2.1.1 Analgesik
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
2.1.2 Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-
antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh
yang tinggi.
2.1.3 Antiinflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi
adalah usaha tubuh untuk mengaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan
lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun kadang-kadang inflamasi tidak bisa
dicetuskan oleh suatu zatyang tidak berbahayaseperti tepung sari, atau oleh suatu respon
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade
sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri
disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini
merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan
jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf
pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri
Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin.
Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.
mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu : obat
perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama kodein
atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid parenteral. Guna
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja
yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan
Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi. Onzer,
dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk
nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia dalam bentuk
injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai pembanding bagi analgetik
narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euphoria dan
ganguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih digunakan di
Indonesia :
- Morfin HCL,
- Fentanil HCL,
- Petinidin, dan
- Tramadol.
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat-
obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat,
tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga
memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat cedera.
Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti
brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi ujung staraf perifer dengan
membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brankinin sehingga
sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol).
Obat non narcotik analgetik antipiretik: obat yang dapat menghilangkan/ mengurangi rasa
nyeri dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, tanpa mengganggu
kesadaran
Cara Kerja
Analgesik:
Farmakodinamik
Efek analgesik: efektif terhadap nyeri intensitas rendah sampai sedang (sakit kepala, mialgia,
Efek antipiretik: menurunkan suhu saat demam, (fenil butason dan antirematik tidak
Efek samping
Induksi tukak lambung, kadang disertai anemia skunder akibat perdarahan saluran cerna
Reaksi alergi: rinitis vasomotor, edem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial, hipotensi
sampai syok
1. Salisilat
2. Asam organik
3. Para aminofenol
4. Firazolon
5. Quinolon
Golongan Salisilat
Merupakan derivat asam salisilat, berasal dari tumbuhan Willow Bark = Salix alba
Efek farmakologi:
Efek farmakologi:
(blooding time )
Farmakokinetik:
Penggunaan Klinis:
Reaksi merugikan:
Sodium salisilat
Salicylamid
lebih kecil
Efek: analgesik, antipiretik, anti inflamasi, iritasi pada lambung, menghambat sintesa
Sediaan:
Ketoprofen (Profenid)
Golongan Para Amino Fenol
Indikasi:
Sediaan;
Tablet 500mg
Sirup 120mg/5ml
Dosis:
Reaksi merugikan:
Intoksikasi akut: dizzines, excitement, diorientasi, central lobuler necrosis hepar, renal
Sediaan:
Fenasetin
Asetaminofen (Parasetamol)
Golongan Pirazolon
Efek farmakologi:
Reaksi merugikan:
Efek merugikan;
alergi
Efek antiinflamasinya sama kuat dengan salisilat, serta punya efek uricosuric ringan
osteoartritis)
Sediaan:
hematuria, oliguria, gagal ginjal, ikterus) digunakan jika obat lain yang lebih aman
tidak ada
panjang)
AINS lainnya
inflamasi kurang efektif dibanding aspirin, tidak dianjurkan untuk anak, wanita hamil
Terikat sangat kuat pada protein plasma perhatikan interaksi dengan antikoagulan
anemia hemolitik
Efek samping: saluran cerna (lebih ringan dibanding aspirin), eritema kulit, sakit
kepala, trombositopenia
Dosis: 4 x 400mg
Piroksikam: indikasi untuk antiinflamasi sendi (artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa),
Efek samping: iritasi lambung, pusing, tinitus, nyeri kepala, eritema kulit,
Tidak dianjurkan pada wanita hamil, ulcus peptikum dan terapi antikoagulan
Obat Pirai
Ada 2 macam:
oksifenbutason, indometasin
2. Obat yang mempengaruhi kadar asam urat: probenesid, alopurinol dan sulfinpirazon
Kolkisin
Tidak meningkatkan: ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam darah
Indikasi: pirai
Dosis: 0,5 0,6 mg tiap jam sampai gejala akut reda atau gangguan saluran cerna
timbul
Alopurinol
Obat ini bekerja menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin
Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer
Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anestetik
local.
Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan
anestetik umum.
Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus
diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan
cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta
sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama
dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik,
maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh
toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya
gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru
muncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika
pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal.
Sedangkan pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin
dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut:
a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat dapat
member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh buruk biasanya
b. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada fase
merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh
teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena
selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang
berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan
tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan
yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat
(pembentukan salah).
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase tersebut antara lain:
Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian
(struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari
c. Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi maturasi
dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi janin dalam fase
ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau
biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan dengan
masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena
kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses
radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatife
dalam waktu tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar
III. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita
hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin,
NSAID selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa
hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan
masakehamilan.
