Anda di halaman 1dari 36

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

PRESENTASI KASUS

Hidrocephalus Obstruktif

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Bedah
Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang

Pembimbing:
Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp.BS

Disusun Oleh:
Ratri Aninditya
1610221047

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT TENTARA TK II DR. SOEDJONO, MAGELANG
PERIODE 03 JANUARI 11 MARET 2017
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Hidrocephalus Obstruktif

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Bedah
Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang

Disusun Oleh:
Ratri Aninditya
1610221047

Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Pembimbing : Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana Sp.BS

Tanggal :
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan presentasi kasus ini dapat diselesaikan.
Laporan Kaus ini berjudul HIDROCEPHALUS OBSTRUKTIF.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak
sehingga penyusunan Laporan Kasus ini dapat berjalan dengan lancar dan dengan
rendah hati disampaikan rasa terima kasih kepada Letkol CKM dr.Aditya
Wicaksana,Sp.BS sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan presentasi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan yang dituliskan di dalam Presentasi
Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf
apabila terdapat banyak kekurangan pada pada laporan ini. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun ke arah penyempurnaan
dalam penulisannya dan berharap kiranya presentasi kasus ini dapat bermanfaat.

Magelang, Februari 2017

Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS

I.1 Identitas Pasien


Nama : Sdr.B
Usia : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sangubanyu Utara, Bandongan
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 02 Februari 2017
Tanggal Keluar RS : 09 Februari 2017
Bangsal : Cempaka, kamar 1B

I.2 Anamnesis (6 Februari 2017)


Keluhan Utama
Sakit kepala hebat sejak 3 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien merasakan sakit kepala hebat cekot-cekot sejak 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit
Sakit kepala awalnya dirasakan semakin hebat
Keluhan disertai mual muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Pasien sempat mengalami kejang sekitar 10 hari yang lalu sekitar kurang
lebih satu jam, badan kaku dan mata mendelik keatas, pasien sempat tidak
sadarkan diri
Pasien mengatakan pandangan mata sedikit kabur
Pasien mengaku tidak ada gangguan berkemih dan keseimbangan

Riwayat Penyakit Dahulu


Alergi : (-)
Trauma : pernah mengalami benturan pada kepala saat sekolah
dasar, benturan dengan batu kali tetapi tidak ada keluhan apapun
Anemia : (-)
Gastritis : (+)
Penyakit jantung : (-)
Angina pektoris : (-)
Hipertensi : (-)
Penyakit paru : (-)
Diabetes melitus : (-)
Stroke : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat kejang, tidak ada riwayat tumor pada keluarga, tidak ada
riwayat hipertensi dan diabetes pada keluarga.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien menggunakan jaminan
kesehatan askes

Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke puskesmas terdekat dan dokter layanan primer,
kemudian di bawa ke RS Umum dan sudah di CT-Scan

I.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalisata
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
GCS 15 (E 4, M 6, V5)

Tanda Vital
Blood pressure : 110/80 mmHg
Heart rate : 90 kali/menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
Respiratory rate : 28 kali/menit
Temperature : 36,7 oC (axiller)
SpO2 : 99%
Skala Nyeri : VAS 8

Status Gizi
Berat badan : 59 kg
Tinggi badan : 160cm
Body mass index : 23,05 (normoweight)

Status Internus
Kepala : Normocephal, rambut putih tidak mudah dicabut,
distribusi merata, lesi (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya +/+
Hidung : Sekret (-/-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Bentuk normal, liang lapang, sekret (-/-), massa (-/-)
Mulut : Mukosa pucat, mukosa kering, tonsil T1-T1 tenang
Leher : Pembesaran KGB (-), kelenjar thyroid tidak didapatkan
pembesaran
Paru
Inspeksi : Deformitas (-), pergerakan dada simetris, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Murmur sistolik (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) epigastrium
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik

