Anda di halaman 1dari 18

Diabetes Militus

A. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan
yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengedalikan
kadar gula glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
(Brunner& Suddarth, 2002).

Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat


menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut
seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.
Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang
kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).
Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit makrovaskuler yang
mencakup infak miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer. (Smeltzer, 2002).

B. Klasifikasi diabetes melitus

Terdapat klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA)Tahun 2010,


meliputi DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain dan DM gestasional.

1. Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe I yang disebut diabetes tergantung insulin IDDM


merupakan gangguan katabolik dimana tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon
plasma meningkat dan sel-sel beta pangkreas gagal berespon terhadap semua
rangsangan insulinogenik. Hal ini disebabkan oleh penyakit tertentu (antara lain infeksi
virus dan autoimun) yang membuat produksi insulin terganggu (Guyton, 2006).
Diabetes melitus ini erat kaitannya dengan tingginya frekuensi dari antigen HLA
tertentu. Gen-gen yang menjadikan antigen ini terletak pada lengan pendek kromosom.
Onset terjadinya DM tipe I dimulai pada masa anak-anak atau pada umur 14 tahun
(Guyton, 2006).

2. Diabetes melitus tipe II

Diabetes melitus tipe II merupakan bentuk diabetes nonketoik yang tidak terkait
dengan marker HLA kromosom ke 6 dan tidak berkaitan dengan autoantibody sel pulau
Langerhans. Dimulai dengan adanya resistensi insulin yang belum menyebabkan DM
secara klinis. Hal ini ditanda dengan sel β pankreas yang masih dapat melakukan
kompensasi sehingga terjadi keadaan hiperinsulinemia dengan glukosa yang masih
normal atau sedikit meningkat (Guyton, 2006). Pada kebanyakan kasus, DM ini terjadi
pada usia > 30 tahun dan timbul secera perlahan (Sudoyo, 2006). Menurut perkeni
(2011) untuk kadar gula darah puasa normal adalah 126 mg/ dl, sedangkan untuk kadar
gula darah 2 jam setelah makan yang normal 200 mg/dl.

3. Diabetes melitus tipe lain


Biasanya disebabkan karena adanya malnutrisi disertai kekurangan protein,
gangguan genetik pada fungsi β dan kerja insulin, namun dapat pula terjadi karena
penyakit eksorin pankreas (seperti cystic fibrosis), endokrinopati, akibat obat-obatan
tertentu atau induksi kimia (ADA, 2010).

4. Diabetes melitus gestasional Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang timbul


selama kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi perubahan yang mengakibatkan
melambatnya reabsorpsi makanan, sehingga menimbulkan keadaan hiperglikemik yang
cukup lama. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat hingga tiga kali lipat
dibandingkan keadaan normal, yang disebut sebagai tekanan diabetonik dalam
kehamilan. Keadaan ini menyebabkan terjadinya resistensi insulin secara fisiologik. DM
gestasional terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan seluruh insulin
saat selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan kejaringan untuk
dirubah menjadi energi, (ADA, 2010).

C. Manifestasi Klinik

1. Sering kencing/miksi (poliuria)


Hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh
ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan
kemampuan reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran
glukosa maka diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi menjadi
meningkat.
2. Meningakatnya rasa haus (polidipsia)
Rasa haus yang berlebihan adalah respon tubuh untuk mengisi cairan
yang hilang akibat sering buang air kecil. Tanda-tanda ini berjalan seiring
sebagai mekanisme tubuh untuk menurunkan kadar gula darah.
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk ke dalam sel, tubuh
berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar
untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi.
4. Penurunan berat badan
Hormon insulin tidak mampu mengirim glukosa ke dalam sel untuk
digunakan sebagai energi, tubuh mulai memecah protein dari otot-otot sebagai
sumber energi alternatif. Ginjal juga bekerja ekstra untuk menghilangkan
kelebihan gula, dan menyebabkan kehilangan kalori yang dapat membahayakan
ginjal. Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan penurunan berat badan
yang sangat signifikan.
5. Kelainan pada mata, pelihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran
darah menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata
yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa.
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina
Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit
sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit.
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, asam lemak akan dipecah
menjadi keton yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal.
8. Kelemahan dan keletihan
Kurangannya cadangan energi, adanya kelaparan sel, sering terbangun di malam
hari untuk kencing menjadikan pasien mudah lelah dan letih [ CITATION Ism14 \l
1057 ].

