Anda di halaman 1dari 4

2 Dissolution Mixing

Alat yang digunakan pada proses disolusi ini salah satunya adalah
dissolution tank. Umumnya padat dalam fluida, dimana fasa padat memang
memiliki sifat kimia yang larut dalam fasa cairnya. Pada prosesnya, pelarutan ini
biasanya lebih sering memakai sebutan proses disolusi atau dissolution process.
Proses disolusi ini didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke
dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses
dimana zat padat melarut didalam larutan. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas
antara zat padat dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai
bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses. Disolusi yang melibatkan zat murni.
Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan
penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses
disintegrasi, dan degradasi sediaan merupakan sebagian dari faktor yang
mempengaruhi kerakteristik disolusi obat dari sediaan. Secara sederhana kecepatan
pelarutan didefinisikan sebagai jumlah zat yang terlarut dari bentuk sediaan padat
dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu. Dalam zat padatan biasanya akan
terjadi perpindahan massa ( mass transfer), yaitu kecepatan pelepasan zat atau
kecepatan larut zat yang diuji dari zat yang digunakan kedalam medium penerima.
Di dalam pembahasan untuk memahami mekanisme disolusi, kadang-
kadang digunakan salah satu model atau gabungan dari beberapa model antara.
Model lapisan difusi atau diffusion layer model, model ini pertama kali diusulkan
oleh Nerst dan Brunner. Pada permukaan padat terdapat satu lapisan tipis cairan
dengan ketebalan , merupakan komponen kecepatan negatif dengan arah yang
berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada permukaan padat-cair
berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar muka liquid film-bulk film,
pencampuran secara cepat akan terjadi dan gradien konsentrasi akan hilang.
Karena itu kecepatan disolusi ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari
molekul dalam liquid film. Kemudian, Model Barrier Antar Muka (Interfacial
Barrier Model). Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan
padat dan dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan. Sebagai
hasilnya, tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan-larutan, dan hal ini harus
dijadikan pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat-cair
sekarang menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang
relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan tipis statis (stagnant).
Menurut model dankwert (Dankwert Model) transpor solut menjauhi
permukaan padat terjadi melalui cara paket makroskopik pelarut mencapai antar
muka-cair karena terjadi pusaran difusi secara acak. Paket pelarut terlihat
dipermukaan padatan. Selama berada diantar muka, paket mampu mengabsorpsi
solut menurut hukum difusi, dan akan digantikan paket pelarut segar. Jika dianggap
reaksi pada permukaan padat terjadi segera, proses pembaharuan permukaan
tersebut terkait dengan kecepatan transpor solut atau dengan kata lain disolusi.
Terdapat berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi yaitu suhu,
Semakin tinggi suhu maka akan memperbesar kelarutan suatu zat yang bersifat
endotermik serta akan memperbesar harga koefisien zat tersebut, dan sebaliknya
Semakin rendah suhu maka akan memperkecil kelarutan suatu zat yang bersifat
endotermik serta akan memperkecil harga koefisien zat tersebut, dan sebaliknya.
Viskositas, semakin rendah viskositas suatu pelarut maka akan semakin
besar kelarutan suatu zat, dan sebaliknya semakin tinggi viskositas suatu pelarur
maka akan semakin kecil kelarutan suatu zat. PH sangat mempengaruhi kelarutan
zat-zat yang bersifat asam maupun basa lemah. Zat yang bersifat basa lemah akan
lebih mudah larut jika berada pada suasana asam sedangkan asam lemah akan lebih
mudah larut jika berada pada suasana basa. Ukuran Partikel, Semakin kecil ukuran
partikel, maka luas permukaan zat tersebut akan semakin meningkat sehingga akan
mempercepat kelarutan suatu zat dan sebaliknya, semakin besar ukuran partikel
maka luas permukaan zat tersebut akan semakin menurun sehingga akan
memperlambat kelarutan suatu zat..Polimorfisme dan Sifat Permukaan Zat.
Polimorfisme dan sifat permukaan zat akan sangat mempengaruhi kelarutan
suatu zat, adanya polimorfisme seperti struktur internal zat yang berlainan, akan
mempengaruhi kelarutan zat tersebut dimana kristal metastabil akan lebih mudah
larut dari pada bentuk stabilnya..Dengan adanya surfaktan dan sifat permukaan zat
yang hidrofob atau sifat yang tak suka air, akan menyebabkan tegangan permukaan
antar partikel menurun sehingga zat mudah terbasahi dan lebih mudah larut..
2.1 Metode Pengujian Disolusi
Untuk mengetahui kecepatan pelarutan suatu zat atau sediaan dapat
dilakukan uji disolusi dengan menggunakan metode-metode seperti metode klasik
Metode ini dapat menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu t, yang
kemudian dikenal dengan T-20, T-50, T-90. Karena metode ini hanya
menyebutkan 1 titik saja, maka proses yang terjadi di luar titik tersebut tidak
diketahui. Titik terebut menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu
tertentu.
Metode Khan
Metode ini kemudian dikenal dengan konsep dissolution efficiency (DE)area di
bawah kurva disolusi di antara titik waktu yang ditentukan. Dirumuskan dengan
persamaan sebagi berikut :
Beberapa peneliti mensyaratkan bahwa penggunaan DE sebaiknya mendekati
100% zat yang terlarut. Keuntungan metode ini adalah :
Dapat menggambarkan seluruh proses percobaan yang dimaksud dengan harga DE
Dapat menggambarkan hubungan antara percobaan in vitro dan in vivo karena
penggambaran dengan cara DE ini mirip dengan cara penggambaran pecobaan in
vivo
Metode Wagner
Metode ini dapat menghitung tetapan kecepatan pelarutan (k) dengan berdasarkan
pada asumsi bahwa kondisi percobaan dalam keadaan sink, proses pelarutan
mengikuti orde satu, luas permukaan spesifik turun secara eksponensial terhadap
waktu.
Jumlah zat aktif yang melarut pada waktu tertentu, misalnya C30 adalah dalam waktu
30 menit zat aktif yang melarut sebanyak x mg atau x mg/ml.