Status Neurologi
Meningeal Sign
a. Kaku kuduk : sulit di evaluasi
b. Kernig sign : sulit di evaluasi
c. Brudzinski I : sulit di evaluasi
d. Brudzinski II : sulit di evaluasi
e. Brudzinski III : sulit di evaluasi
f. Brudzinski IV : sulit di evaluasi
g. Laseque sign : sulit di evaluasi
N. Craniales
a. N. Opticus :
1) Visual Acuity : DBN
2) Visual Field : DBN
3) Warna : DBN
4) Funduskopi : tidak dilakukan
Motorik
a. Observasi : Tidak Tampak kelemahan
b. Palpasi : Atrofi (-), kenyal padat normal
c. Perkusi : DBN
d. Tonus : Normotonus
e. Kekuatan otot :
1) Extremitas atas : +5/+5
2) Extremitas bawah : +5/+5
Reflek Tendon
a. BPR / biceps : +2 / +2
b. TPR / triceps : +2 / +2
c. KPR / patella : +2 / +2
d. APR / achilles : +2 / +2
Pemeriksaan Cerebellum : Sulit di evaluasi

I.4 ASSESMENT
Hidrocefalus
DD : Hidrosefalus Obstruktif
Hidrocefalus Communikans
Tumor Otak

I.5 PLANNING
I.5.1 Planning Diagnostic
Untuk menyingkirkan diagnosis banding, maka sebaiknya di lakukan
pemeriksaan penunjang seperti :
a. CT SCAN kepala
b. Elektrokardiogram
c. Glukosa darah
d. Elektrolit
e. Darah lengkap
f. MRI

I.5.2 Planning Therapeutic


A. Monitoring
a. Observasi keadaan umum
b. Observasi tanda vital
B. Medikamentosa
a. Infus RL 20-30tpm
b. Inj.Ketorolac 3x1g
C. Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, terapi dan prognosis
b. Rencana dilakukan VP-Shunt
I.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (02 Februari 2017)
Parameter Hasil Normal Range
RBC 5.15 3.00 6.00 106/ul
MCV 83.8 81.00 101.0 fl
RDW % 12.0 10.0 16.0%
HCT 43.2 35.0 45.0%
PLT 206 150 400 103/ul
MPV 7.4 7.0 11.0 fl
PCT 0.15 0.20 0.50%
PDW 13.2 10.0 18.0%
WBC 4.9 4.0 10.0 103/ul
HGB 15.6 12.0 16.0 g/dl
MCH 30.3 27.0 33.0 pg
MCHC 36.1 31.0 35.0 g/dl
LYM 1.6 1.0 5.0 103/ul
GRAN 2.9 2.0 8.0 103/ul
MID 0.4 0.1 1.0 103/ul
LYM % 29.0 15.0 50.0 %
GRA % 63.8 35.0 80.0 %
MID % 7.2 2.0 15.0 %
CT 330
BT 2
B. Hasil pemeriksaan CT-Scan (31 Januari 2017)

Pemeriksaan CT-Scan Brain potongan axial tanpa kontras


Hasil :
Cortical sulci normal
Sistem ventrikel lateral dan III melebar, ventrikel IV masih dbn
Fisura dan cisterna lebih menyempit
Tak tampak midline shifting
Deferensiasi white: gray matter tak tampak defect
Tak tampak massa tumor extra axial dan intra cerebral
Tak tampak lesi hyperdens maupun hypodens patologis intra parencymal
Struktur para sella baik
Brain stem, cerebellopontine angle dan cerebellum tak tampak kelainan
Tak tampak diskontinuitas coretx tulang calvaria

Kesan : Hydrocephalus obstructive e.c Massa corpus pineal (pinealoma)


I.7 Riwayat Pre-Operasi

Tabel 2 Follow Up Pre Operasi Tanggal 6 Februari 2017

Subyektif Obyektif Assesment Planning


KU: Sakit kepala Kesadaran: Hydrocephalus Rencana
hebat Compos mentis e.c massa di Hari ini
RPS: Pasien puasa (Stabil) pineal Operasi
persiapan GCS: E4 V5 E6 pemasangan
pemasangan VP- Vital sign: VP Shunt
shunt, (-) muntah, (- - N: 128 x/mnt
) sesak napas, (-) - TD :
kejang, (-), demam 120/80mmHg
(-) - Suhu: 36,6C
- RR: 25x/mnt
Status
generalis: DBN

