KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul MODEL PEMBELAJARAN
REASONING AND PROBLEM SOLVING SERTA MODEL PEMBELAJARAN
INQUARY TRAINING ini dapat saya selesaikan tepat waktu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER . i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .. 1
1.2.Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving .. 3
2.2.Penilaian Aktivitas-Aktivitas Problem Solving dan Reasoning.. 6
2.3.Hasil Penelitian Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran
Reasoning and Problem Selving .... 8
2.4.Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaraan Problem Solving
and Reasoning .. 12
2.5.Pengertian Model Pembelajaran Inqury Tranning 13
2.6.Sintaks dari Model Pembelajaran Inquiry Trainning. 13
2.7.Hasil Penelitian yang Mendukung Makalah.. 15
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan 19
3.2. Saran .. 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Dari Rumusan Masalah Diatas dapat beberapa tujuan,
BAB 2
PEMBAHASAN
yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah
(Krulik & Rudnick, 1996). Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan
berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Aktivitas
problem solving terkait erat dengan aktivitas pengambilan keputusan dan scientific
inquiry. Problem solving merupakan salah satu kompetensi seseorang yang cukup penting
sebagai prasyarat baginya untuk bisa hidup. Esensi kehidupan sehari-hari adalah situasi
pemecahan masalah.
Reasoning merupakan aktivitas atau proses-proses berpikir. Proses berpikir
merupakan seperangkat operasi mental, yang meliputi: pembentukan konsep, pembentukan
prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian. Proses-
proses tersebut pada umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Proses-
proses pembentukan konsep, pembentukan prinsip, dan pemahaman merupakan proses-
proses pengkonstruksian pengetahuan. Proses-proses pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan penelitian merupakan aplikasi konsep, prinsip, dan pemahaman.
Model problem solving dan reasoning dapat dilaksanakan dengan lima langkah
pembelajaran, yaitu:
(1) Membaca dan berpikir
(2) Mengeksplorasi dan merencanakan pemecahan,
(3) Menseleksi strategi pemecahan,
(4) Menemukan jawaban.
(5) refleksi dan perluasan terhadap hasil pemecahan.
Aktivitas-aktivitas problem solving dan reasoning dapat dievaluasi berdasarkan
hasil pengamatan unjuk kerja pebelajar, jurnal metakognisi pebelajar, laporan hasil
elaborasi masalah, hasil kreasi proyek. Di samping itu, penilaian dapat pula dilakukan
berdasarkan tes. Namun, tes diharapkan dapat menggali respon-respon divergen. Tes
yang dimaksud adalah tes pilihan ganda diperluas (multiple choise test with written
justification) dan open-ended questions test.
1. Mengidentifikasi fakta
1 2. Mengidentifikasi masalah
Membaca
3. Memvisualisasikan pemecahan
dan Berpikir
4. Mendeskripsikan seting pemecahan
5. Memulai tindakan
1. Mengorganisasi informasi
2 2. Apa informasinya sudah cukup?
3. Apa informasinya sudah banyak?
Eksplorasi
4. Melukiskan diagram atau
dan
mengkonstruksi sebuah model
Perencanaan
pemecahanan
5. Membuat diagram, tabel, grafik, atau
gambar
3 1. Menetapkan pola pemecahan
Menseleksi 2. Menguji pola pemecahan
Strategi 3. Membuat simulasi atau eksperimen
4. Melakukan reduksi atau ekspansi
5. Membuat deduksi logis
6. Menulis persamaan bila perlu
Penggunaan model tes juga merupakan alternatif cara penilaian model problem
solving dan reasoning. Belajar dengan model problem solving dan reasoning melibatkan
lebih banyak proses berpikir divergen. Untuk mengases proses berpikir divergen, tidak
cukup dengan tes pilihan ganda yang hanya menuntut satu jawaban benar, tetapi diperlukan
tes yang bertipe extended respons dan asesmen yang dapat mengases secara komprehensif
bagaimana para pebelajar mengorganisasi, menstrukturisasi, dan menggunakan informasi
yang dipelajari dalam konteks memecahkan masalah dan berpikir tentang belajar
mereka di kelas atau di dunia nyata. Tes dan asesmen semacam itu dapat menantang
pebelajar untuk mengeksplorasi jawaban secara terbuka, memecahkan masalah kompleks,
dan melukiskan kesimpulan sendiri. Untuk maksud tersebut, terdapat enam karakteristik
asesmen, yaitu:
(1) Menanyakan pembelajar untuk menampilkan, menciptakan, menghasilkan, atau
mengerjakan sesuatu,
(2) Merangsang berpikir tingkat tinggi dan keterampilan-keterampilan pemecahan
masalah,
(3) Menggunakan tugas-tugas yang mewakili aktivitas-aktivitas pembelajaran
bermakna,
(4) Meminta penerapan-penerapan dunia nyata,
(5) Membuat penskoran dengan penggunaan pertimbangan secara manusiawi.
