Anda di halaman 1dari 3

Akhmad Gifari

5150111069
S1 Akuntansi B

Profil dan Biografi Peter Firmansyah.

Pemuda ini dikenal


sebagai Pemilik Brand
Petersaysdenim.Jika anda
termasuk salah satu pecinta
produk jeans atau Denim anda
pasti mengenal salah satu produk
bernama PeterSaysDenim, dan anda pasti mengira salah satu brand terkenal ini berasal dari luar
negeri, dugaan anda salah, produk ini merupakan asli buatan Indonesia yang diciptakan oleh Peter
Firmansyah seorang anak muda yang berasal dari Indonesia yang menciptakan dan memproduksi
jeans, baju, serta perlengkapan fashion lainnya yang telah dikenal diluar negeri dan bersanding
dengan merk-merk lainnya seperti Ripcurl, Volcom, Machbeth, dll. Produk PSD (Peter says
denim) buatan Peter Firmansyah juga banyak digunakan oleh band-band dari dalam dan luar negeri
karena kualitasnya. Kesuksesan yang diraih oleh Peter Firmansyah tidak serta merta dicapai dalam
waktu yang cepat melainkan membutuhkan waktu yang lama, Peter Firmansyah merupakan Anak
muda kelahiran Kota Sumedang, pada tanggal 4 Februari 1984. Peter Firmansyah terlahir dari
keluarga yang sederhana. Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak,
perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan.
Peter Firmansyah pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli
makanan. Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas
kasihan kerabatnya. Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al
Masoem, Kabupaten Bandung, kata Peter. Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan
perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall,
Bandung. Di kawasan itu Peter Firmansyah berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat
ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan.
Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar
menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru. Selain itu, Peter juga
banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke
agen-agen pengiriman paket. Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung.
Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta.
Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter Firmansyah
memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya perselisihan yang sempat
disesali Peter karena sudah menghabiskan biaya besar. Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas, Peter
Firmasnyah kemudian mulai berkerja di pabrik yang membuat produk Rusty, Volcom dan globe. Dari situlah
Peter Firmansyah mulai belajar tentang pemilihan produk, pembuatan, hingga pemasaran produk. Pada tahun
2005, Peter Firmansyah kemudian nekat membuat produk jeans dengan nama Defense berbekal pengalaman
Akhmad Gifari
5150111069
S1 Akuntansi B

yang ia dapat dari pabrik pembuatan produk produk terkenal namun singkat cerita produk buatannya gagal
dipasaran.
Peter Firmansyah juga seorang pemain band, dan dari band-nya "Peter says sorry" itulah kemudian
Peter punya banyak kenalan musisi dan tahu bagaimana kebutuhan musisi terutama band-band rock untuk
tampil di sebuah stage. Dan memang pengalaman adalah guru yang terbaik. Pekerjaan yang dimulai dari
bawah akan lebih banyak memberi ilmu, dan membuat kita bergerak terus ke atas daripada mereka yang
kemudian sudah start dari atas. Yang ada justru kebanyakan mereka collapse dan jatuh ke bawah. Alasannya
jelas, mereka tidak tahu apa yang dibutuhkan di bawah, karena sebenarnya pusat dari sebuah produksi adalah
bagaimana kinerja mereka yang di bawah. Pada tahun 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30
juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.
Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya
sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan,
sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Bermodal tabungannya sebanyak Rp 5 juta, ia mulai
memproduksi celana jins sendiri. Pertama-tama, Peter membuat lima potong jins. Ternyata, produk
perdananya ini laris. Pesanan berdatangan dan ia menambah produksi hingga 20 potong lebih.
Selama enam bulan pertama, ia benar-benar membanting tulang. Mulai belanja bahan, mengukur,
mengawasi tukang jahit, hingga mengantarkan pesanan jins ke konsumen ia kerjakan sendiri.

Akan tetapi, jins yang diberi merek Peter Says Denim (PSD) itu tak selamanya laku. Sebab, sejak
awal, ia membanderol jins dengan harga tinggi. Karena itu, ia kerap menerima cemoohan dan
penolakan konsumen. Peter Firmansyah lantas memasang strategi dengan fokus mempromosikan
jins buatannya ke anak-anak band. Ia melakukan pendekatan khusus supaya anak band yang jam
terbang sudah banyak mau memakai jinsnya sebagai promosi. Tak hanya band lokal, Peter juga
mendekati band-band luar negeri. Peter lalu membuat website khusus untuk menjajakan produk
Peter Says Denim. Untuk memperkuat bisnis online ini, ia menggelontorkan lagi duit Rp 5 juta.
Ternyata pilihan itu tepat. Lewat situs online-nya, Peter Say Denim dikenal di Amerika, Kanada,
Australia, Singapura, dan Malaysia. Hasilnya, kini saban bulan, Peter memproduksi 500 hingga
1.000 potong jins.
\
Meski bisnis distro di Bandung menjamur hingga 400 gerai lebih, jins Peter Says Denim tetap
unggul lantaran berani tampil beda. Peter Firmansyah mengaku, jins buatannya sebenarnya tak
beda jauh dengan jins lokal lain. Tapi, dia berhasil mengubah citra produk lokal yang tak bisa
bersaing dengan kualitas nomor satu layaknya jins branded. Tak butuh waktu relatif lama, usahanya
dalam berbisnis jeans mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka
usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek
Petersaysdenim, bahkan dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri. Sejumlah
kelompok musik itu seperti Of Mice Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika
Akhmad Gifari
5150111069
S1 Akuntansi B

Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman
sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan
pujiannya dalam situs Petersaysdenim. Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label
Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-
merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.

Peter Firmansyah dan produk Petersaysdenim


Saat ini Peterb Firmansyah telah berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya tersebut. Dia telah
menjadi seorang pengusaha muda dengan omset ratusan juta perbulan dan tengah merencanakan
untuk membuka sebuah kantor perwakilan PSD lagi di Amerika Serikat. Selain itu, Peter telah
mengembangkan usahanya ke bidang lain seperti studio tato dan label rekaman. Dia juga
mengungkapkan bahwa hingga saat ini dia masih memiliki mimpi-mimpi yang ingin untuk dia raih.

..Menghayal itu adalah sebagian dari doa. Karena mengejar mimpi dapat menjadi sebuah
motivasi hidup - Peter Firmansyah.

Anda mungkin juga menyukai