Askep Kelompok Bab I

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

PADA NY. S G2P1A0 26 TAHUN USIA KEHAMILAN 39 +5 MINGGU


DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT BERSALIN BUDI
RAHAYU MAGELANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas Tahap Profesi

Pembimbing Akademik:
Ns. Dwi Susilowati, M.Kep., Sp.Mat.
Pembimbing Klinik :
Asih Warastuti A. Md. Keb

Disusun oleh :
1. Nur Lela Fitriani
2. Luh Juita Amare Putri
3. Santi Widianingrum

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIX


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses uterus mengeluarkan mengeluarkan janin
dan plasenta setelah masa kehamilan lebih dari 20 minggu agar janin
dapat hidup diluar kandungan, melalui jalan lahir atau dengan bantuan atau
bantuan (Saminem, 2008).
Komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas merupakan
penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia (Huda,2012). Kasus kematian
ibu saat bersalin misalnya :komplikasi perdarahan (34,3%), keracunan
kehamilan (23,7%) dan infeksi pada masa nifas (10,5%). Salah satu
masalah pada kehamilan adalah ketuban pecah dini (KPD) yaitu suatu
kejadian pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum permulaan
persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi
pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu (Manuaba, 2008).
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua pesalinan
sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya
sekitar 4%. Faktor - faktor yang dapat menyebabkan KPD antara lain
sungsang, preeklamsi, anemia, gemelli dan hidramnion (Misar, 2013).
Kejadian ketuban pecah dini umunya menimbulkan beberapa
masalah bagi ibu maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan
infeksi puerperalis/masa nifas, dry labour/partus lama, dapat pula
menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal,
bahkan kematian (Cunningham, 2006). Resiko kecacatan dan kematian
janin juga tinggi pada kejadian ketuban pecah dini preterm (Ayurai, 2010).
Insidensi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Indonesia berkisar 4,5% sampai
7,6% dari seluruh kehamilan, sedangkan di Negara India antara 6% sampai
12%. Angka tersebut merupakan permasalahan yang masih belum
terselsaikan, terutama di Negara berkembang. Angka kejadian KPD
berkisar antara 3-18% yang terjadi pada kehamilan preterm, sedangkan
pada kehamilan aterm sekitar 8-10 %, wanita hamil datang dengan
keadaan KPD, dimana 30-40% merupakan kehamilan preterm di Rumah
Sakit Umum Daerah yang merupakan tempat rujukan di Indonesia. Terkait
kasus KPD ini klien memerlukan penanganan tepat yang dilakukan oleh
tenanga kesehatan seperti bidan, dokter dan perawat. Penanganan atau
penatalaksanaan pasien KPD harus dilakukan perawatan untuk diperiksa
lebih lanjut seperti tanda-tanda vital, monitoring kemajuan persalinan dan
lainnya. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila KPD terjadi pada kehamilan prematur,
diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. ( Ulfa.2016).
22 Februari 2017 di rumah sakit bersalin Budi Rahayu Magelang
pada pukul 08.45 WIB, Ny. S G2P1A0 26 tahun datang dengan keluhan air
keuban merembes dan terdapat flek-flek darah. Masalah Keperawatan
yang muncul pada Ny. S diantaranya adalah Ansietas berhubungan proses
kehamilannya, Resiko infeksi pada bayi, Nyeri akut berhubungan dengan
proses persalianan dan lainnya sesuai dengan kejadian yang dialami. Oleh
Karena itu kami menyusun Asuhan Keperawatan pada Ny. S 26 Tahun
denga KPD untuk mengetahui tindakan atau penanganan yang bisa
dilakukan.
B. Tujuan
Tujuan umm
Setelah menyelesaikan praktik profesi keperawatan maternitas,
diharapkan mahasiswa mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan pada ibu dengan masalah komplikasi kehamilan
khususnya Ny.S dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).
Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran data umum hasil pengkajian kesehatan dan
data klien dengan masalah komplikasi kehamilan KPD
khususnya pada Ny. S
b. Mengetahui diagnosa keperawatan dan prioritas diagnosa yang
muncul berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S
c. Mengindentifikasikan problem dan etiologi yang muncul
menggunakan kriteria SMART pada kasus Ny. S
d. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan berdasarkan
masalah keperawatan yang muncul baik mandiri maupun
kolaboratif pada kasus Ny. S
e. Mengetahui gambaran rencana tindakan keperawatan dan evaluasi
hasil intervensi yang telah dilakukan pada kasus Ny. S
f. Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan evidence base
practice
g. Mengidentifikasikan rencana tindak lanjut yang tepat berdasarkan
hasil evaluasi dan dokumentasi pada kasus Ny. S

Daftar Pustaka.
Ayurai. (2010). Ketuban pecah dini. Diambil tanggal 23 maret 2010 dari

http:// ayurai.wordpress.com/2010/02/15/ketuban-pecah-dini/

F. Gary Cunningham et al. 2006 . William obstetrick, vol. I. Jakarta: EGC

Huda, Nurul. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuban Pecah


Dini Di Rs Pku Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Manuaba, ida bagus Gde. 2008. Gawat-darurat obstetri-gynekologi sosial
untuk profesi Bidan. Jakarta: EGC
Misar, Yuliana et all. 2013. Faktor Risiko Komplikasi Persalinan Pada Ibu
Melahirkan Di Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2012
Ulfa, igus dan ratna dewi. 2016. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
pada Perempuan Hamil Usia 37 Tahun. J Medula Unila, Vol 4 No
4 Januari 2016
Saminem, Hajjah. 2008 . Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan.
Jakarta : EGC
BKKBN, (2006). Hati-hati dengan
infeksinifasshttp://www.pikas.bkkbn.go.id/article
Hapsari (2010). Health education, personal hygiene, istirahat dan tidur ibu
nifas.
Wijaya, (2011). Personal Hygiene. Jakarta. EGC.
(Kusuma & Hartono, 2011)

Anda mungkin juga menyukai