ANTIINFLAMASI
tertunda, meningkatkan waktu perdarahan pada janin maupun ibu karena efek anti
pada wanita hamil. Aspirin terbukti menimbulkan gangguan proses tumbuh kembang janin.
Selain itu, aspirin memicu komplikasi selama kehamilan. Bahkan, kandungan aspirin masih
ditemukan dalam ASI. Tubuh bayi akan menerima 4-8% dosis aspirin yang dikonsumsi oleh
ibu. Penelitina mengatakan bahwa bayi memilim ASI dari ibu yang mengkonsumsi aspirin
berisiko untuk menderita Reyes Syndrome yang merupakan suatu penyakit gangguan fungsi
otak dan hati. Karenanya, hindari pemakaian aspirin, terutama selama trimester tiga.
a) Farmakodinamik
Efek Analgesik :
Efek Antipiretik :
Efek Antiinflamasi :
-waktu perdarahan
-hipoprotrombinemia
-sistemik: hambatan sints PGE 2 & PGI 2 (hambatan sekresi asm lambung &
b) Farmakokinetik
Distribusi :
Metabolisme : di hepar
Ekskresi :
Efek samping :
-Iritasi lambung
-Allergi
Penggunaan klinis :
-Analgesik - Antipiretik
-Reumatoid artritis
-Mencegah trombus
Kontra Indikasi :
-Ulkus peptikum
-Haemophylia
-Allergi
2. Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang
memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan
selama kehamilan. Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka waktu pemberian yang lama
bisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada ginjal. sehingga dikategorikan sebagai
dagang, contohnya Parasetamol (obat penurun panas atau penghilang nyeri) bisa
3. Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau Non-
Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat analgetik. Pemakaiannya
4. Analgesik Opiate
terjadinya depresi respirasi pada janin yang manifest sebagai asfiksia pada waktu lahir.
Namun demikian ternyata berdasar penelitian, morfin sendiri tanpa disertai dengan faktor-
faktor pendorong lain, baik yang berasal dari ibu atau janin, tidak secara langsung
menyebabkan asfiksia. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa obat-obat opiate dapat dipakai
begitu saja.dalam proses kelahiran. Risiko terjadinya depresi kardiorespirasi harus selalu
Kemungkinan lain juga dapat terjadi bradikardi pada neonatus. Petidin merupakan analgetika
narkotika yang dianggap paling aman untuk pemakaian selama proses persalinan (obstetric-
analgesics). Tetapi kenyataannya bayi-bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan petidin
selama proses kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik lebih rendah dibanding bayi-
bayi yang ibunya tidak mendapatkan obat apapun atau yang mendapatkan anestesi lokal.
Sehingga karena alasan ini maka pemakaian petidin pada persalinan hanya dibenarkan
kontraktilitas uterus sehingga memperlambat proses kelahiran. Terhadap ibu, karena depresi
fungsi otot polos dapat terjadi penurunan motilitas usus dan stasis lambung dengan segala
konsekuensinya.
ketergantungan pada janin dalam kandungan. Hal ini akan manifest dengan munculnya gejala
gejala withdrawl pada bayi yang baru lahir. Gejala-gejala tersebut meliputi muntah, diare,
5. Ibuprofen
Merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat
analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan
aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
basofil, dan sel must. Obat-obat NSAID juga menurunkan sensitivitas pebuluh darah terhadap
bradikinin dan histamine, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T dan meniadakan
1. Analgesik
2. Antiinflamasi
3. Antipiretik
6. Bersifat nofrotoksik
1. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivate dari asam fenilpropionat. Pada dosis 2400 mg,
efekantiinflamasinya setara dengan 4gr aspirin. Pada dosis lebih rendah, hanya efek
analgesiknya yang jelas, sedangkan efek antiinflamasinya sedikit. Waktu paro 2 jam ,
2. Fenoprofen
Merupakan derivate asam propionate. Waktu paronya 2 jam . Dosis anti atritis
(inflamasi) ialah 600-800 mg, 4 kali sehari. Efek smpingnya menyerupai ibuprofen yaitu
nefrotoksis, interik, nausea, dispepsi, udema perifer, rash pruritas, efek sistem saraf pusatdan
kardiovaskuler.
3. Indomethacin
Indometasin merupakan derifat indol. Walaupun lebih toksik dari aspirin, tetapi
4. Sulindac
Suatu obat sulfosid, yang baru aktif setelah di ubah oleh enzim hati menjadi
sulfide, duraksi aksi 16 jam. Indikasi dan reaksi buruknya menyerupai obat NSAID yang lain.
nefrotik. Dosis rata-rata untuk arthritis inflamasi ialah 200mg, 2 kali sehari.