D.Faktor Resiko Diabetes Melitus

Secara umum DM disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel beta di pulau
langerhans yang berfungsi untuk menghasilkan insulin, akibatnya insulin tidak
diproduksi secara optimal dan insulin menjadi berkurang. Selain itu DM juga terjadi
karena adanya gangguan pada fungsi insulin yang berperan dalam memasukkan glukosa
kedalam sel. Gangguan tersebut terjadi karena kegemukan/obesitas atau disebabkan
oleh hal lainnya (Hasdianah, 2012). Beberapa faktor yang menjadi pemicu terjadinya
DM tersebut, sebagai berikut:

a. Pola makan

Makan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin membuat
kadar glukosa dalam darah menjadi meningkat dan memicu terjadinya diabetes (Tandra,
2018).

b. Obesitas

Diabetes tipe 2 sering dikaitkan dengan obesitas. Lebih dari 8 dari 10 penderita
diabetes adalah mereka yang mengalami obasitas. Resistensi kerja insulin juga
ditentukan dengan banyaknya jaringan tubuh, otot dan jaringan lemak. Lemak tersebut
akan memblokir kerja insulin terhadap glukosa sehingga glukosa tertimbun dalam darah
(Tandra, 2018). Seseorang dikatakan obesitas jika terjadi kelebihan berat badan minimal
20% dari berat badan ideal atau memiliki BMI minimal 27 kg/m2 (LeMone, 2012).

c. Faktor genetik

Diabetes dapat di turunkan dari keluarga yang memiliki riwayat DM. Anak-anak
dari pasien diabetes memiliki peluang sebesar 15% untuk terkenan diabetes dan seberas
30% resiko terjadi intoleransi glukosa (LeMone, 2012).

d. Faktor Usia
Seiring bertambahnya usia akan meningkatkan resiko terkena diabetes, terutama
usia 40 tahun ke atas, serta bagi mereka yang memiliki aktivitas fisik yang rendah,
massa otot berkurang, dan berat badan yang meningkat (Tandra, 2018). Degeneraasi
akibat proses penuaan dapat menyebabkan perubahanfisiologis dan biokimia dimulai
dari tingkat sel, jaringan maupun organ yaitu sel beta pada pankreas yang memproduksi
insulin (Lestari, 2013).

e. Pemakaian bahan kimia dan obat-obatan

Menurunnya fungsi pankreas dalam memproduksi insulin dapat dipicu dengan


penggunaan bahan kimia yang mampu mengiritasi pankreas sehingga terjadi
pankreatitis. Bahan kimia yang terakumulasi dalam tubuh dengan waktu yang cukup
lama dapat menimbulkan terjadinya iritasi pada pankreas (Hasdianah, 2012). Beberapa
obat dapat memicu terjadinya peningkatan glukosa darah. Oleh karena itu seseorang
yang memiliki resiko terkena diabtes harus berhati-hati dalam memakai obat-obatan,
dan disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter (Tandra, 2018).

f. Pola Hidup

Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik memiliki resiko terkena diabetes,
karena olahraga mampu membakar kalori yang berlebih dalam tubuh. Salah satu pemicu
diabetes yaitu adanya penumpukan kalori dalam tubuh (Tandra, 2018).

