PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipospadia
2. Untuk mengetahui etiologi hipospadia
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipospadia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis hipospadia
5. Untuk mengetahui patofisiologi hipospadia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hipospadia
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiposdia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipospadia
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Klasifikasi
3
Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit
prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah
atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan
intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian
ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan
sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah
selanjutnya.
3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini,
umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan
skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak
turun.
2.3 Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang
oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon. Hormon yang dimaksud di sini
adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria).
Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam
tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen
sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada
tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim
yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan
berdampak sama.
2. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya
terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut
sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah
polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan
mutasi.
4
2.4 Patofisiologi
Kelainan terjadi akibat kegagalan lipatan uretra untuk berfusi dengan
sempurna pada masa pembentukan saluran uretral embrionik. Abnormalitas
dapat menyebabkan infertilitas dan masalah psikologis apabila tidak
diperbaiki (Muscari, 2005).
Fungsi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga
meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat
kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada
glans, kemudian disepanjang batang penis hingga akhirnya di perineum.
Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai tapi yang menutup sisi
dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai chordee , pada
sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis (Anak-
hipospadia).
5
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
atau bayi. Karena kelainan lain dapat menyertai hipospadia, dianjurkan
pemeriksaan yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan kromososm (Corwin,
2009).
1. Rontgen
2. USG sistem kemih kelamin
3. BNO IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengankelainan
kongenital ginjal
4. Kultur urine (Anak-hipospadia)
2.7 Komplikasi
1. Dapat terjadi disfungsi ejakulasi pada pria dewasa. Apabila chordee nya
parah, maka penetrasi selama berhubungan intim tidak dapat dilakukan
(Corwin, 2009)
2. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin
dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri seksual tertentu)
(Ramali, Ahmad & K. St. Pamoentjak, 2005)
3. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
4. Kesukaran saat berhubungan saat, bila tidak segera dioperasi saat dewasa
(Anak-hipospadia)
5. Komplikasi pascaoperasi yang terjadi :
a. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya
dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah di
bawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balutan ditekan selama 2
sampai 3 hari pascaoperasi
b. Striktur, pada proksimal anastomis yang kemungkinan disebabkan oleh
angulasi dari anastomis
c. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas
6
d. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan
sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur
satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10%
e. Residual chordee /rekuren chrodee, akibat dari chordee yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan scar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat
jarang
f. Divertikulum (kantung abnormal yang menonjol ke luar dari saluran
atau alat berongga) (Ramali, Ahmad & K. St. Pamoentjak, 2005),
terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar atau adanya
stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang dilanjut
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Penanganan Bedah
Kasus-kasus hipospadia ringan , di mana meatus terletak ke arah
ujung glans, mungkin tidak memerlukan operasi perbaikan dan hanya
dapat ditangani dengan observasi. Tujuan mengobati hipospadia
adalah untuk membuat penis yang lurus dengan memperbaiki setiap
lengkungan (orthoplasty), untuk membuat uretra dengan meatus
tersebut pada ujung penis (urethroplasty), untuk membentuk kembali
kelenjar ke dalam konfigurasi berbentuk kerucut lebih alami
(glansplasty ), untuk mencapai cakupan kulit kosmetik diterima penis,
dan untuk menciptakan skrotum terlihat normal. Penis yang
dihasilkan harus sesuai untuk melakukan hubungan seksual di masa
depan, harus memungkinkan pasien untuk membatalkan sambil
berdiri, dan harus menyajikan penampilan kosmetik diterima.
a. Waktu operasi
Sebelum tahun 1980, perbaikan hipospadia dilakukan pada
anak-anak lebih dari 3 tahun karena ukuran yang lebih besar dari
lingga dan prosedur yang secara teknis lebih mudah, namun,
7
operasi kelamin pada usia ini (kesadaran genital terjadi pada
sekitar usia 18 bulan) dapat berhubungan dengan morbiditas
psikologis yang signifikan, termasuk perilaku abnormal, rasa
bersalah, dan kebingungan identitas gender.
Saat ini, kebanyakan dokter mencoba untuk memperbaiki
hipospadia ketika anak berusia 4-18 bulan, tren ke arah intervensi
sebelumnya. Ini telah dikaitkan dengan hasil yang emosional dan
psikologis yang bisa diintervensi.
Satu manfaat dalam penyembuhan luka dengan perbaikan
sebelumnya juga telah dirasakan dan mungkin memiliki dasar
dalam produksi sitokin proinflamasi mencatat penurunan pada usia
lebih muda.