Hasil penelitian yang kali ini diambil adalah hasil penelitian dari Ni Wayan Suarsini
,dkk dari jurusan PGSD,UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA dengan judul
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN REASONING AND PROBLEM SOLVING
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD DI GUGUS VIII
KECAMATAN UBUD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika
antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving
dan siswa yang belajar dengan model Direct Instruction pada siswa kelas V SD di gugus
VIII Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian
ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan rancangan penelitian
posttest only non-equivalent control group design. Populasi penelitian terdiri dari 5 kelas
SD di gugus VIII Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Sampel ditentukan sebanyak
2 kelas yang dipilih dengan cara simple group random sampling. Data hasil belajar
matematika siswa, dikumpulkan dengan metode tes dan instrumen tes hasil belajar
matematika dalam bentuk tes essay yang terdiri dari 5 butir tes. Data dianalisis secara
deskriptif menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji analisis menunjukkan
bahwa, nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran model Reasoning And Problem
Solving adalah 18,79, sedangkan nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran
Direct Instruction adalah 14,59. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung
(4,11) > ttabel (2,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar matematika antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Reasoning
And Problem Solving dan siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Direct Instruction.
Metode analisis data dalam penelitian menggunakan metode analisis statistik
deskriptif dan statistik inferensial.Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi
rendahnya kualitas dari dua variabel yaitu model pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata (M), median
(Md), modus (Mo), dan standar deviasi (SD). Selanjutnya data penilaian te essay
didasarkan pada rubrik penilaian yang dirancang oleh peneliti. Pengembangan rubrik
penilaian didasarkan pada tuntutan jawaban yang mencerminkan pemikiran secara tertulis
atau verbal yang menginterpretasikan ide-ide yang logis. Setiap skor memiliki katagori
penilaian yang berbeda-beda. Instrumen penelitian yang diuji cobakan berupa kisi-
kisi tes hasil belajar matematika, tes hasil belajar matematika, dan kunci jawaban tes hasil
belajar matematika. Tes hasil belajar matematika siswa mengacu pada rubrik penilaian
seperti Tabel dibawah ini :
Skor Kriteria
(1) (2)
5 Memberikan suatu penyelesaian yang lengkap dan benar
4 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, sedikit salah
tetapi memuaskan
3 Memberikan suatu penyelesaian yang benar, banyak salah
tetapi memuaskan
2 Memberikan suatu penyelesaian yang ada unsur benarnya tetapi
tidak memadai
1 Mencoba memberikan suatu penyelesaian tetapi salah total
0 Tidak mencoba memberikan suatu penyelesaian sama sekali
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran Reasoning And Problem Solving dengan siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Direct Instruction pada siswa kelas V SD di gugus VIII
Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2012/2013. Skor yang
dicapai oleh kelompok siswa yang belajar dengan model Reasoning And Problem Solving
cenderung tinggi, ini terbukti dari Mo > Md > M (21,49> 19,24 > 18,79) sedangkan skor
kelompok siswa yang belajar dengan model Direct Instruction cenderung rendah, ini
terbukti dari Mo < Md < M (12,92 < 13,85 < 14,59). Hasil uji-t menunjukkan bahwa
thitung lebih besar dari ttabel yaitu t hitung = 4,11 dan t tabel = 2,000 untuk db = n1 + n2
2 = 66 dengan taraf signifikansi 5%. Ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
Reasoning And Problem Solving lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran
Direct Instruction pada pokok bahasan bangun datar dan bangun ruang.