E.Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang kronik dan


bersifat sistemik dengan karakteristik peningkatan gula darah/glukosa atau
hiperglikemia yang disebabkan menurunnya sekresi atau aktivitas dari insulin
sehingga mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah
dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa dibentuk dihati
dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang masuk sebagian digunakan untuk
kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen dihati dan
jaringan lainnya dengan bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang
diproduksi oleh sel beta pulau langerhans pankreas yang kemudian produksinya
masuk dalam darah dengan jumlah sedikit kemudian meningkat jika terdapat
makanan yang masuk. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk
mempertahankan gula darah tetap stabil antara 70-120 mg/dl.
Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau langerhans
pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik, hormon yang dapat membantu
memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati dan sel lemak. Pada diabetes terjadi
berkurangnya insulin atau tidak adanya insulin berakibat pada gangguan tiga
metabolisme yaitu menurunnya penggunaan glukosa, meningkatnya metabolisme
lemak dan meningkat penggunaan protein [ CITATION Tar122 \l 1057 ].
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun [ CITATION Bru022 \l 1057 ]. Ketidakmampuan sel beta menghasilkan
insulin mengakibatkan glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati dan tetap berada dalam darah sehingga menimbulkan hiperglikemia.
Diabetes Tipe II. Pada DM tipe 2 masalah utama adalah berhubungan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan
penurunan sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya insulin mengikat reseptor
khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi meliputi metabolisme
glukosa. Pada DM tipe 2, reaksi intraseluler dikurangi, sehingga menyebabkan
efektivitas insulin menurun dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan
dan pada pengaturan pembebasan oleh hati. Mekanisme pasti yang menjadi
penyebab utama resistensi insulin dan gangguan sekresin insulin pada DM tipe 2
tidak diketahui, meskipun faktor genetik berperan utama.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukkan glukosa
dalam darah, peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam mengatur kadar
glukosa darah dalam batas normal atay sedikit lebih tinggi kadarnya. Namun, jika
sel beta tidak dapat menjaga dengan meningkatkan kebutuhan insulin,
mengakibatkan kadar glukosa meningkat, dan DM tipe 2 berkembang [ CITATION
Tar122 \l 1057 ].

Diabetes dan Kehamilan. Diabetes gestasional terjadi pada wanita yang tidak
menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan
akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining
pada usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan diabetes
[ CITATION Bru022 \l 1057 ].
F.Pathway Keperawatan

DM Tipe I DM Tipe II

Usia 65 Tahun Obesitas


Faktor Genetik Faktor lingkungan

Proses degenerative Peningkatan beban


Riwayat penyakit DM Terpajan virus/ toksin metabolisme
pada keluarga
Fungsi organ tubuh
Proses autoimun
DNA penderitan
DM Fungsi kelenjar
Hematogen
pancreas

Masuk ke kelenjar
pancreas

Destruksi sel B
langerhans

Produksi insulin
Glukosa dalam darah
meningkat

Diabetes

Glukosuria
Produksi energi Pancreas berhenti
memproduksi insulin
Keseimbangan kalori
Metabolisme fisik
Hiperglikemia
Konsentrasi glukosa
dalam darah
Kelemahan fisik
Polifagia Komplikasi Komplikasi
mikrovaskuler makrovaskuler
Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Penyumbatan
kebutuan tubuh
Retinopati Nefropati Neuropati pembuluh darah

Sensibilitas nyeri, Ulkus


suhu menurun

Pembedahan :
Resiko infeksi Amputasi

Nyeri akut
G.Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas


insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia
dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien [ CITATION Bru022 \l 1057 ].

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai
tujuan berikut ini:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melaui cara-cara yang
aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu


mengendalikan kadar glukosa darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah
kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda
merupakan hal yang penting. Di samping itu, konsistensi interval waktu diantara
jam makan dengan mengkonsumsi cemilan (jika diperlukan), akan membantu
mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruh kadar glukosa darah.

2. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabates karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistensi iraining) dapat meningkatkan
lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat
(resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena
dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stres dan mempertahankan
kesegaran tubuh.

3. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
(SMBG; self-monitoring of blood glocose), penderita diabetes kini dapat
mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal.
Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta
hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal
yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
Beberapa metode kini tersedia untuk melakukan pemantauan mandiri
kadar glukosa darah. Kebanyakan metode tersebut mencakup pengambilan
setetes darah dari ujung jari tangan. Strip tersebut pertama-tama dimasukkan ke
dalam alat pengukur sebelum darah ditempelkan pada strip. Setelah darah
melekat pada strip, darah tersebut dibiarkan selama pelaksanaan tes. Alat
pengukur akan memperlihatkan kadar glukosa darah dalam waktu yang singkat
(kurang dari 1 menit).
4. Terapi Insulin
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari (atau bahkan
lebih sering lagi) untuk mengendalikan kadar glukosa darah sesudah makan dan
pada malam hari. Karena dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien
ditentukan oleh kadar glukosa dalam darah, maka pemantauan kadar glukosa
darah yang akurat sangat penting. Pemantauan mandiri kadar glukosa darah
telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin.
5. Pendidikan Pasien
Diabetes melitus merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan-mandiri yang khusus seumur hidup. Karena diet, aktivitas fisik dan
stres fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian diabetes, maka
pasien harus belajar untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien
bukan hanya harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari
guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa yang mendadak,
tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Penghargaan pasien tentang
pentingnnya pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh penderita
diabetes dapat membantu perawat dalam melakukan pendidikan dan penyuluhan
[ CITATION Bru022 \l 1057 ].

H.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi: GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa > 120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine: hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman [ CITATION Taq13 \l 1057 ].
4. Pemeriksaan HbAIc
Hemoglobin A1c atau HbA1c adalah komponen minor dari hemoglobin
yang berikatan dengan glukosa. HbA1c disebut sebagai glikosilasi atau
hemoglobin glikosilasi atau glycohemoglobin. Hemoglobin adalah pigmen
pembawa oksigen yang memberikan warna merah pada sel darah merah dan
juga merupakan protein dominan dalam sel darah merah ( Airin Que, 2018 ).
Tes HbA1c adalah pemeriksaan untuk mengukur rata-rata kadar HbA1c
(hemoglobin A1c) atau hemoglobin terglikosilasi selama 3 bulan. Pemeriksaan
ini juga disebut dengan tes glikohemoglobin dan biasa dilakukan untuk
memeriksa diabetes melitus.
Pemeriksaan HbA1c berfungsi untuk mengukur rata-rata
jumlah hemoglobin A1c yang berikatan dengan gula darah (glukosa) selama tiga
bulan terakhir. Durasi ini sesuai dengan siklus hidup sel darah merah, termasuk
hemoglobin, yaitu tiga bulan. Hasil pemeriksaan akan tertulis dalam persentase,
dengan interpretasi sebagai berikut:
- Normal: jumlah HbA1c di bawah 5,7%.
- Prediabetes: jumlah HbA1c antara 5,7-6,4%.
- Diabetes: jumlah HbA1c mencapai 6,5% atau lebih.

Semakin tinggi jumlah HbA1c berarti semakin banyak hemoglobin yang


berikatan dengan glukosa, dan ini menandakan bahwa gula darah tinggi. Jika
jumlah HbA1c melebihi 8%, kemungkinan Anda mengalami diabetes yang
tidak terkontrol dan berisiko mengalami komplikasi. [ CITATION Pra18 \l 1033 ]
Konsep Asuhan keperawatan
A. Pengkajian Fokus
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahankan penderita, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnesa
a. Identifikasi penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya pankreas. Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas, maupun aterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasanya di gunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadi
defiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,berat
badan, dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun,adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernapasan
Adakah sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardia/bradikardia, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi,mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri adanya gangrene di ekstremitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunansensoris, parashtesia, anastesia, letargi, mengantuk,
refleklambat, kacau mental, disorientasi.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injury Biologis
2. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan umum
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme dalam tubuh
4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelebihan intake cairan
B. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


