Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

Disusun Oleh :
FRIDIA ARINTYA A.
(155040201111100)
Kelas Q

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


DAS Luk Ulo menurut masyarakat Karangsambung beberapa waktu lalu
memberikan kesan elok, indah dan mampu memenuhi kehidupan warga yang
bergantung hidup di sekitarnya. Ketersediaan air tanah tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari namun mampu juga untuk mencukupi irigasi lahan-lahan
pertanian. Namun kini permasalahan dan tantangan menjadi semakin berat seiring
dengan meningkatnya degradasi lingkungan yang ditandai dengan besarnya
fluktuasi debit sungai antara musim hujan dan kemarau memicu banjir dan erosi,
perubahan tata guna lahan dan vegetasi, menipisnya permukaan tanah, serta
ketersediaan air tanah (Raharjo, 2010; Widiyanto dkk., 2013).
Masyarakat Karangsambung belum sepenuhnya menyadari bahwa kawasan
ini memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah yakni keanekaragaman non
hayati yang berupa fenomena alam unik dan langka (geodiversity) bernilai tinggi.
Fenomena alam ini dapat berupa bentang alam (landscape) yang menyerupai
amfiteater dengan kenampakan lembah Karangsambung yang dikelilingi oleh
rangkaian perbukitan membentuk setengah lingkaran atau kompleks singkapan
batuan mlange Luk Ulo yang tersusun oleh campuran bancuh (chaotic) batuan
dasar Pulau Jawa berasal dari kerak samudera, mantel atas, sedimen laut dalam,
sedimen lereng benua, serta batuan metamorf yang terbentuk di palung subduksi
(Asikin S, 1974; Suparka, M.E., 1986; Harsolumakso A.H., 1996; Prasetyadi C.,
2008, Satyana A.H, 2014).
Pemanfaatan lahan di sekitar Sungai Luk Ulo sebagian besar adalah lahan
pertanian, sebagian besar lahan yang dimiliki oleh petani adalah lahan warisan,
sehingga mayoritas masyarakatnya masih mempertahankan penggunaan lahan
untuk lahan pertanian, dengan kualitas sungai yang semakin menurun, petani
dihadapkan dengan persoalan bagaimana mengelola lahan pertanian mereka
supaya tetap produktif. Permasalahan menurunnya kualitas Sungai Luk Ulo selain
karena pemanfaatan lahan yang tidak sesuai di bagian hulu, juga disebabkan oleh
eksploitasi sumberdaya alam yaitu bahan galian C yaitu pasir dan batu yang sudah
berlebihan dan tidak memperdulikan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Bab 2
Karakteristik dan Permasalahan Kerusakan Lahan

Sungai Luk Ulo merupakan salah satu sungai di Kabupaten Kebumen yang
masuk dalam wilayah pengelolaan BPDAS Serayu, Opak, Progo, Luk Ulo mengalir
membelah Kabupaten Kebumen dengan luas wilayah kurang lebih 572,84 km2,
Sungai Luk Ulo merupakan jenis sungai antecedent atau sungai yang memotong
struktur geologi utama daerah yang dilaluinya, Curah hujan pada hulu mencapai
2500-3250 mm/tahun, dan pada hilir kurangdari 2600 mm/tahun. Hal tersebut
sangat mendukung kegiatan pertanian di sekitar sungaI.
Seiring dengan berjalanya waktu, kondisi Sungai Luk Ulo semakin
mengalami degradasi, pada beberapa kasus, degradasi di Sungai Luk Ulo
disebabkan oleh ekploitasi sumberdaya alam yaitu bahan galian C yaitu batu dan
pasir, selain itu adanya perubahan penggunaan lahan pada beberapa titik
menyebabkan debit sungai dari tahun ke tahun semakin tinggi. Laju aliran
permukaan pada sungai bermeander dan DAS dengan tutupan vegetasi yang
sangat jarang lebih berpotensi memicu limpasan dan menorah permukaan lahan.
Laju aliran permukaan pada sub-DAS ini cenderung mengerosi intensif ke arah
lateral menggerus tebing sungai-yang sekaligus berperan sebagai tanggul alam
yang sudah terbentuk sebelumnya, memperluas dataran banjir terutama pada
daerah yang relatif datar dan menyisakan bukit-bukit terisolir yang memanjang mulai
dari igir Wagir Sambeng hingga igir Watulawang. Kecepatan laju aliran permukaan
dapat berkurang dengan keberadaan tutupan vegetasi yang rapat.
Periode musim penghujan aliran banjir telah menggerus dan mengerosi
tebing sungai pada segmen sub-DAS Gebang, Karangsambung, dan merusak
Jembatan Gebang sehingga memutus akses warga Desa Wonotirto dan Desa
Kebakalan.