10
Hasil penelitian yang kedua ini diambil adalah hasil penelitian dari Muzzi Novriyani
,dkk dari jurusan Pendidikan Fisika ,UNIVERSITAS NEGRI PADANG dengan judul
PENGARUH LKS BERBASIS REASONING AND PROBLEM SOLVING
TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN FISIKA SMAN 1 LUBUK
ALUNG KELAS XI SEMESTER 1
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik Cluster random sampling sehingga didapatkan kelas XI IPA 6 sebagai kelas kontrol
dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu ;Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah LKS berbasis Reasoning and Problem Solving, variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kompetensi dasar siswa dalam aspek kognitif, psikomotor dan afektif
selama pembelajaran berlangsung dan variabel kontrol meliputi materi yang digunakan
sama sesuai dengan KTSP, model pembelajaran yang sama, kemampuan awal siswa antara
kedua kelas setara, Guru, buku sumber dan waktu yang digunakan serta jumlah soal yang
akan diujikan pada kedua kelas sama.
Kelas N Mean S2 th tt
Table 2. Data Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif
kelas eksperimen dan 78,20 di kelas kontrol. Rata- rata nilai pada ranah afektif 83,73 di
kelas eksperimen dan 79,90 di kelas kontrol. Rata-rata nilai pada ranah psikomotor 81,75
di kelas eksperimen dan 77,53 di kelas kontrol.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan dari penggunaan reasoning and problem solving
Kelebihan
1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2) Berpikir dan bertindak kreatif.
3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan lingkungan sekitar,
khususnya dunia kerja.
8) Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
9) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapi.
10) Belajar mengalalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
11) Mendidik siswa untuk percaya diri.
Kekurangan
1) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran
yang lain.
2) Di dalam kelompok kemampuan anggotanya heterogen, maka siswa yang pandai akan
mendominasi dalam diskusi sedang siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai
pendengar saja.
12
2.5. Pengertian Model Pembelajaran Inqury Tranning
Sains sebagai proses yang berawal dari observasi terhadap fenomena alam
dengan cara kerja sebagaimamna yang dilakukan saintis. Melalui proses IPA dsapat
dikembangkan keterampilan mengobservasi, menjelaskan, berpikir, memecahkan masalah
dan membuat keputusan. Proses pembelajaran berjalan secara optimal perlu adanya rencana
pembuatan pembuatan strategi pembelajaran juga mencapai komponen yang ada dalam
pembelajaran. (Subianto, 1990: 17) menyatakan komponen pembejaran mecakup tiga hal
yaitu: tujuan, model, evaluasi.
Inkuiri dalam bahasa inggris Inquiry berarti pernyataan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari dan
memahami informasi (Trianto, 2007: 13). Dengan kata lain model pembelajaran latihan
inkuiri adalah model pembelajaran dari fakta menuju teori atau From Fact To Theoris (Joyce,
1996: 192). Dalam buku Model Of Teaching (Joyce, 2007: 1346) mengatakan bahwa:
Inquiry training is designed to bring student directly in to the scientific proses trough
exsercises that compress the scientific proses in to small periods of time
Jadi inkuiri training model adalah model yang membawa siswa secara langsung
kedalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat (Trianto, 2007: 136).
Model latihan inkuiri bertujuan untuk melibatkan kemampuan siswa dalam
meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah (Hamzah, 2007:17)
13
mengajukan gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada dipilih
salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpul data
Hiposis digunakan untuk proses mengumpul data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel,
matrik, atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data
yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau
salah setelah memperoleh dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Inquiry training model has five phase see table 2.1 (Joyce, 1996: 197). Dalam buku
Trianto sintaks model latihan inkuiri terdapat lima tahapan pembelajaran. Pada penelitian ini
tahapan yang digunakan mengdaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan
oleh Eggen dan Kauchak pada tabel dibawah ini (Trianto, 2007: 141-142).
14
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis
yang akan dilakukan.Guru membimbing siswa mengurutkan
3). Merancang percobaan langkah-langkah percobaan.
4).Mengumpulkan dan menganalisis Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk
data menyampaikan haisl pengolahan data yang trkumpul.
