PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
1) Mengetahui teknologi yang dipakai pada proses gasifikasi batubara.
2) Mengetahui perbedaan dan perbandingan jurnal yang ada.
3) Mengetahui ada pemakaian katalis dalam proses tersebut.
1.4. Tujuan
1) Mengetahui prose- proses dari teknologi yang dipakai pada proses
gasifikasi batubara.
2) Mengetahui dari proses terdapat perbedaan dan perbandingan dari jurnal.
3) Mengetahui ada pemakaian katalis dan macam-macam dalam proses
tersebut serta kelebihannya masing-masing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tipe fluidized bed, batubara yang digasifikasi ukurannya lebih kecil
dibandingkan pada moving bed, yaitu beberapa milimeter sampai maksimal 10
mm saja. Tipikal penggas ini memasukkan bahan bakarnya dari samping (side
feeding) dan oksidan dari bagian bawah. Oksidan disini selain sebagai reaktan
pada proses, juga berfungsi sebagai media lapisan mengambang dari batubara
yang digasifikasi. Dengan kondisi penggunaan oksidan yang demikian maka salah
satu fungsi tidak akan dapat maksimal karena harus melengkapi fungsi lainnya,
atau bersifat komplementer. Hal ini mengakibatkan tingkat konversi karbon pada
tipe ini maksimal hanya sekitar 97% saja, tidak setinggi pada tipe moving bed dan
entrained flow yang dapat mencapai 99% atau lebih. (Higman, 2003).
Batubara yang akan diproses harus memiliki temperatur melunak abu
(softening temperature) di atas suhu operasional tersebut. Hal ini bertujuan agar
abu yang dihasilkan selama proses tidak meleleh, yang dapat mengakibatkan
terganggunya kondisi lapisan mengambang. Dengan suhu operasi yang relatif
rendah, penggas ini banyak digunakan untuk memproses batubara peringkat
rendah seperti lignit atau peat yang memiliki sifat lebih reaktif dibanding jenis
batubara yang lain. Pengembangan lebih lanjut teknologi penggas jenis ini sangat
diharapkan untuk dapat mengakomodasi secara lebih luas penggunaan batubara
peringkat rendah, biomassa, dan limbah seperti MSW (Municipal Solid Waste).
Gambar 3. Tipikal penggas jenis fluidized bed
(Sumber: N. Holt, Electric Power Research Institute)
Gambar 5. Polygeneration
(Sumber: B. Trap, dkk, Eastman Gasification Services Company)
BAB III
JURNAL
3.2. Produksi Hidrogen Yield Tinggi oleh Katalis Gasifikasi Batubara atau
Biomassa
Gambar 7. Gasifier Fluid Bed Katalis yang Diintegrasikan dengan Fue Cell
Karbonat Molten
(Sumber : Hauserman, 1994)
3.2.2. Ekstensi Gasifikasi Batubara dalam Biomassa
Gasifikasi Batubara sudah berkembang secara komersial, dengan teknologi
cadangan yang besar untuk generasi mendatang dalam percepatan pembangunan
ekonomi yang menguntungkan. Kondisi kebijakan nasional mempromosikan
energi independensi atau efisiensi konversi yang lebih besar. Ekstensi dari
teknologi ini ke kayu hanya berpengaruh pada perubahan kecil dalam desain
komponen dan peningkatkan kayu secara ekonomis. Studi ekonomi menunjukkan
bahwa hibrida poplar dapat ditanam dan dipanen pada tahun 2000 dengan biaya
energi sebanding dengan biaya penambangan batubara. Bahan bakar gasifier
diperkirakan akan mencapai kira-kira dua kali dari efisiensi konversi konvensional
pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, sehingga mengurangi separuh emisi
CO2.
3.4. Coal, Oil Shale, Natural Bitumen, Heavy Oil and Peat
Gasifikasi batubara merupakan salah satu teknologi batubara. Tujuan
mengkonversi batubara menjadi gas batubara dinyatakan. Penekanannya adalah
pada gasifikasi batubara terpadu siklus gabungan sebagai salah satu aplikasi
gasifikasi batubara karena semakin tinggi efisiensi dan potensi terbesar untuk
memenuhi kontrol emisi yang kuat. Reaksi gasifikasi batubara, termodinamika,
dan kinetika gasifikasi.
Reaksi disajikan secara singkat. Setelah proses gasifikasi batubara dibagi
menjadi beberapa kategori, 4 jenis proses gasifikasi batubara ditunjukkan masing-
masing yaitu proses moving bed, fluidized bed, entrained bed, dan molten bed.
Beberapa tipikal atau gasifiers maju diperkenalkan terbatas pada operasi komersial
ini dan operasi tersebut di pabrik percontohan ukuran besar adalah lurgi gasifier
and BGC-L gasifier untuk moving bed proses, gasifier winkler, gasifier HTW dan
gasifier U-Gas atau KRW untuk fluidisasi proses bed dan gasifier K-T, Prenflo,
SCGP, TCGP dan Dow gasifier untuk entrained bed process. Gasifiers ini dibahas
sesuai dengan metode mereka memberi makan pembuangan.
Gas batubara adalah campuran gas. Campuran ini biasanya terdiri dari
karbon monoksida (CO), hidrogen (H2), karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan
jumlah yang bervariasi dari metana (CH4). Gas batubara diklasifikasikan
berdasarkan nilai kalor. Gas dengan kadar rendah-panas (juga disebut rendah-Btu)
memiliki nilai pemanasan di bawah 7 MJ m-3 dan terutama campuran nitrogen
dan karbon dioksida, dengan komponen yang mudah terbakar, yaitu karbon
monoksida, hidrogen, dan metana. Gas dengan kandungan panas tinggi (atau
tinggi Btu) memiliki nilai pemanasan sekitar 37 MJ/m 3 dan terutama terdiri dari
metana. Gas tersebut juga disebut gas alam pengganti atau sintetis atau SNG.