I.8 Laporan Operasi 6 Februari 2017


I.8 Riwayat Post Operasi

Tabel 3 Follow Up Post Operasi Tanggal 7 Februari 2017

Subyektif Obyektif Assesment Planning


Keluhan : kepala Kesadaran: Post Operasi Obs.
masih sakit sedikit Compos mentis VP Shunt H+1 Kesadaran
GCS: E4 V5 E6 dan tanda
RPS: kepala sakit Vital sign: vital
(+), muntah (-), - N: 123x/mnt Ceftiraxon
sesak napas (-), -TD : 120/70mmHg e 2x1g
kejang (-), BAK (+) - Suhu: 36C Ketorolac
normal, BAB (+) - RR: 23x/mnt 2x1amp
normal, demam (-), Status generalis:
nafsu makan baik, DBN
penglihatan kurang Status lokalis:
jelas (+) Bekas luka
post-op:
a. (+) perban
b. (-) rembesan
darah
c. (-) nanah

Tabel 4 Follow Up Post Operasi Tanggal 8 Februari 2017

Subyektif Obyektif Assesment Planning


Keluhan sakit Kesadaran: Post Operasi Ceftiraxone
kepala menurun Compos mentis VP Shunt H+2 2x1g
(+) GCS: E4 V5 E6 Ketorolac
Vital sign: 3x1amp
RPS: Muntah (- - N: 123x/mnt Besok BLPL
), sesak napas (- - Suhu: 36C
), kejang (-), - RR: 23x/mnt
BAK (+) Status generalis:
normal, BAB DBN
(+) normal, Status lokalis:
demam (-), (+) perban
nafsu makan (-) rembesan
baik , darah
pandangan (-) nanah
sedikit kurang
jelas
Tabel 5 Follow Up Post Operasi Tanggal 9 Februari 2017

Subyektif Obyektif Assesment Planning


Keluhan nyeri Kesadaran: Post Operasi BLPL
kepala Compos mentis VP Shunt H+3 Kontrol hari
berkurang GCS: E4 V5 E6 Rabu
Vital sign: Cefadroxil
RPS: muntah (- - N: 123x/mnt 2x500mg
), sesak napas (- - TD :
), kejang (-), 120/70mmHg
BAK (+) - Suhu: 36C
normal, BAB - RR: 23x/mnt
(+) normal, Status generalis:
demam (-), DBN
nafsu makan Status lokalis:
baik Bekas luka
post-op:
d. (+) perban
e. (-)
rembesan
darah
(-) nanah

Pada tanggal 16 Februari 2017 pasien datang ke RST dr.Soedjono


Magelang untuk melakukan kontrol post Operasi.
Subyektif Obyektif Assesment Planning
Sakit kepala (-), Kesadaran: Post Operasi Aff jaitan
sakit perut Compos mentis VP Shunt Cefadroxil
sebelah kiri (+), GCS: E4 V5 E6 H+10 2x500mg
muntah (-), Vital sign: Paracetamol
sesak napas (-), - N: 123x/mnt 2x500mg
kejang (-), BAK - TD : CT-Scan ulang
(+) normal, 120/70mmHg contrast dan
BAB (+) - Suhu: 36C non-contrast
normal, demam - RR: 23x/mnt
(-), nafsu makan Status generalis:
baik, pe DBN
Status lokalis:
Bekas luka
post-op:
Rembesan
darah (-)
Luka kering
(-) nanah

Hasil CT-Scan Post VP Shunt (16 Februari 2017)

Kesan :
Lesi isodens di pineal body, post kontras tampak enhancement (slice 5-7)
Tampak VP Shunt Intraventrikel 3
Tak tampak ventrikulomegali, tak tampak hidrocephalus
Tak tampak infark maupun tanda perdarahan baik EDH, SDH, ICH, SAH
pada head CT-Scan saat ini
I.9 After Care Pasien
After Care Patien (ACP) adalah pelayanan yang terintergritas dengan
meninjau pada lingkungan demi menjamin kesembuhan pasien dengan melihat
permasalahan yang ada pada pasien dan mengidentifikasi fungsi dalam anggota
keluarga serta memberikan edukasi kepada pasien mengenai gaya hidup sehat.

I.9.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya after care patient adalah untuk melihat perkembangan
kesembuhan pasien, kontrol pengobatan pasien dan edukasi kepada pasien
mengenai penyakitnya.