A. Judul
C. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh pada pertemuan pertama persentase keterlaksanaan model observer 1
sebesar 72,5 % dan observer 2 sebesar 77, 5% sehingga rata- ratanya menjadi 75%. Pada
pertemuan kedua diperoleh hasil persentase keterlaksanaan model observer 1 sebesar 75 %
dan observer 2 sebesar 76,25% sehingga rata- ratanya menjadi 75,6%. Keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan Inquiry Training Model pada siklus II yaitu persentase
keterlaksanaan model observer 1 sebesar 82,5 % dan observer 2 sebesar 83,75% sehingga
rataratanya menjadi 83,125%. Ada peningkatan sebesar 7,5% dibanding dengan siklus I Pada
studi pendahuluan di kelas VIIIF SMPN 1 Karangploso, menunjukkan bahwa motivasi belajar
siswa cenderung kurang. Berdasarkan deskriptor motivasi belajar siswa, hampir semua aspek
belum tercapai secara maksimal. Hal ini dapat diketahui bahwa persentase motivasi belajar
siswa secara klasikal adalah 56,67% dengan taraf keberhasilan cukup. Namun sudah ada
peningkatan sebesar 25,57% dibandingkan dengan sebelum diberi tindakan. Berdasarkan
deskriptor motivasi belajar siswa, hampir semua aspek mengalami peningkatan dari siklus I.
Berdasarkan tabel motivasi belajar siswa dapat diketahui bahwa persentase motivasi belajar
siswa secara klasikal adalah 66,5% dengan taraf keberhasilan baik. Ada peningkatan sebesar
9,83% dibandingkan dengan siklus I. Materi yang diujikan pada tes siklus I adalah pembiasan
cahaya dan lensa cembung. Tes ini diikuti oleh 30 siswa dengan soal tes berupa pilihan ganda
sebanyak 15 soal. Setelah pengolahan hasil tes akhir siklus I, diperoleh nilai rata- rata 75,5
dengan persentase 60% siswa dinyatakan tuntas karena mencapai nilai KKM. 40 % siswa
nilainya masih berada di bawah KKM. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I lebih tinggi
dibandingkan sebelum diterapkan Inquiry Training Model, yakni terdapat peningkatan
sebesar 23,3%. Setelah pengolahan hasil tes akhir siklus II, diperoleh nilai rata- rata 78,3
dengan dengan persentase 70% siswa dinyatakan tuntas karena
mencapai nilai KKM. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan
sebelum diterapkan Inquiry Training Model, yakni terdapat peningkatan sebesar 10%.
17
18
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab 2 dapat disimpulkan bahwa Model problem solving dan
reasoning adalah alternatif model pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan
paradigma konstruktivistik. Esensi dari model pembelajaran tersebut adalah adanya
reorientasi pembelajaran dari semula berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada
pebelajar. Model problem solving dan reasoning memberikan peluang pemberdayaan
potensi berpikir pebelajar dalam aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks.
Model problem solving dan reasoning dapat dilaksanakan dengan lima langkah
pembelajaran, yaitu: (1) membaca dan berpikir (2) mengeksplorasi dan merencanakan
pemecahan, (3) menseleksi strategi pemecahan, (4) menemukan jawaban, dan (5) refleksi
dan perluasan terhadap hasil pemecahan.
Inkuiri dalam bahasa inggris Inquiry berarti pernyataan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari dan
memahami informasi (Trianto, 2007: 13). Dengan kata lain model pembelajaran latihan
inkuiri adalah model pembelajaran dari fakta menuju teori atau From Fact To Theoris (Joyce,
1996: 192). Dalam buku Model Of Teaching (Joyce, 2007: 1346) mengatakan bahwa:
Inquiry training is designed to bring student directly in to the scientific proses trough
exsercises that compress the scientific proses in to small periods of time
3.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan Teori dan Hasil
p e n e l i t i a n yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Seluruh siswa dalam proses
pembelajaran yang menggunakan penerapan model pembelajaran yang inovatif , siswa
selalu mengikuti dan memperhatikan pelajaran dan materi yang diperoleh dengan
sungguh-sungguh, sehingga dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, Guru-guru
pengajar bidang studi tertentu di sekolah, agar dalam mengelola proses pembelajaran
menerapkan model pembelajaran Reasoning And Problem Solving serta inquery
19
DAFTAR PUSTAKA
http://fisikawansastra.blogspot.co.id/2015/04/modelpembelajaraninqurytraining.html
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikelAE09467EED30DEBABC1287BEDB6291E8.pdf
20
21