Medium-heat-content (atau medium Btu) gas memiliki nilai pemanasan antara 7
dan 15 MJ/m3. Gas di ujung bawah kisaran ini terdiri dari karbon monoksida dan
hidrogen, sedangkan gas di ujung yang lebih tinggi mengandung lebih banyak
metana udara dan abu,kondisi operasi utama, efisiensi gasifikasi, dan karakteristik.
Batubara pertama kali dihancurkan dan kadang dikeringkan, kemudian
dimasukkan ke dalam gasifier, di mana batubara bereaksi dengan uap dan udara
(oksigen). Reaksi gasifikasi biasanya terjadi pada tingkat tinggi suhu 800-1900C
dan tekanan tinggi hingga 10 MPa. Saat batubara dibakar dengan jumlah udara
stoikiometri yang kurang dengan atau tanpa uap, produknya lowheat-gas isi, yang
setelah pemurnian bisa digunakan sebagai bahan bakar gas. Menggunakan oksigen
di tempat udara menghasilkan gas dengan kadar panas sedang. Gas yang
dihasilkan digunakan sebagai sintetis gas. Beberapa CO dalam gas harus
direaksikan dengan uap untuk mendapatkan hidrogen tambahan. Langkah ini
disebut konversi pergeseran, yang membentuk rasio komponen gas yang tepat
tergantung pada kebutuhan gas sintetis yang berbeda untuk memproduksi bahan
bakar cair, SNG, amonia, atau metanol.
2. Hydrocracking
VM + H CH (2)
3. Gasification
VM + H O CO + H + (3)
4. Hydrogasification
C + H CH (4)
5. Gasification
C+HO CO + H + (5)
6. Gasification
C + CO CO + (6)
7. Shift Conversion
CO + H2O CO2 + H2 (7)
8. Combustion
C + O CO (8)
Coal volatiles meliputi semua gas, tar, dan gas hidrokarbon ringan. Reaksi
pirolisis terjadi pada semua kondisi gasifikasi. Tar mengalami reaksi
hydrocracking dan gasifikasi yang menghasilkan CH4, H2, dan CO. Char
mengalami reaksi hidrogasifikasi dan gasifikasi yang menghasilkan CH4, H2, dan
CO. Reaksi Shift Conversion terjadi di bawah semua kondisi gasifikasi. Sulfur,
nitrogen, dan oksigen yang ada dalam batubara diubah menjadi H2S, NH 3, dan
senyawa organik yang mengandung sulfur dan nitrogen dan H2O. Tingkat
konversi batubara bergantung pada termodinamika dan kinetika reaksi ini.
3.4.3. Termodinamika
Reaksi gasifikasi 5 dan 6 bersifat endotermik dengan entalpi H sekitar
120-160 KJ mol-1 dan di rekomendasikan pada suhu tinggi di atas 1000K.
Reaksi shift reaction dan hydrogasification cukup eksotermik dengan entalpi H
sekitar 32-88 KJ mol-1. Mereka disukai pada suhu rendah di bawah 1000 K.
Reaksi pembakaran 8 adalah reaksi eksotermik yang kuat dengan entalpi 376 KJ
mol-1. Konstanta kesetimbangan reaksi 8 menunjukkan bahwa reaksinya tidak
signifikan keterbatasan termodinamika pada suhu sampai 2500 K. Dalam kondisi
praktisgasifikasi batubara, reaksi pembakaran berlangsung sampai selesai
sementara gasifikasireaksi dan pendekatan pergeseran reaksi pseudoequilibrium.
BAB IV
PERBANDINGAN JURNAL
BAB V
KESIMPULAN
Jenis katalis yang sering digunakan adalah jenis logam alkali yang dapat
mempercepat proses reaksi dan menghasilkan produk yang baik. Begitu pula
dengan jenis gasifier yang dipakai yaitu dapat ditentukan dengan klasifikasi
parameternya seperti ukuran, toleransi kehalusan partike, toleransi kekerasan
partikel, dan sebagainya. Teknologi dari ke empat jurnal tersebu berbeda-beda
tergantung dengan kondisi operasi, jenis batubara yang dipakai hasil yang
diinginkan. Demikian pula akan reaksi yang ada pada pemrosesan gasifikasi
batubara, pada setiap reaksi memiliki H yang berbeda yang akan mempengaruhi
kinetika reaksi pada proses gasifikasi tersebut. Penentuan basis dan hukum
termodinamika juga perlu ditetapkan sebelum reaksi akan dilakukan.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....1
1.1. Latar Belakang..........1
1.2. Rumusan Masalah .......2
1.3. Manfaat 2
1.4. Tujuan...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................3
2.1. Teknologi pemanfaatan barubara......................3
2.2. Teknologi gasifikasi batubara. ..................4
2.3 Gasifikasi batubara....................5
2.4. Aplikasi gasifikasi batubara .......................10
BAB III JURNAL ......14
3.1. Proses Gasifikasi Batubara dengan Menggunakan Katalsi Exxon......14
3.2. Produksi Hidrogen Yield Tinggi oleh Katalis Gasifikasi Batubara........17
3.3. Efek Katalis Logam Alkali dalam Gasifikasi Arang Batubara...18
3.4. Coal, Oil Shale, Natural Bitumen, Heavy Oil and Peat..19
BAB IV PERBADINGAN JURNAL.23
BAB V KESIMPILAN...24
DAFRAR PUSTAKA