PRESENTASI KASUS
Hidrocephalus Obstruktif
Pembimbing:
Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp.BS
Disusun Oleh:
Ratri Aninditya
1610221047
PRESENTASI KASUS
Hidrocephalus Obstruktif
Disusun Oleh:
Ratri Aninditya
1610221047
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan presentasi kasus ini dapat diselesaikan.
Laporan Kaus ini berjudul HIDROCEPHALUS OBSTRUKTIF.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak
sehingga penyusunan Laporan Kasus ini dapat berjalan dengan lancar dan dengan
rendah hati disampaikan rasa terima kasih kepada Letkol CKM dr.Aditya
Wicaksana,Sp.BS sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan presentasi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan yang dituliskan di dalam Presentasi
Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf
apabila terdapat banyak kekurangan pada pada laporan ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan
dalam penulisannya dan berharap kiranya presentasi kasus ini dapat bermanfaat.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke puskesmas terdekat dan dokter layanan primer,
kemudian di bawa ke RS Umum dan sudah di CT-Scan
Tanda Vital
Blood pressure : 110/80 mmHg
Heart rate : 90 kali/menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
Respiratory rate : 28 kali/menit
Temperature : 36,7 oC (axiller)
SpO2 : 99%
Skala Nyeri : VAS 8
Status Gizi
Berat badan : 59 kg
Tinggi badan : 160cm
Body mass index : 23,05 (normoweight)
Status Internus
Kepala : Normocephal, rambut putih tidak mudah dicabut,
distribusi merata, lesi (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya +/+
Hidung : Sekret (-/-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Bentuk normal, liang lapang, sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : Mukosa pucat, mukosa kering, tonsil T1-T1 tenang
Leher : Pembesaran KGB (-), kelenjar thyroid tidak didapatkan
pembesaran
Paru
Inspeksi : Deformitas (-), pergerakan dada simetris, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Murmur sistolik (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) epigastrium
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik
Status Neurologi
Meningeal Sign
a. Kaku kuduk : sulit di evaluasi
b. Kernig sign : sulit di evaluasi
c. Brudzinski I : sulit di evaluasi
d. Brudzinski II : sulit di evaluasi
e. Brudzinski III : sulit di evaluasi
f. Brudzinski IV : sulit di evaluasi
g. Laseque sign : sulit di evaluasi
N. Craniales
a. N. Opticus :
1) Visual Acuity : DBN
2) Visual Field : DBN
3) Warna : DBN
4) Funduskopi : tidak dilakukan
Motorik
a. Observasi : Tidak Tampak kelemahan
b. Palpasi : Atrofi (-), kenyal padat normal
c. Perkusi : DBN
d. Tonus : Normotonus
e. Kekuatan otot :
1) Extremitas atas : +5/+5
2) Extremitas bawah : +5/+5
Reflek Tendon
a. BPR / biceps : +2 / +2
b. TPR / triceps : +2 / +2
c. KPR / patella : +2 / +2
d. APR / achilles : +2 / +2
Pemeriksaan Cerebellum : Sulit di evaluasi
I.4 ASSESMENT
Hidrocefalus
DD : Hidrosefalus Obstruktif
Hidrocefalus Communikans
Tumor Otak
I.5 PLANNING
I.5.1 Planning Diagnostic
Untuk menyingkirkan diagnosis banding, maka sebaiknya di lakukan
pemeriksaan penunjang seperti :
a. CT SCAN kepala
b. Elektrokardiogram
c. Glukosa darah
d. Elektrolit
e. Darah lengkap
f. MRI
Kesan :
Lesi isodens di pineal body, post kontras tampak enhancement (slice 5-7)
Tampak VP Shunt Intraventrikel 3
Tak tampak ventrikulomegali, tak tampak hidrocephalus
Tak tampak infark maupun tanda perdarahan baik EDH, SDH, ICH, SAH
pada head CT-Scan saat ini
I.9 After Care Pasien
After Care Patien (ACP) adalah pelayanan yang terintergritas dengan
meninjau pada lingkungan demi menjamin kesembuhan pasien dengan melihat
permasalahan yang ada pada pasien dan mengidentifikasi fungsi dalam anggota
keluarga serta memberikan edukasi kepada pasien mengenai gaya hidup sehat.
I.9.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya after care patient adalah untuk melihat perkembangan
kesembuhan pasien, kontrol pengobatan pasien dan edukasi kepada pasien
mengenai penyakitnya.
Dapur
Kmr
tidur
15 meter
Kmr tidur
R. tamu
10 meter
Gambar 8 Denah Rumah Pasien
II.1 Anatomi
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.
1. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel
lateralis berhubungan denga ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen
interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus
dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan
infundibularis menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan recessus
pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV melalui
suatu lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara
cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada
kedua sisi. Masing-masing recessus berakhir pada foramen Luschka, muara lateral
ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare anterior terdapat apertura mediana
Magendie.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang
korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas, melanjut ke dalam medula
oblongata, dimana ia membuka ke dalam ventrikel IV.
5. Ruang subarakhnoidal
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan piamater.
II.2 Fisiologi
Cerebrospinal Fluid (CSF) merupakan suatu cairan bening dan hampir
bebas protein. Cairan yang mirip air ini dapat ditemukan di rongga subarachnoid
dan dalam susunan ventrikel.
a. Pembentukan CSF
Cairan cerebrispinal dihasilkan oleh sekresi dari plexus coroidalis dari cerebral
ventrikel. Plexus coroidalis adalah struktur yang secara fungsional kompleks dan
khusus mensekresi, mendialisa dan mneyerap CSF. Lapisan epitel plexus
coroidalis merupakan bagian penting bagi pengangkutan transseluler zat pelarut
dan zat larut dari pembuluh coroids ke CSF ventrikel.
b. Sirkulasi Cerebrospinal Fluid
Setelah disekresi oleh plexus choroidalis pada ventrikel lateral CSF mengalir
melalui interventricular foramina dan masuk ke ventrikel ke tiga. Selanjutnya CSF
mengalir melewati aquaductus Sylvii dan menuju ventrikel keempat dan
kemudian memasuki subarachnoid space dan cisterna melalui foramen Magendie
pada bagian medial aperture ventrikel empat dan foramen Luscka pada bagian
lateral aperture ventrikel empat. Dari cisterna ini sebagian besar CSF mengalir
kebagian medial dan lateral permukaan hemisfer cerebri dan menuju sinus
sagitalis superior pada atap cranium. Pada sub arachnoid space, cerebrospinal
fluid merembes melalui saluran saluran pada granulasi arachnoid untuk bersatu
dengan darah vena didalam sinus sagitalis posterior. Sebagian kecil CSF mengalir
ke bawah menuju subarachnoid space medulaspinalis
c. Absorbsi Cerebrospinal Fluid
Vili arachnoidalis merupakan tempat absorbsi CSF kedalam darah vena pada
sinus duramatris. Vili ini terdapat pada subarachnoid space. Atara subarachnoid
space dan pembuluh vena dipisahkan lapisan sel yang tipis yang dibentuk oleh
epitel arachnoid dan endotel sinus. Pada orang dewasa dan lanjut usia vili ini
membesar dan disebut pacchionian bodies atau arachnoid granulation. Pada
keadaan ini sering terjadi kalsifikasi dan menimbulkan bekas penekanan pada
calvaria.
d. Komposisi
Volume -rata 135 ml. Dari jumlah ini diperkirakan 80 ml berada dalam
ventrikel dan 55 ml didalam rongga subarachnoid.
Komposisi cairan ini terdiri dari air, sejumlah kecil protein, gas dalam larutan
( O2 dan CO2 ), ion natrium, kalium, kalsium, khlorida dan sedikit sel darah putih
( limfosit dan monosit ) dan bahan- bahan organik lainnya.
e. Fungsi Cerebrospinal Fluid
Cerebrospinal fluid mempunyai banyak fungsi. Antara lain :
a) mempertahankan keseimbangan external environtment dari neuron dan glia.
b) sebagai bantalan peredam yang melindungi otak dan medulla spinalis
terhadap benturan .
c) mencegah agar otak tidak menarik-narik mening, akar saraf san pembuluh
darah otak yang disarafi oleh saraf sensorik.
d) Pada keadaan tertentu cairan cerebrospinal ini sering diambil untuk dilakukan
analisa cairan sebagai penunjang diagnostik.
II.3 Hidrocephalus
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan pada
volume cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid / CSF). Peningkatan volume ini
disebabkan karena gangguan penyerapan atau produksi yang berlebihan (lebih
jarang terjadi). Secara harafiah, hidrosefalus terdiri dari 2 kata, yaitu hidro (hydro)
dan sefalus (cephalus). Hidro berarti air, dan sefalus berarti kepala atau otak
sehingga dapat diartikan sebagai air di dalam otak.
Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam otak dan saraf
tulang belakang (medula spinalis). Cairan ini berfungsi sebagai pelindung
mekanik otak dan medula spinalis dari trauma. Cairan serebrospinal juga
berfungsi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme otak dan menjaga agar
lingkungan di sekitar otak dan medula spinalis tetap stabil. Produksi cairan
serebrospinal terjadi di dalam bagian otak yang disebut koroid pleksus di
ventrikel otak. Dengan jumlah yang di produksi mencapai 500 ml per harinya.
Cairan tersebut akan mengisi rongga otak dan medula spinalis. Kemudian cairan
akan bersirkulasi dan akhirnya diserap di bagian yang disebut vili araknoid
(arachnoid vili).