5. Maclofenamate
Derifat fenamat, mencapai kadar puncak dalam plasma darah 30-60 menit, waktu
paro 2 jam. Ekskresi lewat urin sebagai besar dalam bentuk konjungasi glukuronid. Efek
Kontraindikasi : hamil, belum terbukti keamanan dan efekasinya pada anak. Dosis
6. Asam Mefenamat
Juga drifat fenamat, mempunyai efek analgesik, tapi sebagai antiinflamasi kurang
kuat disbanding aspirin serta lebih toksik. Obat ini tidak boleh di berikan berturut-turut lebih
dari 1 minggu dan tidak diindikasikan untuk anak-anak. Dosis awal 500mg 9dewasa),
7. Tolmetin
terhadap arthritis rematoid dan osteortritis pada penderita dewasa dan remaja. Waktu paronya
8. Fenilbutazon
Merupakan derifat pirazolon, mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Akan tetapi
hemolitik, sindrom nefrotik, neuritis optic, tuli, reaksi alergi serius, dermatitis eksfoliotif serta
9. Piroxicam
Waktu paronya 45 jam, oleh karena itu pemakaiannya cukup sekali sehari. Obat ini
cepat diabsorbsidari lambung, dan dalam 1 jam konsentrasi dalam plasma mencapai 80% dari
kadar puncaknya. Keluhan gastrointestinal di alami oleh sekitar 20 % penderita, efek buruk
10. Diflunisal
Diflunsial ialah derivate difluorofenil asam salisilat. Waktu paronya dalam plasma
ialah 8-12 jam dan mencapai steady state setelah beberapa hari. Seperti halnya aspirin, ia
mempnyai efek analgesik dan antiinflamasi akan tetapi efek antipiretiknnya kecil.
Indikasinya ialah nyeri dan osteoarthritis. Efek buruknya menyerupai NSAID yang lain
11. Meloxicam
(COX-2). Banyak study menunjukkan bahwa meloxicam mempunyai efek samping pada
saluran gastrointestinal lebih renfdah di banding dengan NSAID yang lain, dengan kekuatan
perbedaan dalam hal efek sampingnya terhadap saluran gastrointestinal yang dinilai sebelum
oksametasin)
rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit kepala, nyeri
setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan, demam, ileus, dan renal colic.
NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam efek
samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual,
muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek samping pada ginjal
(penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Efek samping ini tergantung pada dosis yang
digunakan.
memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta penghambatan
Inflamasi Non Steroid) NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase tetapi
tidak enzim lipoksigenase. Contoh Obat AntiInflasmasi golongan NSAIDs adalah Turunan
Obat AntiInflamasi pada umumnya bekerja pada enzim yang membantu terjadinya inflamasi,
Namun Pada umumnya Obat Antiinflamasi bekerja pada enzim Siklooksigenase (COX) baik
Mekanisme Kerja
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
kekuatan dan selektivitas yang berbeda. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform
disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan
ekspresinya bersifat unik. Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemeliharaan berbagai
fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, salurancerna dan
vaskulardan pada proses perbaikan jaringan. Aspirin 166 kali lebih kuat menghambat COX-1
dari pada COX-2. Penghambat COX-2 dikembangkan dalam mencari penghambat COX
untuk pengobatan inflamasi dan nyeri yang kurang menyebabkan toksisitas saluran cerna dan
yang rendah kadar peroksid yaitu di hipotalamus. Parasetamol diduga menghambat isoenzim
COX-3,suatu variant dari COX-1. COX-3 ini hanya terdapat di otak. Aspirin sendiri
menghambat dengan mengasetilasi gugus aktiv serin dari COX-1, trombosit sangat rentan
terhadap enzim karena trombosit tidak mampu mensintesis enzim baru. Dosis tunggal aspirin
hidup trombosit, yaitu 8-11 hari. Ini berarti bahwa pembentukan trombosit kira-kira 10%
pembekuan darah tetap dapat berlangsung. Semua obat mirip-aspirin bersifat antipiretik,
analgesik, dan antiinflamasi. Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat tersebut, misalnya
lemah sekali. Sebagai antipiretik, obat mirip-aspirin akan menurunkan suhu badan dalam
keadaan demam.
berguna sebagai antipiretik karena sifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama.
Ini berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada di sentral otak terutamaCOX-3 dimana
hanya parasetamol dan beberapa obat AINS lainnya dapat menghambat. Fenilbutazon dan
antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut
produksi prostaglandin turun, jumlah prostaglandin turun sehingga set point mengatur suhu