Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan IPTEK yang berdampak pada kemajuan kehidupan manusia

dewasa, ini telah membawa aplikasi tersendiri bagi dunia pendidikan. Sebagai lembaga

yang menyiapkan sumber daya manusia, pendidikan diharapkan harus mampu

mengimbangi percepatan kemajuan tersebut. Sebagaimana diamanatkan GBHN bahwa

pembangunan bidang pendidikan perlu mendapat prioritas dengan sasaran menyiapkan

sumber daya terdidik yang relevan dengan kebutuhan pembangunan. Oleh karena itu,

pembangunan pendidikan di Indonesia dewasa ini diarahkan pada masalah peningkatan

mutu dan relevansi, disamping masalah pemerataan dan efisiensi pendidikan.

Pemerintah (Depdiknas) telah menggariskan sebuah kebijakan untuk membenahi bidang

pendidikan, satu diantaranya adalah kebijakan tentang pendidikan Sekolah Menengah

Atas (SMA).

Di Level pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), upaya perbaikan makin

diintensifkan dengan anggaran maupun sarana serta fasilitas belajar terus ditingkatkan.

Namun kondisi pendidikan di tanah air hingga dewasa ini masih diliput oleh berbagai

permasalahan. Secara kuantitatif masalah ini berkenaan dengan masalah kekurangan

guru, masih banyak anak yang perlu bersekolah, tingginya angka putus sekolah (Droup

Out) dan adanya perbedaan angka partisipasi kasar dan murni antara daerah perkotaan

dan pedesaan. Sedangkan secara kualitas indikatornya antara lain adalah rendahnya daya

1
serap anak didik, kurang relevannya program-program pendidikan dan semakin banyak

lulusan sekolah menengah umum yang tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, satu

diantaranya adalah faktor guru, yang beupa: (1) Kurang memahami konsep ajaran. (2)

Lemah dalam aspek peadadogis, dan (3) Tidak menguasai metode-metode yang relevan

dalam proses belajar mengajar. Mengenai rendahnya kompetensi guru secara

menyeluruh memang sukar dibuktikan, karena belum tersedianya studi yang secara

komprehensif tentang hal tersebut. Tingginya kompetensi guru dapat dilihat dari

kemampuan mengadakan perencanaan kegiatan belajar mengajar, baik berupa

perencanaan materi, alat, maupun metode yang sesuai sehingga tujuan-tujuan yang telah

dirumuskan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Suryabrata (1284: 247-248) sebagai berikut: Karena kenyataan bahwa belajar dan

mengajar adalah masalah setiap orang, maka jelaslah kiranya perlu dan pentingnya

menjelaskan dan merumuskan masalah belajar itu, terlebih-lebih bagi kaum pendidikan

profesional supaya kita menempuhnya dengan lebih efisien dan seefektif mungkin.

Berkembang tidaknya suatu pelaksanaan tugas guru, sebagian besar sangat

ditentukan oleh kemampuan guru tersebut dalam merencanakan kegiatan belajar

sebelum mengajar. Namun dalam kenyataan sehari-hari, masih ada di antara guru-guru

yang belum mampu atau tidak memiliki keterampilan dalam merencanakan kegiatan

belajar mengajar, bahkan ada diantara guru yang tidak ada persiapan dalam mengajar.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai permasalahan yang diduga di

atas, studi ini ingin meneliti tentang kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan

2
belajar mengajar di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya. Didasari atas pertimbangan bahwa

SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya yang merupakan salah satu SMA yang menjadi

unggulan di daerah Aceh Barat Daya.

1.2. Perumusan Masalah

Kompetensi guru mencakup dimensi yang luas dan studi ini dibatasi pada salah

satu dimensi yaitu kompetensi mengajar yang merupakan bagian dari kompetensi profesi

guru. Sesuai dengan latar belakang masalah secara umum rumusan masalah yang

dianjurkan adalah sampai dimana penguasaan kompetensi guru SMA dilihat dari

mengajar?

Ada beberapa variabel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Adakah guru-guru SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya merumuskan satuan

pelajaran sebelum mengajar?

2. Adakah guru-guru SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya memulai pelajaran dengan

mengkaji ulang pelajaran masa lalu?

3. Adakah setiap pemberian pelajaran didahulukan dengan penjelasan tujuan

pelajaran secara singkat?

4. Adakah guru-guru SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya memberikan instruksi dan

tugas-tugas secara rinci?

5. Adakah guru-guru SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya membimbing praktek murid

dengan ketrampilan dan prosedur yang tepat?

3
1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang sejauh mana

penguasaan kompetensi guru SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar. Bila dilihat dari beberapa variabel penelitian, maka tujuan

umum itu dapat dielaborasikan dalam tujuan-tujuan yang lebih spesifik:

1. Untuk mengetahui ragam kompetensi guru SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

2. Untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang terabaikan dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar.

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam hal ini untuk mengungkapan kondisi permasalahan guru, khususnya

kompetensi mengajar SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya, oleh karena itu penelitian ini

memiliki relevansi praktis dengan kebijakan-kebijakan pendidikan yang digalakkan

pemerintahan saat ini, seperti kebijakan peningkatan mutu guru, sehingga temuan

penelitian ini dapat dipakai oleh pihak terkait (Depdikbud) untuk memperbaiki keadaan

sesuai dengan kebijakan yang digariskan pemerintahan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Kependidikan

Guru sebagai pendidikan profesional harus mempunyai kompetensi yang tinggi

dalam meningkatkan layanan, memberi arahan dan dorongan kepada anak didik.

Yoesoef (1227) menyatakan: Secara garis besar ada tiga aspek yang penting mengenai

kompetensi guru, yaitu (1) memiliki kemampuan pribadi berupa kemampuan menguasai

materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai konsep dasar keilmuan dan terlatih sebagai

tenaga profesional yang selalu bertolak dari pertimbangan objektif dan berwawasan luas,

(2) memiliki kemampuan profesional berupa penguasaan perangkat akademik dan

keterampilan penerapannya dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar, (3)

memiliki kemampuan kemasyarakatan dalam bentuk partisipasi sosial.

Adapun substansi yang berkenaan dengan kompetensi guru yang relefan dengan

kebutuhan dan konteks di suatu daerah senantiasa berbeda, dimana peranan kompetensi

guru dituntut sebagai administrator, pengelolaan kelas (learning managers), mediator

dan fasilitator serta sebagai evaluator. Oleh karena itu, banyak usaha yang dilakukan

dalam rangka peningkatan kompetensi guru baik secara formal yang melalui kegiatan

penataran, lokakarya, seminar atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal

melalui media massa.