Istilah hidrosefalus pada kasus ini harus dibedakan dengan Hydrocephalus
ex vacuo. Hydrocephalus ex vacuo adalah pembesaran ventrikel otak yang
disebabkan pengecilan jaringan otak (atrofi otak). Hidrosefalus dapat mengenai
semua orang dari anak-anak hingga dewasa. Dikatakan bahwa terdapat 1 sampai 2
bayi yang menderita hidrosefalus dalam 1000 bayi yang lahir. Penyakit
hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen hingga kematian.
II.3.1 Klasifikasi
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
a) Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem
ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel
otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius
(menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya
normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai
penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen Monro,
malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal).
Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor
intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
b) Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan
(Gangguan di luar sistem ventrikel).
perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu
menimbulkan blokade villi arachnoid.
Radang meningeal
Kongenital :
Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
Gangguan pembentukan villi arachnoid
Papilloma plexus choroideus
2. Berdasarkan Etiologinya :
A. Tipe obstruksi
a. Kongenital
a.1.Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat
jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).
a.2.Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh
hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak
adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya
tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan
dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis,
anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
a.3.Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak
dan cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar
menuju canalis spinalis
a.4.Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal
tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena
vena Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk
kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
a.5.Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong
CSS.
b. Didapat (Acquired)
b.1.Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput
(meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika
jaringan parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang
subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi
penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat pengobatan,
bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas
tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala
meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan
antibiotik dosis tinggi.
b.2.Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
b.3.Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah
mengalir dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis.
Kemungkinan hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh penyumbatan
atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.
3. Berdasarkan Usia
a. Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
b. Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis
Hidrosefalus Tekanan Normal ; sesuai konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk
tanda dan gejala peninggian TIK, seperti kepala yang besar dengan penonjolan
fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis hidrosefalus yang tidak
bersamaan dengan peninggian TIK.
Seseorang bisa didiagnosa mengalami hidrosefalus tekanan normal jika
ventrikel otaknya mengalami pembesaran, tetapi hanya sedikit atau tidak ada
peningkatan tekanan dalam ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut,
dan sebagian besar disebabkan aliran CSS yang terganggu dan compliance otak
yang tidak normal.
Pada dewasa dapat timbul hidrosefalus tekanan normal akibat dari :
a) Perdarahan subarachnoid
b) Meningitis
c) Trauma kepala
d) Idiopathic
Dengan trias gejala :
a) gangguan mental (dementia)
b) gangguan koordinasi (ataksia)
c) gangguan kencing (inkontinentia urin)
II.3.5 Komplikasi
a. Atrofi otak
b. Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.
II.3.6 Penatalaksanaan
a. Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat
dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusatpusat kesehatan dimana
sarana bedah saraf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
a) Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan
sampai maksimal 1.200 mg/hari
b) Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan
untuk operasi.
b. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan
terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi
CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi :
Umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-
intraventrikular dan meningitis TBC.
Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt
tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending
herniation)
Cara:
b. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace
L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh
gaya gravitasi.
c. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang
memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
d. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang
dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).
e. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap
minggu.
f. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT
scan 3 minggu berturut-turut.
g. Tindakan ini dianggap gagal jika :
Dilatasi ventrikel menetap
Cortical mantel makin tipis
Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia
dan gangguan elektrolit.
c. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per
infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
Sjamsuhidat, R, Win de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, EGC, Jakarta 2004.
(hal 809-810)
Saanin Syaiful, Ilmu Bedah Saraf, Neurosurgeon, Ka.SMF Bedah Saraf RS. Dr.
M. Djamil / FK-UNAND Padang, tersedia di
www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Hidrosefalus.html
Sri M, Sunaka N, Kari K. Tinjauan Pustaka Hidrosefalus, Seksi Bedah Saraf
Lab/SMF Bedah FK UNUD RSU Sanglah, Denpasar-Bali. Dexa Media No.1,
Vol.19, Januari-Maret 2006, hal 40-48
Kahle, Leonhardt, Platzer, Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia jilid 3, edisi
6, sistem saraf dan alat-alat sensoris, Hipokrates, hal 262-271
Kamus Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Pedoman diagnosis dan terapi, Lab/Upf Ilmu Bedah 1994, Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo Surabaya, hal 10-12
Layono Fuso, Makalah HIDROSEFALUS, Tugas Kepaniteraan Klinik di UPF
Ilmu Bedah RSUD Gambiran Kediri, tahun 2003.
Ropper AH, Samuels MA. Adams and victors, Principle Of Neurology. Edisi 9.
New York: McGraw-Hill; 2009. hal. 591-601.
Lindsay KW, Bone I. Neurology And Neurosurgery Illustrated. Edisi 4.
Philadelphia: Churchill Livingstone; 2005. hal. 370-3.