Akhir perbaikan hipospadia, pada periode pubertas dan
pascapubertas, terkait dengan komplikasi, terutama fistula
urethrocutaneous, dalam hampir setengah dari pasien. Laporan
terbaru menunjukkan tingkat yang lebih tinggi komplikasi dalam 5
tahun dari pasien dalam 1 tahun pasien, menunjukkan bahwa
perbaikan sebelumnya umumnya lebih baik
8
sintetis, hewan (subunit usus kecil), kadaver, atau autologous
(tunika vaginalis atau cangkok kulit) untuk menghindari
pemendekan berlebihan panjang penis. Pada kesempatan langka,
lempeng uretra dapat ditambatkan dan transeksi piring mungkin
diperlukan, menghalangi penggunaan jaringan uretra asli untuk
urethroplasty. Urethra dapat diperpanjang dengan menggunakan
berbagai teknik. Teknik ini umumnya dikategorikan sebagai
tubularizations primer, lokal flaps kulit pedicled, teknik grafting
jaringan, atau prosedur kemajuan meatus.
9
tujuan ini karena ketersediaan, karakteristik yang mendukung
keberhasilan cangkok, dan ketahanan terhadap lingkungan yang
lembab. Stent uretra biasanya digunakan untuk drainase kandung
kemih sementara penyembuhan terjadi pada semua tapi yang paling
distal hipospadia perbaikan.
10
dapat membatasi pertumbuhan kelamin normal pada pubertas
adalah kekhawatiran tetapi belum dikonfirmasi secara klinis.
d. Persiapan Operasi
e. Tindakan operasi
11
mana mereka pertama reseksi jaringan yang menyebabkan chordae
dan meluruskan penis. kulit penis ditutup, dan bulan kemudian
urethra dibangun dengan membuat insisi longitudinal bawah
permukaan ventral saluran penis ke uretra, merusak kulit flaps
lateral dan menutupi salurannya.Kekurangan dari operasi ini adalah
tidak adekuat memperpanjang uretra ke ujung dari glans penis.
12
tersebut tahap pertama adalah dilakukannya eksisi chordae.
Penutupan luka operasi dilakukan dengan menggunakan prepusium
bagian dorsal dari kulit penis.4 Tahap pertama ini dilakukan pada
usia 1,5 tahun 2 tahun bila ukuran penis sesuai untuk usianya.
Setelah eksisi cordae maka penis akan menjadi lurus, tapi meatus
masih pada tempat yang abnormal. Pada tahap kedua dilakukan
uretroplasti yang dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama.
f. Teknik Hipospadia
1. Tekhnik hipospadia bagian Distal
Reparasi hipospadia jenis ini dilakukan jika v flap dari
jadingan glans mencapai uretra normal setelah koreksi cordae,
dibuat uretra dari flip flop kulit. Flap ini akan membentuk
sisi ventral dan lateral uretra dan dijahit pada flap yang
berbentuk v pada jaringan glans, yang mana akan melengkapi
bagian atas dan bagian sisi uretra yang baru.6Beberapa jahitan
ditempatkan dibalik v flap granular dipasangkan pada irisan
permukaan dorsal uretra untuk membuka meatus aslinya.
Sayap lateral dari jaringan glans ini dibawah kearah ventral
dan didekatkan pada garis tengah. Permukaan ventral penis
ditutup dengan suatu prepusium.Ujung dari flap ini biasanya
berlebih dan harus dipotong. Di sini sebaiknya
mempergunakan satu flap untuk membentuk permukaan
dibagian belakang garis tengah
Desain granular flap berbentuk Z dapat dilakukan untuk
memperoleh meatus yang baik secara kosmetik dan fungsional
pemotongan berbentuk 2 dilaksanakan pada ujung glans dalam
posisi tengah keatas.Rasio dimensi dari Z terhadap dimensi
glanss adalah 1 : 3, dua flap ini ditempatkan secara horisontal
pada posisi yang berlawanan. Setelah melepaskan cordae,
sebuah flap dua sisi dipakai untuk membentuk uretra baru dan
untuk menutup permukaan ventral penis.Permukaan bagian
dalam prepusium dipersiapkan untuk perpanjangan uretra.
Untuk mentransposisikan uretra baru, satu saluran dibentuk
diatas tunika albuginea sampai pada glans.Meatus uretra
13
eksternus dibawa menuju glans melalui saluran ini. Bagian
distal dari uretra dipotong pada bagian anterior dan posterior
dengan arah vertikal kedua flap Trianggular dimasukkan ke
dalam fisura dan dijahit dengan menggunakan benang 6 0
poli glatin. Setelah kedua flap dimasukkan dan dijahit
selanjutnya anastomosis uretra pada glans bisa diselesaikan.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, no.register, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2. Fisik
a. Pemeriksaan genetalia
b. Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
pembesaran pada ginjal.
c. Kaji fungsi perkemihan
d. Adanya lekukan pada ujung penis
e. Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
f. Terbukanya uretra pada ventral
g. Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis,
perdarahan, dysuria, drinage.