I.9.2 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga


a. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 26 tahun. Pasien tinggal bersama
ibu. Dari hasil wawancara yang dilakukan, pasien adalah anak kedua dari
2 bersaudara.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Hubungan pasien dengan
teman-temannya baik. Kakak pasien sangat memberikan perhatian penuh
terhadap pasien
c. Fungsi Pendidikan
Pasien lulusan SMP.
d. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di tempat yang tidak terlalu padat penduduknya. Pasien
jarang mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan rumahnya.
e. Fungsi Religius
Pasien beragama Islam. Dan mengikuti kegiataan keagamaan di
lingkungan rumah
f. Fungsi Ekonomi
Sebelum jatuh sakit pasien bekerja sebagai buruh bangunan
I.9.3 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Faktor Perilaku
Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga langsung
berobat ke puskesmas dekat rumah.
b. Faktor non-Perilaku
Sarana kesehatan tidak begitu jauh dengan rumah. Akses jalanan ke
rumah pasien sudah baik dan terdapat angkutan umum sehingga untuk ke
sarana kesehatan (Puskesmas) dapat ditempuh baik dengan kendaraan
pribadi ataupun angkutan umum.

I.9.4 Diagnosis Fungsi Keluarga


a. Fungsi biologis
Pasien berusia 26 tahun dengan hidrocefalus e.c pieloma
b. Fungsi psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga baik.
c. Fungsi sosial budaya
Pasien dapat bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik.
d. Faktor perilaku
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, pasien berobat ke sarana
kesehatan terdekat.
e. Faktor non-perilaku
Sarana kesehatan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.

I.9.5 Risiko, Permasalahan dan Perencanaan Kesehatan Keluarga


Risiko/masalah Rencana Pembinaan Sasaran
kesehatan
Hidrocefalus e.c pieloma Edukasi mengenai Pasien dan keluarga
penyakit pasien
Edukasi
dukungan
keluarga terhadap
penyakit pasien
Edukasi
mengenai
prognosis
penyakit dan
waktu
penyembuhan
penyakit.

I.9.6 Denah Rumah Pasien

Dapur

Kmr
tidur
15 meter

Kmr tidur

R. tamu

10 meter
Gambar 8 Denah Rumah Pasien

I.9.7 Profil Tempat Tinggal Pasien


a. Alamat rumah: Sangubanyu Utara, Bandongan
b. Rumah berukuran 15x10 m
c. Dinding terbuat dari tembok tanpa dicat
d. Atap terbuat dari genting tidak ditutup dengan plafon
e. Lantai berupa semen tanpa ubin
f. Terdiri atas satu ruang tamu yang gabung dengan ruang keluarga, dua
kamar tidur, satu dapur
g. Pergerakan udara didalam rumah dapat mengalir bebas karena ventilasi
udaranya cukup banyak
h. Cahaya dapat masuk ke dalam rumah

I.9.8 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


S : Pasien sesekali merasa sakit tapi sangat jarang, penglihatan terkadang tidak
fokus, sakit pada perut bagian kiri, Mual (-), Muntah (-), kejang (-)
O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan, Stabil
Kesadaran : CM GCS :E4M6V5
Tanda Vital :
TD : 110/80mmHg
Nadi : 70x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,50C
Skala Nyeri : VAS 2
Status Lokalis :
Luka pada kepala kering dan sudah aff jaitan
Luka pada perut kanan kering dan sudah aff jaitan
Tidak ada rembesan darah pada perban
A : Post VP-Shunt H+11
P : Edukasi terhadap keluarga tentang kondisi pasien
I.9.9 Kesimpulan Pembinaan Keluarga
1. Tingkat Pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan cukup baik
2. Faktor Penyulit
Tidak ada kesulitan
3. Indikator Keberhasilan
Pasien rutin meminum obat
Pasien kontrol ke rumah sakit untuk penyakitnya.

