluruhnya di tahun tersebut. Data lain menunjukkan bahwa jumlah penderita
halusinasi pada bulan Januari 2012 yaitu: 128 orang, bulan Februari 2012: 90
orang, bulan Maret 2012: 132 orang, serta bulan April 2012: 140 orang, dengan
70% di antaranya memiliki diagnosis keperawatan halusinasi pendengaran.
Dengan banyaknya angka kejadian halusinasi, semakin jelas bahwa dibutuhkan
peran perawat untuk membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasinya.
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit antara lain
melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok,
dan melatih keluarga untuk merawat pasien dengan halusinasi. Standar asuhan
keperawatan mencakup penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi
pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang
diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan
jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi
mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasien menghardik
halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat
halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah
halusinasi (Keliat dkk, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Halusinasi ?
2. Apa sajakah penyebab terjadinya Halusinasi ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari Halusinasi ?
4. Bagaimanakah proses tahapan terjadinya Halusinasi ?
5. Bagaimanakah peran serta keluarga dalam merawat klien Halusinasi ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan rumah sakit selama 30 menit,
diharapkan keluarga mengerti tentang peran serta keluarga dalam merawat
klien Halusinasi.

2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, pasien dan keluarga dapat :
1. Menjelaskan definisi halusinasi
2. Menjelaskan penyebab halusinasi
3. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi
4. Menjelaskan tahap-tahap halusinasi
5. Menjelaskan Peran keluarga dalam perawatan pasien halusinasi

D. PENGORGANISASIAN
Pembimbing : Miadi, S.Kep.,Ns., M.S. (Akademik)
M. Choirul Huda, S.Kep.,Ns (Ruang Wijaya Kusuma)
Moderator : Rani Umma Aulia
Pemateri : Fajar Ibnu Sabil
Dokumentasi : Anindya Hidayaturrohma
Observer : Fitri Ardiana
Fasilitator : Brainia Logi Anshari

E. METODE
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya Jawab

F. MEDIA
a. Flipchart
b. Laeflet

G. SUSUNAN TEMPAT
Keterangan :
= Penyaji
= Moderator
= Dokumentasi
= Observer
= Fasilitator
= Peserta

H. MATERI (Terlampir)

I. SUSUNAN ACARA

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan: 1. Menyambut salam dan
1. Membuka acara dengan salam mendengarkan penyaji
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menyampaikan materi yang
akan diberikan
4. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
5. Melaksanakan kontrak waktu
dengan peserta
2. 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi mengenai : memperhatikan
1. Pengertian Halusinasi
2. Penyebab dan akibat
3. Tanda gejala Halusinasi
4. Tahap tahap halusinasi
5. Peran keluarga dalam
perawatan pasien halusinasi
3. 5 menit Evaluasi:
1. Tanya jawab dengan peserta Menjawab dan
penyuluhan menjelaskan pertanyaan
2. Menanyakan kembali materi
yang telah di sampaikan kepada
peserta
3. Menyimpulkan dari acara
penyuluhan
4. 5 menit Penutup: Mendengar dan
1. Mengucapkan terima kasih mengucap salam
kepada peserta penyuluhan
2. Mengucapkan salam

J. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria struktur :
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 1 hari sebelum penyuluhan
dilaksanakan
b. Pembuatan susunan rangkaian acara penyuluhan, leaflet, flipchart
c. Peserta di tempat yang telah ditentukan dan disediakan oleh panitia
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses :
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan narasumber menjawab
pertanyaan secara lengkap dan benar
d. Penyuluhan sesuai dengan rencana

3. Kriteria Hasil :
Merupakan evaluasi mengenai tingkat pengetahuan peserta tentang materi
yang di berikan, yaitu mampu :
6. Menjelaskan pengertian Halusinasi
7. Menjelaskan penyebab dan akibat halusinasi
8. Menjelaskan tanda dan gejala Halusinasi
9. Menjelaskan tahap-tahap halusinasi
10. Menjelaskan Peran keluarga dalam perawatan pasien halusinasi
Lampiran

MATERI PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PASIEN HALUSINASI

1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan
penglihatan , dimana ia merasa melihat suatu objek , namun indera penglihatan
orang lain tidak bisa menangkap objek yang sama.

Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera
menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu
diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami
delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika. Halusinasi
dapat dibagi berdasarkan indera yang bereaksi saat persepsi ini terbentuk, yaitu
Halusinasi visual, Halusinasi auditori, Halusinasi olfaktori, Halusinasi gustatori,
Halusinasi taktil

2. Tanda dan gejala halusinasi

1) Berbicara, senyum, tertawa sendiri.dan ketakutan

2) Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu ataumencium,


merasasesuatau yang tidak nyata

3) Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

4) Tidak dapatmembedakan hal yangnyatadantidaknyata.

5) Tidak bisa memusatkan perhatian dan konsentrasi.


6) Tidak bisa memusatkan perhatian dan konsentrasi.

7) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.

8) Sikap curiga dan bermusuhan.

9) Menarik diri, menghindar dari orang lain

10) Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri, mandi, sikat gigi, gantipakaian,
berhias yang rapi

11) Mudah tersinggung, jengkel, marah.

12) Menyalahkan diri sendiri, orang lain.

13) Muka merah kadang pucat.

14) Tekanan darahmeningkat.

15) Napas terengah engah nadi cepat, banyak keringat.

3. Tipe halusinasi

Halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yitu sebagai berikut (Maramis, 2004):

1) Halusinasi penglihatan (visual, optik) adalah perasaan melihat sesuatu


objek tetapi pada kenyataannya tidak ada.
2) Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) adalah perasaan mendengar
suara-suara,berupa suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian
alamiah dan musik.

3) Halusinasi penciuman (olfaktorik) adalah perasaan mencium sesuatu bau


atau aroma tetapi tidak ada.

4) Halusinasi pengecapan (gustatorik) adalah kondisi merasakan sesuatu rasa


tetapi tidak ada dalam mulutnya, seperti rasa logam.

5) Halusinasi peraba (taktil) adalah kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup,


disinari atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya.
6) Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badannya bergerak dalam
sebuah ruang, atau anggota badannya bergerak.

4. Tahap Tahap Halusinasi

Fase-fase halusinasi menurut Farida, Yudi, hal 106 meliputi :

1) Fase Pertama

Disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien :
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya.

2) Fase Kedua

Disebut juga fase condemming atau ansietas berat. Pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan
Fase ini bersifat psikotik ringan. Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda
system saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung,
pernafasan, dan tekanan darah Rentang perhatin menyempit, asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.

3) Fase Ketiga

Adalah fase controlling. Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman


sensorik menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan perlawanan
kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik.
Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti,
kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa
detik atau menit.

4) Fase Keempat

Disebut juga fase Conquering. Klien mengalami panik dan umumnya menjadi
melebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Karakteristik : halusinasi berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol.

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, menarik diri.

5. Peran Keluarga dalam Perawatan Pasien Halusinasi

a. Berikan Pasien Kegiatan

b. Jangan biarkan pasien sendiri

c. Makanan bersama, berpergian bersama

d. Bawa ke pusat pelayanan kesehatan jiwa jika halusinasi tidak terkontrol dan
beresiko menciderai orang lain

e. Bila penderita sedang dalam keadaan relatif baik, ajak bicara/ diskusi dan
tanyakan hal hal apa yang bisa membuatnya lebih nyaman dan mengurangi
dampak dari halusinasi tersebut. Misalnya: tanyakan kapan atau pada kondisi
seperti apa halusinasi tersebut muncul, kapan halusinasi itu jarang atau tidak
muncul, dll.