ALAT UJI DISOLUSI


Pengujian disolusi hampir di semua negara telah mengikuti kriteria dan
peralatan yang sama. Sedangkan metode dan peralatan secara rinci dinyatakan
dalam masing-masing Farmakope, seperti kecepatan pengadukan, komposisi
volume media dan ukuran mesh dapat bervariasi untuk monografi individu obat dan
masing-masing Farmakope.
Cara pertama yang diuraikan dalam Farmakope Indonesia adalah cara
keranjang yang menggunakan pengaduk jenis keranjang dan cara yang kedua
adalah cara dayung yang menggunakan pengaduk berbentuk dayung. Dalam
Farmakope Indonesia kedua cara ini dikenal dengan cara keranjang dan dayung.
TEKNIK MENINGKATKAN KECEPATAN DISOLUSI
Peningkatan bioavailabilitas suatu zat aktif dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya dengan peningkatan disolusi/kelarutan zat aktif. Terdapat
bermacam-macam teknik untuk peningkatan kelarutan. Pemilihan tehnik yang tepat
harus mempertimbangkan banyak faktor seperti sifat fisika-kimia bahan obat/zat
aktif, stabilitas / shelf life, kemudahan dalam pemprosesan/penanganan, serta
besarnya kelarutan yang diinginkankan. sejumlah teknik yang dapat digunakan
untuk meningkatkan Kecepatan disolusi/kelarutan dari suatu obat, diantaranya:
Pendekatan Pro-drug (Pro-drug approach)
Sintesis bentuk garam (Salt synthesis)
Pengecilan ukuran partikel (Particle size reduction)
Pembentukan komplek (Complexation)
Perubahan bentuk fisik (Change in physical form)
Dispersi padat (Solid dispersions)
Pengeringan semprot (Spray dryng)
Hot-melt extrusion

Anda mungkin juga menyukai