I.9.10 Foto Lingkungan Rumah dan Rumah Pasien


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.
1. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel
lateralis berhubungan denga ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen
interventrikularis (Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus
dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan
infundibularis menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan recessus
pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV melalui
suatu lubang kecil, yaitu aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara
cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada
kedua sisi. Masing-masing recessus berakhir pada foramen Luschka, muara lateral
ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare anterior terdapat apertura mediana
Magendie.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang
korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas, melanjut ke dalam medula
oblongata, dimana ia membuka ke dalam ventrikel IV.
5. Ruang subarakhnoidal
Merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan piamater.
II.2 Fisiologi
Cerebrospinal Fluid (CSF) merupakan suatu cairan bening dan hampir
bebas protein. Cairan yang mirip air ini dapat ditemukan di rongga subarachnoid
dan dalam susunan ventrikel.
a. Pembentukan CSF
Cairan cerebrispinal dihasilkan oleh sekresi dari plexus coroidalis dari cerebral
ventrikel. Plexus coroidalis adalah struktur yang secara fungsional kompleks dan
khusus mensekresi, mendialisa dan mneyerap CSF. Lapisan epitel plexus
coroidalis merupakan bagian penting bagi pengangkutan transseluler zat pelarut
dan zat larut dari pembuluh coroids ke CSF ventrikel.
b. Sirkulasi Cerebrospinal Fluid
Setelah disekresi oleh plexus choroidalis pada ventrikel lateral CSF mengalir
melalui interventricular foramina dan masuk ke ventrikel ke tiga. Selanjutnya CSF
mengalir melewati aquaductus Sylvii dan menuju ventrikel keempat dan
kemudian memasuki subarachnoid space dan cisterna melalui foramen Magendie
pada bagian medial aperture ventrikel empat dan foramen Luscka pada bagian
lateral aperture ventrikel empat. Dari cisterna ini sebagian besar CSF mengalir
kebagian medial dan lateral permukaan hemisfer cerebri dan menuju sinus
sagitalis superior pada atap cranium. Pada sub arachnoid space, cerebrospinal
fluid merembes melalui saluran saluran pada granulasi arachnoid untuk bersatu
dengan darah vena didalam sinus sagitalis posterior. Sebagian kecil CSF mengalir
ke bawah menuju subarachnoid space medulaspinalis
c. Absorbsi Cerebrospinal Fluid
Vili arachnoidalis merupakan tempat absorbsi CSF kedalam darah vena pada
sinus duramatris. Vili ini terdapat pada subarachnoid space. Atara subarachnoid
space dan pembuluh vena dipisahkan lapisan sel yang tipis yang dibentuk oleh
epitel arachnoid dan endotel sinus. Pada orang dewasa dan lanjut usia vili ini
membesar dan disebut pacchionian bodies atau arachnoid granulation. Pada
keadaan ini sering terjadi kalsifikasi dan menimbulkan bekas penekanan pada
calvaria.
d. Komposisi
Volume -rata 135 ml. Dari jumlah ini diperkirakan 80 ml berada dalam
ventrikel dan 55 ml didalam rongga subarachnoid.
Komposisi cairan ini terdiri dari air, sejumlah kecil protein, gas dalam larutan
( O2 dan CO2 ), ion natrium, kalium, kalsium, khlorida dan sedikit sel darah putih
( limfosit dan monosit ) dan bahan- bahan organik lainnya.
e. Fungsi Cerebrospinal Fluid
Cerebrospinal fluid mempunyai banyak fungsi. Antara lain :
a) mempertahankan keseimbangan external environtment dari neuron dan glia.
b) sebagai bantalan peredam yang melindungi otak dan medulla spinalis
terhadap benturan .
c) mencegah agar otak tidak menarik-narik mening, akar saraf san pembuluh
darah otak yang disarafi oleh saraf sensorik.
d) Pada keadaan tertentu cairan cerebrospinal ini sering diambil untuk dilakukan
analisa cairan sebagai penunjang diagnostik.
II.3 Hidrocephalus
Hidrosefalus adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan pada
volume cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid / CSF). Peningkatan volume ini
disebabkan karena gangguan penyerapan atau produksi yang berlebihan (lebih
jarang terjadi). Secara harafiah, hidrosefalus terdiri dari 2 kata, yaitu hidro (hydro)
dan sefalus (cephalus). Hidro berarti air, dan sefalus berarti kepala atau otak
sehingga dapat diartikan sebagai air di dalam otak.
Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam otak dan saraf
tulang belakang (medula spinalis). Cairan ini berfungsi sebagai pelindung
mekanik otak dan medula spinalis dari trauma. Cairan serebrospinal juga
berfungsi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme otak dan menjaga agar
lingkungan di sekitar otak dan medula spinalis tetap stabil. Produksi cairan
serebrospinal terjadi di dalam bagian otak yang disebut koroid pleksus di
ventrikel otak. Dengan jumlah yang di produksi mencapai 500 ml per harinya.
Cairan tersebut akan mengisi rongga otak dan medula spinalis. Kemudian cairan
akan bersirkulasi dan akhirnya diserap di bagian yang disebut vili araknoid
(arachnoid vili).
Istilah hidrosefalus pada kasus ini harus dibedakan dengan Hydrocephalus
ex vacuo. Hydrocephalus ex vacuo adalah pembesaran ventrikel otak yang
disebabkan pengecilan jaringan otak (atrofi otak). Hidrosefalus dapat mengenai
semua orang dari anak-anak hingga dewasa. Dikatakan bahwa terdapat 1 sampai 2
bayi yang menderita hidrosefalus dalam 1000 bayi yang lahir. Penyakit
hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen hingga kematian.