5
Ada berabagai rumusan tentang profil kompetensi mengajar guru. Johanso

(1282:12) menyatakan bahwa kompetensi guru terungkap dalam lima komponen pokok,

yaitu:

1. Perilaku mengajar guru.

2. Penguasaan materi secara tuntas

3. Penguasaan landasan-landasan profesi.

4. Penguasaan sosial (cara menyesuaikan diri)

5. Kepribadian.

Lebih jauh Johnson menegaskan bahwa ketiga komponen di atas tidak

merupakan pilihan yang terpisah, namun harus dipandang sebagai totalitas yang utuh.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun proporsi setiap komponon itu yang boleh

diabaikan guru. Sebab akan berdampak negatif terhadap guru dan terhadap profesinya.

Sedangkan Bahrum (1282), melalui analisisnya berhasil menyusun 15 butir

kompetensi guru yang meliputi :

1. Integritas pribadi.

2. Kepemimpinan yang produktif

3. Memiliki wawasan yang keilmuwan dan berfikir ilmiah

4. Profesional

5. Empatik terhadap anak didik

6. Sadar akan hakekat dan pentingnya pendidikan

7. Memahami proses dan pengembangan kurikulum

8. Menguasai bahan ajaran

6
9. Dapat mendesain proses belajar mengajar

10. Mampu mengimplementasikan proses belajar mengajar

11. Mampu dalam mengevaluasi

12. Melaksanakan fungsi dari bimbingan

13. Berperan dalam administrasi

14. Dapat memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar

15. Dapat melakukan penelitian sederhana mengembangkan karir.

Butir-butir kompetensi yang dikemukakan di atas merupakan butir mengenai

kompetensi-kompetensi guru secara keseluruhan.

2.2. Tugas Guru dalam Kompetensinya

Studi penelitian ini tidak mengkaji semua komponen kompetensi guru,

melainkan hanya terfokus pada kompetensi guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar (PBM). Terkait dengan kompetensi mengajar Resoshine (1288), melalui

penelitiannya menemukan 10 kriteria perilaku mengajar yang efektif, yaitu:

1. Merencanakan program pelajaran.

2. Memulai pelajaran serta mengkaji ulang pelajaran.

3. Menjelaskan tujuan pelajaran secara singkat.

4. Menyajikan pelajaran secara sistematik

5. Memberikan instruksi dan rincian yang jelas

6. Memberikan praktek yang banyak

7
7. Memberikan pertanyaan dan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan

pemahaman.

8. Membimbing praktek siswa dengan keterampilan dan prosedur yang baru.

9. Memberikan balikan dan perbaikan secara sistematik

10. Memberikan instruksi yang jelas tentang tugas (PR) siswa dan memantau

perkembangannya.

Rumusan tentang butir-butir karakteristik mengajar dari roseshine seprti dikutip

diatas, menjadi acuan bagi penelitian ini untuk melihat kompetensi guru. Alasannya

ialah selain butir itu merupakan temuan penelitian, juga karena sifat operasionalnya,

artinya butir-butir itu dapat ditemukan kadar tercapainya tingkat kemampuan guru dalam

melaksanakan tugas.

2.3. Asumsi Dasar

Kompetensi apapun yang dimiliki guru untuk memungkinkan terjadi proses

belajar mengajar demi perolehan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain, makin kecil

kemencengan (bias) hasil belajar dari proses belajar mengajar itu semakin berhasil dan

makin tinggi kompetensi yang dimiliki oleh guru. Bertitik tolak pada sepuluh kriteria

perilaku mengajar yang efektif dapat digambarkan:

1. Merencanakan pelajaran merupakan suatu persiapan dalam melaksanakan PBM

yang di dalamnya terdiri dari cara merumuskan tujuan, menetapkan alokasi waktu,

menentukan metode dan sumber serta menentukan alat evaluasi. Hal ini

membutuhkan kompetensi yang tinggi untuk mendapat hasil yang memuaskan.

8
2. Memulai pelajaran membutuhkan kesiapan materi, baik berupa materi yang telah

diajarkan maupun materi yang akan diajarkan dan dituntut pula readinees dari

siswa, sehingga melahirkan metode yang bervariasi dalam PBM nantinya.

3. Menjelaskan tujuan merupakan langkah untuk mencegah terjadinya pelencengan

(bias) dari materi pelajaran yang akan diajarkan.

4. Menyajikan pelajaran secara sistematis yakni (sesuai dengan apa yang telah

digariskan), efektif dan efisien serta diikuti dengan latihan praktis.

5. Memberikan instruksi dan rincian yang jelas terhadap konsep-konsep dari pokok

bahasan atau materi yang disajikan. Dalam sistem CBSA, konsep-konsep dari

pokok bahasan diharapkan dapat disusun sendiri oleh siswa dari materi yang

disajikan guru.

6. Memberikan praktek yang banyak agar siswa terlatih dalam menyelesaikan

permasalahan sendiri dan menimbulkan kesan pada dirinya, sehingga konsep-

konsep yang dihasilkan dari praktek tinggal lebih lama dalam jiwanya.

7. Memberikan pertanyaan merupakan indikasi bagi guru dalam mengukur sejauh

mana tingkat pemahaman yang dimiliki siswa terhadap konsep-konsep yang telah

diajarkan.

8. Membimbing praktek siswa dengan keterampilan dan prosedur yang baru ialah

motivasi siswa dalam mengikuti PBM dan tidak menimbulkan kebosanan.

9. Memberikan balikan dan perbaikan secara sistematis yakni memberi ketenangan

atas jawaban siswa yang kurang tepat dan memperbaikinya.

9
10. Memberikan instruksi yang jelas tentang tugas (PR) dimana guru dituntut untuk

mengembangkan kemauan siswa dalam memanfaatkan pustaka. Maka setiap tugas

(PR) yang diberikan lebih banyak melibatkan buku-buku yang ada di pustaka

(dengan menentukan judul dan halaman). Guru juga dituntut untuk memantau

perkembangan tugas siswa dengan melaporkan hasil kerjanya.

Dalam perkembangan kompetensi guru yang efektif terhadap guru diharapkan

kerelaan dan sadar akan hakekat pentingnya pendidikan dengan menyisihkan waktu

luang agar tercapai tujuan seperti yang diharapkan.

Dibawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan kompetensi guru
dalam mengajar yaitu kemampuan profesionalisem yang termuat dalam tabel dibawah
ini.
Tabel 2.1 Kemampuan Dasar Profesionalisme Guru

No KEMAMPUAN DASAR PENGALAMAN BELAJAR

1 MENGUASAI BAHAN
1.1. Menguasai bahan mata 1.1.1. Mengkaji bahan kurikulum mata
pelajaran dan kurikulum pelajaran
sekolah 1.1.2. Mengkaji isi buku-buku teks mata
pelajaran yang bersangkutan.
1.1.3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
disarankan dalam kurikulum mata
pelajaran yang bersangkutan.
1.2. Menguasai bahan pendalaman/ 1.2.1. Mempelajari ilmu yang relevan
aplikasi pelajaran 1.2.2. Mempelajari aplikasi bidang ilmu ke
dalam bidang ilmu lain (untuk

10
program-program studi tertentu)
1.2.3. Mempelajari cara menilai kurikulum
mata pelajaran
2 MENGELOLA PROGRAM
BELAJAR MENGAJAR
2.1. Merumuskan tujuan 2.1.1. Mengkaji kurikulum mata pelajaran
instruksional 2.1.2. Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan
instruksional
2.1.3. Mempelajari tujuan instruksional mata
pelajaran yang bersangkutan.
2.1.4. Merumuskan tujuan instruksional mata
pelajaran yang bersangkutan.
2.2. Mengenal dan dapat 2.2.1. Mempelajari macam-macam metode
menggunakan metode mengajar.
mengajar 2.2.2. Menggunakan macam-macam metode
mengajar.
2.3. Memilih dan menyusun 2.3.1. Mempelajari kriteria pemilihan materi
prosedur instruksional yang dan prosedur mengajar.
tepat 2.3.2. Menggunakan kriteria pemilihan dan
prosedur mengajar.
2.3.3. Merencanakan program pelajaran
2.3.4. Menyusun satuan pelajaran.
2.4. Melaksanakan program belajar 2.4.1. Mempelajari fungsi dan peran guru
mengajar dalam instruksi belajar-mengajar.
2.4.2. Menggunakan alat bantu belajar
mengajar.
2.4.3. Menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar.

11
2.4.4. Memonitor proses belajar siswa
2.4.5. Menyesuaikan rencana program
pengajaran dengan situasi kelas
2.5. Mengenal kemampuan (entry 2.5.1. Mempelajari faktor-faktor yang
behavior) anak didik mempengatruhi pencapaian prestasi
belajar
2.5.2. Mempelajari prosedur dan teknik
mengindentifikasi kemampuan siswa
2.5.3. Menggunakan prosedur dan teknik
untuk mengindentifikasi kemampuan
siswa.
2.6. Merencanakan dan 2.6.1. Mempelajari faktor-faktor penyebab
melaksanakan pengajaran kesulitan siswa
remedial 2.6.2. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
2.6.3. Menyusun pengajaran remedial
2.6.4. Melaksanakan pengajaran remedial.
3 MENGELOLA KELAS
3.1. Mengatur tata ruang kelas 3.1.1. Mempelajari macam pengaturan
untuk pengajaran tempat duduk dan setting ruangan
kelas sesuai dengan tujuan-tujuan
instruksional yang hendak dicapai.
3.1.2. Mempelajari kriteria penggunaan
macam-macam pengaturan tempat
duduk dan setting ruangan.

3.2. Menciptakan iklim belajar 3.2.1. Mempelajari faktor-faktor yang


mengajar yang serasi mengganggu iklim belajar mengajar
yang serasi.

12
3.2.2. Mempelajari stretegi dan prosedur
pengelolaan kelas yang bersifat
preventif
3.2.3. Menggunakan stretegi prosedur
pengelolaan kelas yang bersifat
preventif
3.2.4. Menggunakan prosedur pengelolaan
kelas yang bersifat kuratif.
4 MENGGUNAKAN MEDIA
SUMBER
4.1. Menciptakan iklim belajar 4.1.1. Mempelajari macam-macam media
mengajar yang serasi pendidikan.
4.1.2. Mempelajari kriteria pemilihan media
pendidikan
4.1.3. Menggunakan media pendidikan
4.1.4. Merawat alat-alat bantu belajar
mengajar
4.2. Membuat alat-alat bantu 4.2.1. Mengenali bahan-bahan yang tersedia
pelajaran sederhana di lingkungan sekolah untuk membuat
alat-alat bantu.
4.2.2. Mempelajari perkakas untuk membuat
alat-alat bantu mengajar.
4.2.3. Menggunakan perkakas untuk
membuat alat-alat bantu mengajar.

4.3 Menggunakan dan 4.3.1. Mempelajari cara-cara menggunakan


mengelola labotarorium laboratorium.
dalam rangka proses belajar 4.3.2. Mempelajari cara-cara dan aturan

13
mengajar. pengalaman kerja di laboratorium.
4.3.3. Berlatih mengatur tata ruang
laboratorium.
4.3.4. Mempelajari cara merawat dan
menyimpan alat-alat.
4.4 Mengembangkan 4.4.1. Mempelajari fungsi laboratorium
laboratorium dalam proses belajar mengajar.
4.4.2. Mempelajari kriteria pemilihan alat.
4.4.3. Mempelajari berbagai desain
laboratorium
4.4.4. Menilai keefektifan kegiatan
laboratorium
4.4.5. Mengembangkan eksperimen baru.
4.5 Menggunakan perpustakaan 4.5.1. Mempelajari fungsi-fungsi
dalam proses belajar perpustakaan dalam proses belajar.
mengajar. 4.5.2. Mempelajari macam-macam sumber
perpustakaan.
4.5.3. Mempelajari kriteria pemilihan sumber
perpustakaan.
4.5.4. Menilai sumber-sumber kepustakaan.
4.6 Menggunakan micro 4.6.1. Mempelajari fungsi micro teaching
teaching unit dalam proses dalam proses belajar mengajar.
belajar mengajar. 4.6.2. Menggunakan micro teaching dalam
proses belajar mengajar.
4.6.3. Menyusun program micro teaching
dengan atau tanpa hardware.
4.6.4. Melaksanakan program dan
pelaksanaan micro teaching.

14
4.6.5. Menilai program dan pelaksanaan
micro teaching .
4.6.6. Mengembangkan program-program
bantu..
5 MENGUASAI LANDASAN- 5.1. Mempelajari konsep dan masalah
LANDASAN KEPENDIDIKAN pendidikan dan pengajaran dengan sudut
tinjauan sosiologis, filosofis, historis dan
psikologis.
5.2. Mengenali fungsi sekolah sebagai
lembaga sosial yang secara potensial dapat
memajukan masyarakat dalam arti luas serta
pengaruh timbal balik antara sekolah dan
masyarakat.
6. MENGELOLA INTERAKSI 6.1 Mempelajari cara-cara memotivasi siswa
BELAJAR MENGAJAR untuk belajar.
6.2 Menggunakan cara-cara memotivasi siswa.
6.3 Mempelajari maam-macam bentuk
pertanyaan.
6.4 Menggunakan macam-macam bentuk
pertanyaan secara tepat.
6.5 Mempelajari beberapa mekanisme
psikologis belaar mengajar di sekolah
(tranfer, reinforcement, retention dan
sebagainya)
6.6 Mengkaji faktor-faktor positif dan negatif
dalam proses belajar.
6.7 Mempelajari cara-cara berkomunikasi
antar pribadi.