3. Mental
a. Sikap pasien sewaktu diperiksa
b. Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan
c. Tingkat kecemasan
d. Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien
15
3.2.2 Post Operasi
1. Kesiapan dalam peningkatan managemen regimen terapeutik
b.d petunjuk aktifitas adekuat
2. Nyeri b.d prosedur post operasi
3. Resiko infeksi b.d invasi kateter
4. Perubahan eliminasi urine b.d trauma operasi
3.3 Intervensi
a. Pre operasi
Diagnosa 1 : Managemen regimen terapeutik tidak efektif b.d pola
perawatan keluarga
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan managemen regimen terapeutik kembali efektif
Intervensi Rasional
1. Jadilah pendengar yang baik untuk 1. Agar anak mampu mengekspresikan
anggota keluarga perasaannya.
2. Diskusikan kekuatan keluarga 2. Dukungan keluarga sangat penting
sebagai pendukung bagi anak
3. Monitor situasi keluarga 3. Untuk mengetahui bagaimana
keadaan keluarga tersebut.
4. Ajarkan perawatan dirumah 4. Agar tidak bergantung kepada
tentang terapi pasien perawat
5. Kaji efek kebiasaan pasien untuk 5. Kebiasaan pasien dapat
keluarga menimbulkan efek bagi
penyakitnya.
6. Dukung keluarga dalam 6. Dukungan keluarga merupakan hal
merencanakan dan melakukan yang cukup berpengaruh pada klien
terapi pasien dan perubahan gaya
hidup
16
7. Identifikasi perlindungan yang 7. perlindungan yang dipakai bisa juga
dapat digunakan keluarga dalam menimbulkan penyakit klien
menjaga status kesehatan sekarang.
17
Intervensi Rasional
1. ciptakan suasana yang tenang 1. Suasana yang tenang dapat
membuat klien tenang juga.
2. Sediakan informasi dengan 2. Informasi yang tepat dapat
memperlihatkan diagnosa, tindakan dan menurunkan tingkat kecemasan klien.
prognosa dampingi pasien untuk
menciptakan suasana aman dan
mengurangi ketakutan
3. Dengarkan dengan penuh perhatian 3. Agar klien mengekspresikan
perasaannya.
b. Post Operasi
Diagnosa 1 : Kesiapan dalam peningkatan management regimen terapeutik
b.d petunjuk aktifitas adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan kesiapan meningkatkan regimen terapeutik baik
Intervensi Rasional
1. Anjurkan kunjungan anggota keluarga 1. Agar klien tidak merasa sendiri
jika perlu
2. Bantu keluarga dalam melakukan 2. Agar klien merasa semua yang di
18
strategi menormalkan situasi alaminya baik-baik saja
3. Bantu keluarga menemukan perawatan 3. Agar penyembuhan penyakit
anak yang tepat berlangsung dengan cepat
4. Identifikasi kebutuhan perawatan 4. Untuk menhetahui apa yang dapat
pasien di rumah dan bagaimana mempercepat penyembuhan
pengaruh pada keluarga
Intervensi Rasional
1. kaji secara komperehensif mengenai 1. Untuk mengetahui seberapa jauh
lokasi, karakterisktik, durasi, nyeri yang dirasakan klien
frekuensi, kualitas, intesitas dan faktor
pencetus
2. Observasi keluhan nonverbal dari 2. Untuk mempermudah menentukan
ketidaknyamanan intervensi selanjutnya
3. Ajarkan teknik relaksasi 3. Untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan klien
4. Bantu pasien dan keluarga untuk 4. Agar klien mampu mengontrol rasa
mengontrol nyeri nyerinya baik dengan mandiri atau
dengan bantuan keluarga.
5. Beri informasi tentang nyeri 5. Informasi yang tepat dapat
(penyebab, durasi, prosedur antisipasi mendukung klien untuk bisa
nyeri) mengontrol rasa nyerinya.
6. Observasi TTV 7. Untuk mengetahui timbulnya stres
berat akibat nyeri yang dirasakan.
7. Beri pasien posisi nyaman 7. Posisi yang nyaman dapat
membantu klien dalam pengurangan
19
rasa nyeri.
6. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara 6. Agar tidak bergantung pada
prosedur perawatan luka perawat.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipospadia adalah anormali perkembangan ditandai dengan meatus uretra
yang terbuka ke permukaan ventral atau penis, proksimal ke ujung
kelenjar.Meatus dapat berada di mana saja dari kelenjar di sepanjang batang
penis ke skrotum atau bahkan di perineum. Chordee, yaitu kelengkungan
ventral penis, memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan hipospadia.
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang
oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain gangguan
ketidakseimbangan hormon, faktor genetik serta faktor lingkungan.
B. Saran
Agar anak kita tidak menderita penyakit kwashiorkor, sebaiknya
berikan nutrisi yang adekuat kepada anak, terutama kalori dan protein yang
tinggi. Sumber makanan yang mengandung protein tinggi misalnya : tahu,
tempe, telur dll.
21