II.3.1 Klasifikasi
Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain :
1. Berdasarkan Anatomi / tempat obstruksi CSS
a) Hidrosefalus tipe obstruksi / non komunikans
Terjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan di dalam atau pada sistem
ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam sistem ventrikel
otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital : stenosis akuaduktus Sylvius
(menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya
normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai
penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen Monro,
malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal).
Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam sistem ventrikel (tumor
intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior).
b) Hidrosefalus tipe komunikans
Jarang ditemukan. Terjadi karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan
(Gangguan di luar sistem ventrikel).
perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu
menimbulkan blokade villi arachnoid.
Radang meningeal
Kongenital :
Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.
Gangguan pembentukan villi arachnoid
Papilloma plexus choroideus

2. Berdasarkan Etiologinya :
A. Tipe obstruksi
a. Kongenital
a.1.Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat
jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).
a.2.Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh
hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak
adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya
tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan
dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis,
anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
a.3.Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak
dan cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar
menuju canalis spinalis
a.4.Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal
tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena
vena Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk
kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
a.5.Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong
CSS.

b. Didapat (Acquired)
b.1.Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput
(meningen) di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika
jaringan parut dari infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang
subarachnoid, yang melalui akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi
penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat pengobatan,
bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas
tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala
meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan
antibiotik dosis tinggi.
b.2.Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
b.3.Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah
mengalir dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis.
Kemungkinan hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh penyumbatan
atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.

b.4.Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)


Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun.
70% tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis
lain dari tumor otakyang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor
intraventrikuler dan kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus
(termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian belakang otak
sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV.
Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus yang
berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor penyebab sumbatan.
b.5.Abses/granuloma
b.6.Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat
kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada
membran arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada
ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat
menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS
dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah
saraf dapat menghilangkan dinding kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista
terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat
memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan
menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi batang otak.

3. Berdasarkan Usia
a. Hidrosefalus tipe kongenital / infantil ( bayi )
b. Hidrosefalus tipe juvenile / adult ( anak-anak / dewasa )
Selain pembagian berdasarkan anatomi, etiologi, dan usia, terdapat juga jenis
Hidrosefalus Tekanan Normal ; sesuai konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk
tanda dan gejala peninggian TIK, seperti kepala yang besar dengan penonjolan
fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan temuan klinis hidrosefalus yang tidak
bersamaan dengan peninggian TIK.
Seseorang bisa didiagnosa mengalami hidrosefalus tekanan normal jika
ventrikel otaknya mengalami pembesaran, tetapi hanya sedikit atau tidak ada
peningkatan tekanan dalam ventrikel. Biasanya dialami oleh pasien usia lanjut,
dan sebagian besar disebabkan aliran CSS yang terganggu dan compliance otak
yang tidak normal.
Pada dewasa dapat timbul hidrosefalus tekanan normal akibat dari :
a) Perdarahan subarachnoid
b) Meningitis
c) Trauma kepala
d) Idiopathic
Dengan trias gejala :
a) gangguan mental (dementia)
b) gangguan koordinasi (ataksia)
c) gangguan kencing (inkontinentia urin)