15
6.8 Menggunakan cara-cara berkomuniaksi
antar pribadi
7. MENILAI SISWA 7.1. Mempelajari fungsi penilaian
PRESTASI
7.2. Mempelajari bermacam-macam teknik
UNTUK KEPENTINGAN
dan prosedur penilaian.
PENGAJARAN. 7.3. Menyusun teknik dan prosedur penilaian

7.4. Mempelajari kriteria menilaian teknik


dan prosedur penilaian
7.5. Menggunakan teknik dan prosedur
penilaian
7.6. Mengolah dan menginterpretasikan hasil
penilaian.
7.7. Menggunakan hasil penilaian untuk
perbaikan proses belajar mengajar.
7.8. Menilai teknik dan prosedur penilaian.
7.2. Menilai keefektifan program
pembelajaran.
8 MENGENAL FUNGSI DAN
PROGRAM PELAYANAN
BIMBINGAN DAN
PENYULUHAN
8.1. Mengenal fungsi dan 8.1.1. Mempelajari fungsi bimbingan dan
program layanan bimbingan penyuluhan di sekolah.
dan penyuluhan di sekolah. 8.1.2. Mempelajari program layanan
bimbingan di sekolah.
8.1.3. Mengkaji persamaan dan perbedaan
fungsi, kewenangan serta tanggung
jawab antara guru dan pembimbing di
sekolah.
8.2. Menyelenggarakan program 8.2.1. Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan
layanan bimbingan di yang dihadapi murid di sekolah.
sekolah 8.2.2. Menyelenggarakan program layanan

16
bimbingan di sekolah, terutama
bimbingan belajar.
2 MENGENAL DAN
MENYELENGGARAKAN
ADMINISTRASI SEKOLAH
2.1. Mengenal penyelenggaraan 2.1.1. Mempelajari struktur organisasi dan
administrasi sekolah. administrasi persekolahan
2.1.2. Mempelajari fungsi dan tanggung
jawab administrasi guru, Kepala
Sekolah, dan Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan Nasional.
2.1.3. Mempelajari peraturan-peraturan
kepegawaian pada umumnya dan
peraturan kepegawaian guru pada
khususnya.
2.2. Menyelenggarakan 2.2.1. Menyelenggarakan administrasi
administrasi sekolah sekolah
2.2.2. Mempelajari prinsip-prinsip dan
prosedur pengelolaan program
akademi.

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP 10.1 Mempelajari dasar-dasar penggunaan


10 DAN MENTAFSIRKAN metode ilmiah dalam penelitian
PENELITIAN PENDIDIKAN 10.2 Mempelajari teknik dan prosedur
GUNA KEPERLUAN penelitian pendidikan, terutama sebagai
PENGAJARAN konsumen hasil penelitian pendidikan.
10.3 Menafsirakan hasil-hasil penelitian
untuk perbaikan pengajaran

17
2.4. Pengertian dan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas

pada tingkat sekolah dengan maksud agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan

sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan. MBS

merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat

sekolah dengan maksud agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana

dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan. Pada sistem MBS

sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas,

mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik

kepada masyarakat maupun pemerintah. MBS juga merupakan salah satu wujud dari

reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan

yang lebih baik dan memadai bagi siswa. Hal ini juga berpotensi untuk meningkatkan

kinerja staf, menawarkan partidipasi langsung kepada kelompok-kelompok terkait, dan

meningkatkan pemahaman kepada masyarakat terhadap pendidikan. Pengertian MBS

Suatu konsep yang menempatkan kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan

dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar

mengajar. Tujuan utama penerapan MBS pada intinya adalah untuk penyeimbangan

struktur kewenangan antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan proses dan pusat

sehingga manajemen menjadi lebih efisien. Kewenangan terhadap pembelajaran di

serahkan kepada unit yang paling dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu

sendiri yaitu sekolah. Disamping itu untuk memberdayakan sekolah agar sekolah dapat

melayani masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masyarakat tersebut.

18
Tujuan penerapan MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah

melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya MBS bertujuan

untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam

mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan

pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang

akan dicapai.

Prinsip dan Implementasi MBS Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal

yaitu:

1. Fokus pada mutu

2. Bottom-up planning and decision making

3. Manajemen yang transparan

4. Pemberdayaan masyarakat

5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan

19
Prinsip MBS Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang

harus dipahami yaitu: kekuasaan; pengetahuan; sistem informasi; dan sistem

penghargaan.

1. Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk

mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah

dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini

dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien.

Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan

partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orangtua siswa. Seberapa besar

kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan.

Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin

dilaksanakan dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari manajemen yang

dikontrol pusat ke MBS. Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala

sekolah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis

antara lain dengan:

a. Melibatkan semua fihak, khususnya guru dan orangtua siswa.

b. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk

mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya.

c. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.

2. Pengetahuan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang

yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan ketrampilan

20
dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki

sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan

atau workshop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang

berkaitan dengan proses belajar mengajar. Pengetahuan yang penting harus

dimiliki oleh seluruh staf adalah:

a. Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah.

b. Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality control, self

assessment, school review, bencmarking, SWOT, dll).

3. Sistem Informasi Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki informasi yang

jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan agar semua

warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh

gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi tersebut warga sekolah dapat

mengambil peran dan partisipasi. Disamping itu ketersediaan informasi sekolah

akan memudahkan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah.

Infornasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang berkaitan

dengan: kemampuan guru dan Prestasi siswa.

4. Sistem Penghargaan Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem

penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang

berprestasi. Sistem penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga

sekolah, yaitu guru, karyawan dan siswa. Dengan sistem ini diharapkan akan

21
muncul motivasi dan ethos kerja dari kalangan sekolah. Sistem penghargaan

yang dikembangkan harus bersifat adil dan merata.

Kewenangan yang Didesentralisasikan:

1. Perencanaan dan Evaluasi Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan

perencanaan sekolah sesuai dengan kebutuhannya (school-based plan). Oleh

karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu dan berdasarkan

hasil analisis kebutuhan mutu inilah kemudian sekolah membuat rencana

peningkatan mutu. Sekolah diberi wewenang untuk melakukan evaluasi,

khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi internal dilakukan

oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk

mengevaluasi hasil program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi

semacam ini sering disebut evaluasi diri. Evaluasi diri harus jujur dan

transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi yang sebenarnya.

2. Pengelolaan Kurikulum Kurikulum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat adalah

kurikulum standar yang berlaku secara nasional. Padahal kondisi sekolah pada

umumnya sangat beragam. Oleh karena itu, dalam impelentasinya sekolah

dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, dan memodifikasi),

namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional.

Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk mengembanhgkan kurikulum muatan

lokal.

22
3. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar merupakan

kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode,

dan teknik-teknik pembelajaran dan penagjaran yang paling efektif, sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru, dan

kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum,

strategi/metode/teknik pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-

centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa.

4. Pengelolaan Ketenagaan Pengelolaan ketenagaaan, mulai dari analisis

kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sanksi (reward

and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah

(guru, tenaga administrasi, laboran, dan sebagainya) dapat dilakukan oleh

sekolah, kecuali yang menyangkut pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru

pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh Pemerintah

Pusat/Daerah.

5. Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan) Pengelolaan fasilitas sudah

seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan

perbaikan, hingga sampai pengembangan. Hal ini didasarkan oleh kenyataan

bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan,

kesesuaian, maupun kemutakhirannya.

6. Pengelolaan Keuangan, terutama pengalokasian/penggunaan uang sudah

sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa

sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentraslisasi

23
pengalokasian/penggunaan uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah.

Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

mendatangkan penghasilan (income generating activities) sehingga sumber

keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.

7. Pelayanan Siswa Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru,

pengembangan/pembinaan/pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan

sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga sampai pada pengurusan

alumni, sebenarnya dari dahulu sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang

diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.

8. Hubungan Sekolah-Masyarakat Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah

untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari

masyarakat terutama dukungan moral dan finansial. Dalam arti yang

sebenarnya, hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu sudah

didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi yang dibutuhkan adalah

peningkatan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-masyarakat.

9. Pengelolaan Iklim Sekolah Iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang kondusif-

akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar

yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan

harapan/espektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan

kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities) adalah

contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.

24
Iklmi sekolah sudah merupakan kewenangan sekolah sehingga yang diperlukan

adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstensif.

2.5. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Menengah Atas

Komponen yang didesentralisasikan Menurut Wohlstetter dan Mohrman terdapat

empat sumber daya yang harus didesentralisasikan yang pada hakikatnya merupakan inti

dan isi dari MBS yaitu power/authority, knowledge, information dan reward.

Keempatnya merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan yang terdiri dari:

1. Kekuasaan/kewenangan (power/authority) harus didesentralisasikan ke sekolah-

sekolah secara langsung yaitu melalui dewan sekolah. Sedikitnya terhadap tiga

bidang penting yaitu budget, personnel dan curriculum. Termasuk dalam

kewenangan ini adalah menyangkut pengangkatan dan pemperhentian kepala

sekolah, guru dan staff sekolah.

2. Pengetahuan (knowledge) juga harus didesentralisasikan sehingga sumberdaya

manusia di sekolah mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi kinerja

sekolah. Pengetahuan yang perlu didesentralisasikan meliputi: keterampilan yang

terkait dengan pekerjaan secara langsung (job skills), keterampilan kelompok

(teamwork skills) dan pengetahuan keorganisasian (organizational knowledge).

Keterampilan kelompok diantaranya adalah pemecahan masalah, pengambilan

keputusan dan keterampilan berkomunikasi. Termasuk dalam pengetahuan

keorganisasian adalah pemahaman lingkungan dan strategi merespon perubahan.

25
3. Hakikat lain yang harus didensentralisasikan adalah informasi (information).

Pada model sentralistik informasi hanya dimiliki para pimpinan puncak, maka

pada model MBS harus didistribusikan ke seluruh constituent sekolah bahkan ke

seluruh stakeholder. Apa yang perlu disebarluaskan? Antara lain berupa visi,

misi, strategi, sasaran dan tujuan sekolah, keuangan dan struktur biaya, isu-isu

sekitar sekolah, kinerja sekolah dan para pelanggannya. Penyebaran informasi

bisa secara vertikal dan horizontal baik dengan cara tatap muka maupun tulisan.

4. Pengaharhaan (reward) adalah hal penting lainnya yang harus

didesentralisasikan. Penghargaan bisa berupa fisik maupun non-fisik yang

semuanya didasarkan atas prestasi kerja. Penghargaan fisik bisa berupa

pemberian hadiah seperti uang. Penghargaan non-fisik berupa kenaikan pangkat,

melanjutkan pendidikan, mengikuti seminar atau konferensi dan penataran.

Sementara itu menurut Depdiknas fungsi-fungsi yang dapat didesentralisaskan ke

sekolah dan di Sekolah Menengah Atas telah berusaha menerapkan fungsi-fungsi

tersebut adalah :

1. Perencanaan dan evaluasi program sekolah. Sekolah diberi kewenangan

untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya, pada fungsi ini

telah disusun rencana strategis (renstra) yang memuat rencana pengembangan

sekolah dalam jangka waktu lima tahun kedepan dan renop (rencana

operasional) yeng merupakan rencana tahunan. Dan setiap akhir bulan atau

semester termasuk akhir tahun diadakan evaluasi pelaksanaan program.

26
2. Pengelolaan kurikulum. Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh

mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan

oleh Pemerintah Pusat. Pada fungsi ini telah dikembangkan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar melalui penjabaran kedalam indikator-

indikator setiap mata pelajaran dan juga pengembangan kurikulum muatan

lokal.

3. Pengelolaan proses belajar mengajar. Sekolah diberi kebebasan untuk

memilih strategi, metode dan teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling

efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa,

karakteristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Pada

fungsi ini, guru telah diberi kebebasan memilih metode-metode yang tepat

dalam proses pembelajaran yang intinya adalah peruses pembelajaran

konstruktif.

4. Pengelolaan ketenagaan. Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis

kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sangsi,

hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan

oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani

oleh birokrasi di atasnya. Fungsi ini telah dilaksanakan dalam bentuk

pengadaan guru tidak tetap dan pegawai tidak tetap berdasar kepada

kompetensi dasar bagi guru dan pegawai administrasi, pelatihan yang erus

menerus.

27
5. Pengelolaan peralatan dan perlengkapan. Pengelolaan fasilitas seharusnya

dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan

hingga pengembangannya. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah

yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas baik kecukupan, kesesuaian dan

kemutakhirannya terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung

dengan proses belajar mengajar. Fungsi ini telah dilaksanakan dalam bentuk

pengadaan barang yang didahului oleh analisis skala prioritas,

perbaikan/penggantian sarana dan prasarana belajar termasuk

pengembangannya dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan.

6. Pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan, terutama

pengalokasian/penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah.

Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata

tergantung pada pemerintah. Fungsi ini ditandai dengan penggunaan keuangan

yang ada di sekolah melalui pendistribusian pada RAPBS yang disusun oleh

Kepala Sekolah bersama Komite Sekolah serta guru senior.

7. Pelayanan siswa. Fungsi ini telah dilaksanakan dalam bentuk pelayanan siswa

mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, pembimbingan,

penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja

hingga pengurusan alumni dan dari tahun ketahun diadakan peningkatan

intensitas dan ekstensitasnya.

28
8. Hubungan sekolah dan masyarakat. Fungsi ini telah dilaksanakan melalui

hubungan sekolah dan msyarakat untuk meningkatkan keterlibatan,

kepedulian, kepemilikan dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan

moral dan finansial yang dari dulu telah didesentralisasikan dan dari tahun

ketahun intensitas dan ekstensitasnya terus ditingkatkan.

9. Pengelolaan iklim sekolah. Fungsi ini telah dilaksanakan dalam bentuk

menciptakan Iklim sekolah yang kondusif-akademik yang merupakan

merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang

efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang

tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang

terpusat pada siswa.

Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Menengah Atas

bukan berarti tidak mendapat hambatan atau tantangan. Adapun tantangan atau

hambatan itu antara lain:

1. Peran Dinas Pendidikan masih terlihat kurang mendukung penerapan MBS.

Seringkali petugas Dinas Pendidikan tidak sebagai pendukung dari belakang

atas pelaksanaan MBS ini tetapi masih sering ingin tampil di depan. Peran yang

demikian justru menghambat penerapan MBS dalam rangka terjadinya

efektivitas sekolah dan peningkatan mutu pendidikan secara umum.

2. Peran orang tua siswa masih kurang, sehingga harus lebih didorong agar

berperan aktif bukan hanya dalam pendanaan sekolah tetapi juga dalam proses

29
pembelajaran. Artinya partisipasi orang tua harus diarahkan untuk memikirkan

kemajuan sekolah secara umum dan terutama dalam peningkatan mutu sekolah.

Orang tua harus lebih berperan aktif dalam mengembangkan program sekolah

serta lebih aktif dalam membimbing belajar anaknya di rumah.

3. Kekuasaan dan kewenangan sekolah masih kurang, sehingga perlu

ditingkatkan. Hakikat MBS adalah dimilikinya kekuasaan, kewenangan dan

otonomi di tingkat sekolah itu sendiri. Tanpa itu maka sekolah tidak akan dapat

menjalankan program-programnya secara lancar dan bertanggung jawab. Secara

umum dari rekomendasi di atas tampak sekali bahwa pada masa transisi ini

peran birokrat pendidikan masih menonjol, sementar itu sekolah belum

sepenuhnya diberdayakan. Kondisi inilah yang sedikit demi sedikit harus

dikikis dan sekolah diberikan kekuasaan, kewenangan, dan otonomi yang

sebesar-besarnya sehingga bisa mengatur rumah tangganya sendiri dengan

leluasa.

4. Sumber daya manusia baik guru maupun pegawai tata usaha masih perlu

ditingkatkan agar supaya kinerjanya maksimal.

2.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan argumentasi ilmiah terhadap kompetensi guru di SMA Negeri 2

Aceh Barat Daya dalam melaksanakan kegiatan PBM yang efektif, maka dapat diajukan

suatu hipotesis yaitu: Guru SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya yang memiliki kompetensi

30
tinggi dalam penyusunan Satuan pelajaran dan mempraktekkannya dengan baik akan

mendapatkan hasil proses belajar mengajar dengan baik.

31
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Persiapan Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Aceh

Barat Daya. Alasan utama dari hasil pengamatan langsung dan informasi yang di terima,

bahwa sebagian guru di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya belum memiliki kinerja yang

baik dalam melaksanaan kegiatan belajar mengajar karena guru belum mampu

menyusun agenda PBM yang baik yang sesuai dengan keadaan dan kondisi sekolah

masing-masing. Hal ini desebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima dan

mengingat juga dengan tugas-tugas guru yang sangat banyak dan kompleks dan belum

memiliki tenaga tata usaha yang seyogyanya dapat membantu tugas kepala sekolah.

3.2. Perencanaan Tindakan

1. Jenis Tindakan nyatanya adalah melatih dan membimbing guru-guru dengan

timnya dalam menyusun satuan pelajaran yang sesuai dengan kondisi dan

situasi di kelas.

2. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Mendiskusikan masalah atau hambatan dalam menyusun satuan pelajaran

yang baik.

b. Penyampaian informasi dari peneliti tentang cara penyusunan satuan

pelajaran yang baik.

32
c. Memberi contoh model satuan pelajaran yang baik.

d. Melatih guru-guru dalam menyusun satuan pelajaran yang baik

Pelaksanaan penelitian menetapkan setting dua siklus, pada masing-masing

siklus dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu: (1) perencanaan penelitian, (2)

pelaksanaan penelitian, (3) observasi/ evaluasi, dan (4) refleksi.

3.3. Pelaksanaan Dalam Penelitian

3.3.1. Siklus I

1. Perencanaan Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan pada Tanggal 02 September 2013 di

SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya. Pada Jam Sekolah yaitu dari jam 08.00-13.00 WIB

setiap pertemuan. Perencanaan penelitian ini meliputi:

a. Rapat koordinator antara pengawas, kepala sekolah, dan guru di SMA Negeri 2

Aceh Barat Daya.

b. Penentuan jadwal dan subjek penelitian secara bersama-sama.

c. Menyiapkan bahan bahan yang diperlukan dalam menyusun satuan pelajaran

yang baik.

2. Pelaksanaan Penelitian

1) Mendiskusikan tentang permasalahan dalam menyusun satuan pelajaran yang

baik.

2) Penyampaian informasi tentang cara penyusunan satuan pelajaran yang baik

serta memberikan contoh model satujan pelajaran yang baik.

33
3) Mengkaji contoh model satuan pelajaran yang baik dalam kelompok.

4) Menetapkan format satuan pelajaran yang baik.

Target yang diharapkan pada siklus I:

a. Pertemuan pada siklus I dihasilkan konsep (format) satuan pelajaran yang baik

yang sesuai dengan kararteristik masing masing bidang studi.

b. Dalam pertemuan tersebut tersusunnya satuan pelajaran yang baik minimal.

3. Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya

menyusun satuan pelajaran yang baik di pertemuan tersebut, baik secara individu

maupun kelompok. Pengamatan yang dilakukan oleh pengawas sekolah sekaligus

peneliti dalam hal ini, terhadap setiap guru tentang kerjasama, aktivitas, presentasi

dalam menyusun satuan pelajaran yang baik.

Adapun skala yang digunakan adalah sekala Likert dengan lima katagori sikap

yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Penilaian dilakukan

dengan memberikan skor pada kolom yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut:

skor 5 = sangat tinggi, skor 4 = tinggi, skor 3 = sedang, skor 2 = rendah, dan skor 1 =

sangat rendah. Sehingga skor maksimal adalad 4 x 5 = 20. Untuk mendapatkan nilai

digunakan rumus:

Jumlah skor perolehan


NK = --------------------------- x 100
Jumlah skor maksimal

34
Setelah diperoleh nilai, maka nilai tersebut ditransfer ke dalam bentuk kualitatif

untuk memberikan komentar bagaimana kualitas sikap guru yang diamati dalam

menyusun satujan pelajaran yang baik dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tabel Kategori

Kategori

No Skor Penyusunan

1 20 - 100 A (baik sekali)

2 80 - 82 B (baik)

3 65 - 72 C ( cukup baik )

4 55 - 64 D ( kurang )

5 0 - 54 E ( sangat baik )

Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap hasil penyusunan satuan pelajaran yang

baik pada akhir pertemuan siklus pertama dengan menggunakan format evaluai satuan

pelajaran yang baik. Adapun aspek yang dinilai adalah (1) kelengkapan elemen dalam

satuan pelajaran yang baik, (2) kejelasan tujuan pembelajaran yang baik, (3)

ketepatan/kesesuaian program dengan tujuan satuan pelajaran yang baik, (4)

kemanfaatan program, (5) strategi implementasi/pelaksanaan,

35
3.3.2. Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap ini dilaksanakan penyusunan satuan pelajaran yang baik oleh guru-

guru di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya, penulis yang belum mencapai hasil maksimal

pada siklus I. Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada Tanggal 23

September 2013 di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya, pada jam sekolah dari jam 08.00-

13.00 WIB. Hal hal yang direncanakan pada dasarnya sama dengan siklus I.

Berdasarkan observasi dan refleksi pada siklus I dilakukan perbaikan terhadap strategi

dan penyempurnaan pelaksanaan pengajaran di kelas.

2. Pelaksanan

Pada prinsipnya langkah langkah pelaksanan tindakan pada siklus I diulang pada

siklus II dengan modifikasi dan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

Kegiatan pada siklus II dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut:

1) Mendiskusikan tentang permasalahan atau hambatan dalam memulai

pengajaran dengan mengulang pelajaran yang lalu yang baik dibantu oleh guru

kelas yang sudah berhasil.

2) Mempresentasikan hasil satuan pelajaran yang telah dirumusakan sebelumnya.

3) Revisi satuan pelajaran dengan baik setelah uji presentasi di kelas dan

memberikan instruksi-instruksi secara rinci tentang tujuan pengembangan

satuan pelajaran.

36
3. Observasi dan evaluasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selaku pengawas sekolah SMA Negeri 2 Aceh

Barat Daya, saat guru mempraktekkan di depan kelas pada saat pertemuan siklus II, baik

secara individu maupun kelompok. Pengamatan dilakukan terhadap sikap guru dalam

mempresentasikan satuan pelajaran dengan pengajaran yang baik dan dengan

menggunakan format observasi yang digunakan pada siklus I. Sedangkan evaluasi

dilakukan pada akhir pertemuan siklus II dengan menggunakan format penilaian yang

sama dengan aspek pada siklus I. Cara melakukan penilaian terhadap hasil menejerial

administrasi yang baik yang disusun sama dengan pada siklus I.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi slama berlangsungnya kegiatan dan hasil evaluasi

pada akhir pertemuan siklus dilakukan refleksi. Bila guru-guru di SMA Negeri 2 Aceh

Barat Daya memperoleh skor dalam penilaian yang baik final sama atau lebih besar dari

65, maka guru-guru tersebut dinyatakan berhasil, jika kurang dari 65 dinyatakan gagal.

37
BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksaan Tindakan

Penelitian ini dilaksakan sesuai dengan perencanaan yang disusun dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Siklus I

Berdasarkan pengamatan awal oleh penulis sekaligus pengawas di SMA Negeri

2 Aceh Barat Daya, sebagian besar guru-guru belum paham tentang cara menyusun

satuan pelajaran yang baik, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang mereka

dapatkan. Sementara ini semua guru menyelenggarakan PBM tidak menggunakan

satuan pelajaran yang baik hanya berdasarkan tekstual dan prosedural saja.

Kegiatan diawali dengan mendiskusikan tentang permasalahan yang dihadapi

dalam menyusun satuan pelajaran yang baik melalui kelompok yang dilajutkan dengan

penyampaian informasi tentang cara menyusun satuan pelajaran yang baik serta

memberikan contoh model satuan pelajaran yang baik. Masing-masing kelompok

mengkaji contoh model satuan pelajaran yang baik yang diberikan, kemudian

menetapkan format menejerial administrasi yang baik yang digunakan. Setelah

menyepakati format yang digunakan kepala sekolah mulai menyusun satuan pelajaran

yang baik dalam kelompok sekolah masing-masing. Hasil pengamatan/observasi tentang

kompetensi guru dalam menyusun satuan pelajaran yang baik pada siklus pertama

adalah sebagai berikut:

38
Tabel 4.1 Data Hasil Observasi (Siklus I)

Aspek Penyusunan Sat. Pel. Kate


Nama Guru gori
No Model Skor Nilai
(Responden) Bahan Aktivitas Presentasi
SP
1 Fatisah 2 5 4 3 14 70 C
2 Mirnaria fitri, S.Pd 3 3 4 4 13 65 C
3 Cut Husmawati, S.Pd 2 4 5 4 15 75 C
4 Dra. Rosna.A 3 5 3 3 14 70 C
5 T. Syafrul S.Pd 4 4 5 4 17 85 B
6 Norpan Mufti, M.Si 2 5 5 4 16 80 B
Jumlah 445
Rata-rata 74.16

Data yang diperoleh dari hasil observasi siklus I kompetensi guru dalam

menyusun satuan pelajaran yang disusun oleh guru dalam katagori cukup dengan rata-

rata nilai 74.16. Guru kurang antusias melaksanakan penyusunan satuan pelajaran yang

nilainya masih cukup. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus I, maka

peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II. Dikarenakan penilaian kompetensi

guru dalam penyusunan satuan pelajaran belum memenuhi hasil pada katagori yang

baik. Peneliti mengharapkan pada siklus II adanya peningkatan penilaian dalam

penyusunan satuan pelajaran ke arah yang lebih baik.