f. Berikan rasa nyaman dan perlindungan

g. Kurangi rangsangan yang bisa mencetuskan halusinasi (suara TV atau radio


yang terlalu keras, teriakan-teriakan, gaduh, banyak orang/ tamu, dll.

h. Minum obat sesuai perintah dokter


DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Alimul Hidayat. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC :


Jakarta
Bouwhuizen, M. 1999. Ilmu Keperawatan. EGC : Jakarta
Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K, R. & Lestari, W. 2009. Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Penerbit: Trans Media,Jakarta.
Keliat, Budi Anna dkk. 1992. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien dengan
Gangguan Jiwa : Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Maramis, W, F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.
Surabaya.
Nasution, Saidah, S. 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perubahan
Sensori Persepsi: Halusinasi. http://usupress.usu.ac.id.
Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperwatan Jiwa, Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend, C, Mary. 2002. Psychiatric Mental Health Nursing Consepts of
Care,ed.4. Davis Company. Philadelphia.
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
MAHASISWA DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

Ruang : Wijaya Kusuma RSJ Menur Surabaya


Hari/Tanggal : Jumat, 12 Mei 2017
Waktu : 30 menit
NO NAMA ALAMAT TTD
1 1.
2 2.
3 3
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.
20 20.
DAFTAR HADIR
MAHASISWA DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

Ruang : Wijaya Kusuma RSJ Menur Surabaya


Hari/Tanggal : Jumat, 12 Mei 2017
Waktu : 30 menit

NO NAMA TTD
1 1.
2 2.
3 3
4 4.
5 5.

DAFTAR HADIR PEMBIMBING PENYULUHAN


MAHASISWA DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

Ruang : Wijaya Kusuma RSJ Menur Surabaya


Hari/Tanggal : Jumat, 12 Mei 2017
Waktu : 30 menit

NO NAMA JABATAN TTD


1 1.
2 2.
3 3
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.

LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN


MAHASISWA DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasil


Pembukaan
a. Kontrak waktu dan a. Mengucapkan salam a. Peserta antusias
tempat diberikan 1 terhadap materi
b. Memperkenalkan
hari sebelum penyuluhan
diri
penyuluhan
b. Peserta
c. Menyampaikan
dilaksanakan
mendengarkan
materi yang akan
dan
diberikan
b. Pembuatan susunan
memperhatikan
rangkaian acara d. Menyampaikan
penyuluhan
penyuluhan, tujuan, maksud dan
dengan seksama
leaflet, flipchart manfaat dari
c. Peserta yang
penyuluhan
datang minimal
a. Peserta di tempat
e. Menjelaskan kontrak
5 orang
yang telah
waktu dan susunan
ditentukan dan d. Acara dimulai
dari rangkaian acara
disediakan oleh tepat/lebih
f. Mendemonstrasikan
panitia cepat/lebih
langkah cuci tangan
lambat*, waktu
b. Pengorganisasian pada SAP yakni
Pelaksanaan:
penyelenggaraan pukul .................
Penyampaian materi
penyuluhan ......
mengenai :
dilakukan
e. Peserta
1. Menjelaskan
sebelum dan saat
mengikuti acara
pengertian Halusinasi
penyuluhan
sesuai dengan
2. Menjelaskan
dilaksanakan
aturan yang
penyebab dan akibat
telah disepakati
halusinasi
3. Menjelaskan tanda f. Peserta mampu
dan gejala Halusinasi memahami
4. Menjelaskan tahap- materi dan
tahap halusinasi menjawab
5. Menjelaskan cara pertanyaan
mengontrol halusinasi dengan benar
untuk keluarga dan dari penyuluh
pasien minimal 75%

Evaluasi:
1. Tanya jawab dengan
peserta penyuluhan
2. Menanyakan kembali
materi yang telah di
sampaikan kepada
peserta
3. Menyimpulkan dari
acara penyuluhan

Penutup:
1. Mengucapkan terima
kasih kepada peserta
penyuluhan
2. Mengucapkan salam

*) coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai