Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit
dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil)
sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan,
pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal
yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua,
Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

B. Penyebab / Etiologi
1 Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme,
asidosis tubulus renal, mieloma multiple.
2 Dehidrasi kronik.
3 Imobilitas yang lama.
4 Metabolisme purin ab normal (hiperuri semia dan pirai).
5 Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan absorbsi
oksalat pada penyakit inflamasi usus atau ileastomi.
(Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius,
FKUI, Jakarta, 2000)
Menurut Suyono, S., et.al (2001) menyebutkan beberapa penyebab nefrolitiasis
adalah
1. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu
2. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan,
termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.
3. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga
disebutnbatu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Smeltzer, S., et.al.ed (2000), ukuran batu bervariasi, mulai dari yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau
lebih. Batu yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir
keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
Darlan (1999) menyebutkan beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu
pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh
yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
1. Faktor intrinsik antara lain :
a. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
b. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.
2. Faktor ekstrinsik antara lain :
a. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stonebelt.
b. Iklim dan temperature
c. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi/.
d. Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
e. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

C. Patofisiologi
Kelainan dengan adanya batu ginjal mungkin adanya gejala-gejala seperti perasaan
nyeri pada epigastrium dan kelihatan ada benjolan yang menonjol dalam perut, pada
benjolan yang ada dalam tersebut karena adanya batu ginjal atau benda asing di area di
mana kalkulus dapat menyumbat sistem urinarius, manifestasi klinis yang muncul
bergantung pada area obstruksinya, batu yang terpecah dapat menyumbat aliran urin
menyebabkan nyeri hebat dan melukai ginjal.
Batu ginjal mungkin menyebabkan :
1 Nyeri dengan adanya inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius.
2 Adanya terjadi kekambuhan pada batu renal.
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang
2. Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada
piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul
dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral. (barbara. 1996:324)
3. Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang
disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (ilmu kesehatan anak, 2002:840)
4. Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi
asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
5. Kencing panas dan nyeri
6. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit nefrolitiasis terdiri dari :
1. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu ginjal sehingga dari sifat ini dapat diduga
batu dari jenis apa yang ditemukan.
2. Ultrasonografi (USG) dilakukan pada pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan.
3. IVP, yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan
kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
4. Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui
secara tidak sengaja pada pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).
5. Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya
darah, nanah atau kristal batu yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan
pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri menetap lebih dari beberapa jam atau
diagnosisnya belum pasti.
6. Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan
diagnosis adalah pengumpulan air kemih 24 jam
7. Pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium,
sistin, asam urat dan bahan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu.
8. Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan
batu struvit.
Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena
dan urografi retrograd.
F. Penatalaksanaan
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri
dari :
1. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan
mengurangi pembentukan batu yang baru.
2. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
3. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa
fosfat.
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat
pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong
terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan,
merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
dikurangi.
6. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus
renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan
terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
7. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan
unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam
urat di dalam air kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan
allopurinol.
9. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih
bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis
(basa), bisa diberikan kalium sitrat.
10. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasi adalah:
1. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Tetapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.
2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara
ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering
dilakukan adaah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan
bedah lain adalah niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal dengan
adanya sayatan di abdomen dan pemasangan alat, alat gelombang kejut,
atau bila cara non bedah tidak berhasil.
G. Komplikasi
1 Urotiliasis.
2 Kerusakan fungsi ginjal.
3 Gagal ginjal akut.
4 Gagal ginjal kronis.
5 Infeksi dan obstruksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara
lain :
a. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong
pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium
amonium fosfat atau struvita
b. Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa
saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
c. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.
H. Penatalaksanaan
1 Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sebsis dan obstruksi urinarius
pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang
keruh atau mengandung darah.
2 Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
3 Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase
batu.
4 Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius.
5 Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda
dini adanya infeksi.
6 Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
7 Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
8 Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.
(Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius,
FKUI, Jakarta, 2000
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.
pengumpulan data pada klien dengan nefrolitiasis :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose
medis, dan tanggal medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. Menurut (Arif
Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada
pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST
Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri,
Incident tetapi pada beberapa kasus di dapatkan bahwa pada
perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau berbaring
berubah ke posisi duduk atau melakukan fleksi pada badan
biasanya menyebabkan keluhan nyeri.
Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun
pain bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik
otot polos system kalises ataupun ureter meningkat dalam
usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik tersebut menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan
dari terminal saraf yang memberikan sensai nyeri. Nyeri
non-kolik terjadi akibat peregengan kapsul ginjal karena
terjadi terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila
nyeri

mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri diseluruh


area kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti
mual dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan abdominal
dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex
retrointestinal dan proksimitas anatomi ginjal ke lambung,
pankreas dan usus besar.
Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan
radiation, nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke
relief paha dan genetalia. Pasien merasa ingin berkemih, namun
hanya sedikit urine yang keluar dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasive batu. Keluhan ini disebut kolik
ureteral. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar
secara anterior dan pada wanita ke bawah mendekati
kandung kemih, sedangkan pada pria mendekati testis.
Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 dan
(scale) of pasien akan menilai seberapa jauh yang dirasakan.
pain 0= Tidak ada nyeri
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
4= Nyeri berat sekali/tak tertahan

Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada
posisi 3 di rentang 0-4 pengkajian skala nyeri.

Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala


timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga.
Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus menerus
atau hilang timbul (intermiten). Tanyakan apa yang sedang
dilakukan pasien pada waktu gejala timbul. Lama
timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut pertama
kali timbul dan usahakan menghitung tanggalnya seteliti
mungkin. Misalnya, tanyakan kepada pasien apa yang
pertama kali dirasakan tidak biasa atau tidak enak

3) Riwayat Kesehatan
riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
a) Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.
b) Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.Menurut
Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga,
penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus halus,
bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti
hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan
kalsium atau vitamin D.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang
tua.
d) Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara
umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian psikologis pasien meliputi
beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang
jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan
pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang
menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososialspiritual yang seksama.

2. Pola-pola Fungsi Kesehatan


Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan pada pasien dengan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam
menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya
luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi abdominal,
penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013:187).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena
adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit
karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya
penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan
bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah
sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan
selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika
stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat
sembuh.

3. Pemeriksaan Fisik Fokus


Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasisdidapatkan adanya
perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin,
dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine,
dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan
muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus dapat
teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada
sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.

Diagnosa Keperawatan
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan.
2. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.
3. Nutrisi kurang berhubungan dengan in take in adekuat.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL


KEPERAWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Gangguan rasa Tujuan : kebutuhan Catat lokasi lamanya membantu
nyaman : nyeri rasa nyaman intensitas, dan mengevaluasi
berhubungan dengan terpenuhi penyebarannya tempat obstruksi
meningkatnya Jelaskan penyebab dan kemajuan
kontraksi ureter, Kriteria hasil : rasa nyeri dan pentingnya gerakan kalkulus.
trauma jaringan, nyeri teratasi, nyeri melaporkan kestaff memberikan
terbentuknya edema. berkurang sampai, terhadap perubahan kesempatan
menunjukkan fostur kejadian/karakteristik terhadap
rileks nyeri. pemberian
Berikan tindakan analgesi sesuai
nyaman, contoh waktu.
pijatan punggung dan Meningkatkan
lingkungan istirahat. relaksasi,
Berikan obat anti menurungkan
nyeri tegangan otot dan
meningkatkan
koping.
untuk
menurungkan rasa
nyeri
2 Resiko mengalami defisit Tujuan : tidak terjadi membandingkan
cairan berhubungan deficit cairan Awasi pemasukan dan keluaran aktual
dengan neusea, muntah. pengeluaran cairan. dan yang
Kriteria hasil : Catat insiden muntah. diantisipasi
mual/muntah hilang, Tingkatkan membanu dalam
volume cairan pemasukan cairan 3-4 evaluasi adanya
terpenuhi. liter/hari dalam kerusakan ginjal
toleransi jantung. Mual/muntah
Awasi tanda vital. secara umum
Berikan cairan IV berhubungan
dengan kolik
ginjal
mempertahankan
keseimbangan
cairan untuk
homeostasis.
indikator
hidrasi/volume
sirkulasi dan
kebutuhan
intervensi
mempertahankan
volume sirkulasi
meningkatkan
fungsi ginjal
3 Gangguan Pola eliminasi Awasi pemasukan dan memberikan
buang air kecil Tujuan : gangguan pengeluaran serta informasi tentang
berhubungan dengan pola eliminasi teratasi karakteristik urine fungsi ginjal dan
iritasi ginjal/ureter, Tentukan pola adanya komplikasi
obstruksi mekanik, Kriteria hasil : pola berkemih pasien dan kalkulus dapat
implamasi, stimulasi eliminasi :BAK lancer, perhatikan variasi menyebabkan
kandung kencing oleh warna urine kuning Dorong eksitabilitas saraf,
batu. jernih. meningkatkan yang
pemmasukan cairan menyebabkan
Awasi pemeriksaan sensasi kebutuhan
laboratorium berkemih segera.
peningkatan
hidrasi dapat
membilas bakteri,
darah, dan debris
dan dapat
membantu
lewatnya batu
peninggian BUN,
kreatinin, dan
elektrolit
mengindikasikan
disfungsi ginjal.
4 Kurang pengetahuan Tujuan : pengetahuan Kaji ulang proses memberikan
tentang kondisi, prognosis, klien tentang penyakit pemnyakit dan pengetahuan
dan kebutuhan pengobatan baik harapan masa dasar dimana
berhubungan dengan depan pasien dapat
kurang terpajang atau Kriteria hasil : klien Tekankan membuat pilihan
mengingat, salah akan membuka diri pentingnya berdasarkan
interpretasi informasi. meminta informasi pemasukan cairan informasi
Diaskusikan pembilasan sistem
program ginjal
pengobatan menurungkan
kesempatan statis
ginjal dan
pembentukan batu
obat-obatan
diberikan untuk
mengasamkan
atau
mengalkalikan
urine
DAFTAR PUSTAKA

1. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC,
Jakarta.
3. Suddarth&Brunner.1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Mosby.St.louis.
PATHWAYS

Substansi organik
Ph urine

Kristalisasi
Solubilitas substansi
dalam urine
Pembentukan batu
ginjal
Mengendap sistin,
xantin, dan asam
urat

NEFROLITHIASIS

Menghambat aliran
urine

Obstruksi

Peningkatan
tekanan hidrostatik

Distensi piala ginjal Distensi


abdomen

Iritasi Peningkatan tekanan


intra abdomen

Nyeri Hematuri
Mual muntah

Perubahan pola eliminasi


Gangguan
rasa nyaman
Resiko
kekuranganm
volume cairan

Anda mungkin juga menyukai