O
1 Nyeri Akut berhubungan  Pain level Pain Management
dengan Agen Injury   Pain control 1.    Lakukan
Biologis Setelah dilakukan pengkajian yang
perawatan selama 2x24 komprehensif
jam diharapkan nyeri (meliputi lokasi,
berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi.
2.    Observasi ketidak
 Mampu mengontrol nyamanan non verbal
nyeri 3.     Ajarkan teknik non
 Melaporkan bahwa farmakologi misalnya
nyeri berkurang relakssasi, distraksi,
dengan menggunakan nafas dalam
manajemen nyeri 4.     Monitoring tanda-
 Menyatakan rasa tanda vital
nyaman setelah nyeri 5.     Kolaborasi dengan
berkurang tenaga medis untuk
pemberian analgesik

2. Intoleransi Aktifitas  Energy Conservation Activty Therapy


berhubungan dengan   Activty tolerance 1. Bantu klien
Kelemahan umum mengidentifikasi
Setelah diberikan asuhan aktivitas yang
keperawatan selama 2x 24 mampu dilakukan
jam diharapkan klien 2. Bantu untuk memilih
meningkatkan ambulasi aktivitas konsisten
atau aktivitas dengan yang sesuai dengan
kriteria hasil : kemampuan fisik
,psikologi dan sosial
 Mampu meningkatkan 3. bantu pasien/keluarga
aktivitas sehari-hari untuk
secara mandiri mengidentifikasi
 Mampu berpindah kekurangan dalam
dengan atau tanpa alat beraktivitas
bantu 4. monitoring tanda-
 Tanda-tanda vital tanda vital
normal 5. kolaborasi dengan
tenaga medis lainnya
3. Resiko Infeksi   Immune status  Infection control
berhubungan dengan  Knowledge : infection 1.  Monitor tanda dan
invasi mikroorganisme control gejala infeksi
dalam tubuh sistemik dan lokal
Setelah dilakukan 2.  Gunakan sabun
perawatan selama 2x24 antimikroba untuk
jam diharapkan resiko cuci tangan
infeksi tidak terjadi 3.  Instruksikan pada
dengan kriteria hasil pengunjung untuk
mencuci tangan saat
 Klien bebas dari tanda berkunjung dan
dan gejalan infeksi setelah berkunjung
 Menunjukan meninggalkan pasien
kemampuan untuk 4. Tingkatkan intake
mencegah timbulnya nutrisi yang adekuat
infeksi 5.  Kolaborasi dengan
 Menunjukan perilaku tenaga medis lainnya
hidup sehat
 Jumlah leukosit dalam
batas normal

4. Ketidakseimbangan  Nutritional status : Nutrition Management


nutrisi lebih dari food and fluid intake 1. Monitor TTV
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan 2. Dorong pasien untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 menguubah
kelebihan intake cairan jam diharapkan nutrisi kebiasaan makan
lebih  kebutuhan tubuh 3. Monitor jumlah
tidak terjadi dengan nutrisi dan
kriteria hasil kandungan kalori
 BB normal sesuai 4. Kolaborasi dengan
dengan TB ahli gizi untuk
 Mrngerti faktor yang menentukan jumlah
meningkatkan BB kalori dan nutrisi
 Memodifikasi diet yang dibutuhkan
untuk mengontroll pasien
berat badan
 Tanda tanda vital
normal
DAFTAR PUSTAKA

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi 2018-


2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC.

Puja Ananda. 2019. Gambaran karakteristik pasien penderita diabetes melitus di


ruangan internis di rumah sakit santa elisabeth medan. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas ilmu
kesehatan. Stikes Santa Elisabeth: Medan

Ria Kristanti. 2019. Gambaran Fear Of Self Injecting and Self Testing Pada Pasien
Diabetes Militus Tipe 2 Di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember. Skripsi. Tidak
diterbitkan. Fakultas Keperawatan: Jember

Anda mungkin juga menyukai