2. Siklus Kedua

Pada siklus II kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan hambatan-

hambatan yang dihadapi dalam penyusunan satuan pelajaran yang baik di siklus

pertama. Peneliti menjelaskan lebih rinci tentang cara penyusunan satuan pelajaran yang

baik utamanya pada aspek 1 yaitu bagaimana cara merumuskan visi dan tujuan satuan

39
pelajaran tiap-tiap bidang studi (kelengkapan elemen satuan pengajaran yang baik).

Aspek 2 yaitu bagaimana merumuskan tujuan satuan pelajaran yang baik agar menjadi

jelas. Aspek 3 yaitu bagaimana menyesuaikan program dengan tujuan satuan pelajaran

yang baik. Aspek 4, bagaimana menyusun program satuan pelajaran agar betul betul

bermanfaat. Aspek 5 yaitu bagaimana menyusun strategi implementasi di kelas.

Format satuan pelajaran yang baik yang digunakan sesuai dengan format yang

disepakati pada siklus I sehingga kegiatan selanjutnya adalah mempraktekkan

pengajaran di kelas dan mengembangkan model pengajaran yang efektif serta dibimbing

oleh peneliti dan dibantu oleh kepala sekolah yang sudah mampu menyusun satuan

pelajaran dengan katagori baik. Yang dilanjutkan dengan mempresentasikan model

satuan pelajaran yang baik tersebut di kelas.

Dari hasil observasi terhadap kompetensi guru dalam menyusun satuan pelajaran

pada siklus II ini banyak mengalami perubahan bahkan guru-guru lebih meningkatkan

kerjasamanya. Hasil observasi siklus II dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data hasil observasi (Siklus II)

Aspek Penyusunan (Sat.Pel.)


Nama Guru (Sampel
No Model Skor Nilai Kategori
Responden) Bahan Aktivitas Presentasi
SP
1 Fatisah 4 5 4 4 17 85 B
2 Mirnaria fitri, S.Pd 4 4 5 4 16 80 B
3 Cut Husmawati, S.Pd 4 4 5 5 18 20 A
4 Dra. Rosna.A 4 5 4 4 17 85 B
5 T. Syafrul S.Pd 4 5 5 5 12 25 A

40
6 Norpan Mufti, M.Si 4 5 5 4 18 20 A
Jumlah 525
Rata-rata 87.5

Data yang diperoleh dari hasil observasi siklus II kompetensi guru dalam

menyusun satuan pelajaran yang disusun oleh guru dalam katagori cukup dengan rata-

rata nilai 87.5. Guru sangat antusias melaksanakan penyusunan satuan pelajaran ,

sehingga berada pada katagori baik. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada

siklus I, maka peneliti mencukupkan penelitian pada siklus II. Hal ini dilakakukan

karena penilaian kompetensi guru dalam penyusunan satuan pelajaran sudah memenuhi

hasil pada katagori yang baik.

4.2. Hasil Tindakan

Hasil penelitian terhadap kompentensi guru dalam melaksanakan tugas

kegiatan mengajar di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya dicatat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Analisis terhadap kompetensi guru

No. Alternatif Jawaban Persentase

1. Perencanaan satuan pelajaran 100


2. Penyusunan Satuan pelajaran 83.33
3. Pelaksanaan Sat Pel Dalam PBM 83.33
4. Efektifitas Sat. Pel yang digunakan 66.66
dalam PBM
Rata-rata 83.33

41
Data yang diperoleh dari hasil observasi pada siklus I dan siklus II sikap guru

dalam menyusun dan mempraktekkan di kelas cukup baik, dengan rata-rata nilai 83.33,

guru-guru di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya sangat antusias melaksanakan penyusunan

satuan pelajaran dan mempraktekkannya dengan baik. Sedangkan dari hasil penilaian

terhadap penilaian dalam implementatif di kelas cukup baik.

Memperhatikan hasil pada siklus II melakukan refleksi terhadap hasil yang

diperoleh peneliti pada siklus II ini sudah ada peningkatan kemampuan guru-guru SMA

Negeri 2 Aceh Barat Daya dalam menyusun dan mempraktekkan satuan pelajaran yang

baik walaupun belum maksimal secara keseluruhannya.

42
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil diskusi hasil penelitian terhadap kompetyensi guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompetensi guru dalam melaksanakan tugas terutama dalam penyusunan satuan

pelajaran di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya dapat ditanyakan baik.

2. Faktor yang terabaikan dalam pengembangan kompetensi guru dalam PBM yaitu

pemanfaatan dan penggunaan buku pedoman penyusunan satuan pelajaran kurang

mendapatkan porsi yang baik di SMA Negeri 2 Aceh Barat Daya.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diambil, maka dikemukakan saran-saran

sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan dalam limit waktu yang sempit dan penilaiannya hanya

melibatkan guru sebagai subjek, maka perlu kiranya penelitian ini dilakukan

kembali dengan melibatkan siswa sebagai subyek penelitian.

2. Kepada seluruh guru hendaknya mengembangkan kompetensinya dengan

memanfaatkan perpustakaan sehingga menjadi contoh/motivasi bagi siswa dalam

mengembangkan minat baca.

43
3. Diharapkan kepada guru supaya menyisihkan waktu luang untuk membantu siswa

yang bermasalah atau prestasi belajar kurang mampu menyelesaikan masalahnya

demi pembekalan siswa dalam menyongsong ke perguruan tinggi.

44
DAFTAR PUSTAKA

Bahrum, W., (1228). Kompetensi guru naskah mata kuliah penelitian. Unsyiah.

Johnson, W.R. (1282). The principalshipof competention and function. Row publishere,
New York, USA.

Roseshine, S (1288). Competition studies of pupils CV Rajawali, Jakarta

Yoesoef, T.D., (1227). Profesi pendidikan, unsyiah Banda Aceh.

Oteng Sutisna. ( 2004). Penyusunan Satuan Pelajaran Untuk Praktek Mengajar.


Bandung: Angkasa.

Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Santoso, S. (2002). Pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Citra Pendidikan.

Solehuddin, M. (2000). Konsep Casar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Fakultas Ilmu


Pendidikan UPI.

Subino. ( 2001). Bimbingan, Rancangan, Pelaksanaan, Analitik dan Penulisan. Bandung:


ABA Yapari.

45

Anda mungkin juga menyukai