II.3.2 Gambaran Klinis


Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang
disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang
menyebabkan hipotrofi otak.
a. Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang
dari 1 tahun) didapatkan gambaran :
a) Kepala membesar
b) Sutura melebar
c) Fontanella kepala prominen
d) Mata kearah bawah (sunset phenomena)
e) Nistagmus horizontal
f) Perkusi kepala : cracked pot sign atau seperti semangka masak.
Ukuran rata-rata lingkar kepala
Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm
b. Gejala pada anak-anak dan dewasa:
a) Sakit kepala
b) Kesadaran menurun
c) Gelisah
d) Mual, muntah
e) Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
f) Gangguan perkembangan fisik dan mental
g) Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut
dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II.
Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah
menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik
dan mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering
dijumpai seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak
mampu merencanakan aktivitasnya.

II.3.3 Pemeriksaan dan Diagnosis


a. Gejala klinis
b. X Foto kepala, didapatkan :
a) Tulang tipis
b) Disproporsi kraniofasial
c) Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a) Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b) Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
c. Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas,
frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm
d. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi
fontanela mayor. Menentukan :
Tekanan
Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan
antibiotik.
e. Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2
murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui
fontanella anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras
masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel
yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup ontuk
memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada karanium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai
resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan,
prosedur ini telah ditinggalkan.
f. CT scan kepala
a) Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di
atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
b) Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan
dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
Keuntungan CT scan :
Gambaran lebih jelas
Non traumatik
Meramal prognose
Penyebab hidrosefalus dapat diduga
g. USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT scan.

II.3.4 Diagnosis Banding


a. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat
pencairan hematom subdural
b. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
c. Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
d. Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri,
ruang yang normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS
e. Tumor otak
f. Kepala besar
Megaloensefali : jaringan otak bertambah
Makrosefali : gangguan tulang
Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro
(saraf) dan bedah neuro untuk menentukan prognosis dan terapetik.

II.3.5 Komplikasi
a. Atrofi otak
b. Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.

II.3.6 Penatalaksanaan
a. Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat
dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusatpusat kesehatan dimana
sarana bedah saraf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
a) Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan
sampai maksimal 1.200 mg/hari
b) Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan
untuk operasi.
b. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan
terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi
CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi :
Umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-
intraventrikular dan meningitis TBC.
Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt
tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending
herniation)
Cara:
b. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace
L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh
gaya gravitasi.
c. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang
memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
d. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang
dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).
e. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap
minggu.
f. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT
scan 3 minggu berturut-turut.
g. Tindakan ini dianggap gagal jika :
Dilatasi ventrikel menetap
Cortical mantel makin tipis
Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia
dan gangguan elektrolit.
c. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per
infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.

1. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III


Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum,
dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS
dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen)
Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
b. Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Komplikasi Shunting
Infeksi
Hematoma subdural
Obstruksi
Keadaan CSS yang rendah
Asites
Kraniosinostosis
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidat, R, Win de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, EGC, Jakarta 2004.
(hal 809-810)
Saanin Syaiful, Ilmu Bedah Saraf, Neurosurgeon, Ka.SMF Bedah Saraf RS. Dr.
M. Djamil / FK-UNAND Padang, tersedia di
www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Hidrosefalus.html
Sri M, Sunaka N, Kari K. Tinjauan Pustaka Hidrosefalus, Seksi Bedah Saraf
Lab/SMF Bedah FK UNUD RSU Sanglah, Denpasar-Bali. Dexa Media No.1,
Vol.19, Januari-Maret 2006, hal 40-48
Kahle, Leonhardt, Platzer, Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia jilid 3, edisi
6, sistem saraf dan alat-alat sensoris, Hipokrates, hal 262-271
Kamus Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Pedoman diagnosis dan terapi, Lab/Upf Ilmu Bedah 1994, Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo Surabaya, hal 10-12
Layono Fuso, Makalah HIDROSEFALUS, Tugas Kepaniteraan Klinik di UPF
Ilmu Bedah RSUD Gambiran Kediri, tahun 2003.
Ropper AH, Samuels MA. Adams and victors, Principle Of Neurology. Edisi 9.
New York: McGraw-Hill; 2009. hal. 591-601.
Lindsay KW, Bone I. Neurology And Neurosurgery Illustrated. Edisi 4.
Philadelphia: Churchill Livingstone; 2005. hal. 370-3.

Anda mungkin juga menyukai