Permasalahan kerusakan DAS Luk Ulo tidak hanya terjadi pada periode
musim penghujan, ancaman kelangkaan air tanah semakin parah pada musim
kemarau serta keberadaan aktivitas penambang pasir dengan mesin sedot yang
tidak terkendali. Aktivitas penambang pasir dengan mesin sedot memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan air tanah, khususnya daerah
Pesanggrahan (Widiyanto dkk., 2013). Aktivitas penambang pasir dengan mesin
sedot telah merubah morfologi sungai dan menyebabkan kondisi DAS Luk Ulo
semakin kritis, baik ekologi maupun kuantitas air tanah.
Bab 3
Strategi Konservasi Tanah

Dari permasalahan yang telah diketahui maka dapat dijadikan inisiasi upaya
pemberdayaan masyarakat untuk menjaga keanekaragaman non-hayati yang
secara tidak langsung berhubungan dengan degradasi DAS Luk Ulo. Perlu
kesepakatan pendapat antara elemen masyarakat dan penambang untuk menjaga
keanekaragaman non-hayati ini. Upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam,
termasuk di dalamnya bahan tambang batuan tetap harus mempertimbakan
kelestarian alam. Masyarakat dan aparat yang berwenang harus ikut mengawasi
aktivitas penambangan batuan dan pasir yang akhir-akhir telah mengancam dan
bahkan berpotensi merusak DAS Luk Ulo. Penambangan pasir di DAS Luk Ulo yang
sudah dilakukan bertahun-tahun, dirasakan tidak separah saat ini. Hal inilah yang
menginisiasi pembentukan Forum Peduli Konservasi Lahan dan Batuan (FPKLB).
Adapun beberapa upaya yang dapat diakukan petani di DAS Luk Ulo adalah
dengan melakukan pengolahan lahan yaitu membuat teras bangku untuk
mengurangi resiko erosi. Selain itu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menanam tanaman pagar vetiver. Pembatas vegetatif seperti pagar Vetiver yang
ditanam melintangi lereng atau mengikuti kontur dapat mengendalikan limpasan,
menyebarkannya dan memperlambatnya ketika dengan pelan memasuki tanaman
pagarnya. Karena kekuatan erosi air dan tanah berbanding proporsional dengan
kecepatan arus (kecepatan air yang menurun dan kekuatan angin), dasar utama dari
konservasi tanah adalah untuk mengurangi kecepatan air dan angin. Ketika ditanam
dengan benar, tanaman pagar Vetiver mampu mengendalikan air dan erosi angin.
Tujuan ini dapat dicapai yang paling mudah dengan penutup vegetatif, khususnya
tanaman pagar. Ketika ditanam melintangi lereng atau di sepanjang kontur, tanaman
pagar Vetiver yang lebat membentuk penghalang yang bisa dimasuki air yang
dengan pelan menyebarkan limpasan air dan mengurangi kecepatannya. Hal ini
memberi lebih banyak waktu bagi tanah untuk menyerap air dan tanaman pagar
untuk memerangkap sedimen. Sehingga dapat mengurangi resiko erosi dari
eksploitasi SDA ataupun curah hujan tinggi dan dapat digunakan sebagai tutupan
vegetasi lahan. Tanaman pagar vetiver ini juga dapat tumbuh dilahan berpasir/pasir,
yangmana artinya vetiver ini dapat ditanam di DAS sungai Luk Ulo yang
mengandung pasir. Selain sebagai pembatas vegetasi daun dari vetiver ini juga
dapat dijadikan sebagai bahan baku kerajinan tangan.
Menurut Puswanto et. al. (2014) Forum Peduli Konservasi Lahan dan
Batuan (FPKLB) bersama masyarakat berusaha menyelamatkan lahan-lahan kritis di
sepanjang daerah sempadan Sungai Luk Ulo, terutama pada bantaran banjir dan
bantaran longsor. Tanaman tebu dipilih dikembangkan di sepanjang bantaran banjir
yang berbatasan langsung dengan alur sungai. Tanaman keras, misalnya pohon
akasia ditanam pada bantaran banjir/tebing-tebing sungai dengan kemiringan >45o
yang rawan longsor. FPKLB bersama masyarakat mendukung program Pemerintah
Daerah Kebumen untuk mengembangkan potensi wisata Kabupaten Kebumen.
Pengembangan kawasan agrowisata di daerah Sadang akan disinergikan dengan
geodiversity kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung (CAGK). Tanaman
kelengkeng Itoh telah dibudidayakan melalui program Sentra Pemberdayaan Tani
(SPT) binaan Yayasan Obor Tani sejak tahun 2011 di Embung Seboro. Program ini
didukung dengan dibangunnya beberapa embung untuk menampung air hujan yaitu
Embung Seboro, Embung Wonosari dan Embung Cangkring.
Daftar Pustaka

Asikin S. 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi Teori
Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak
dipublikasikan, 103 hal.

Harsolumakso, A. H., 1996, Status Olistostrom di Daerah Luk Ulo, Jawa Tengah; suatu
tinjauan stratigrafi, umur dan deformasi, Kumpulan Makalah Seminar Nasional

Prasetyadi, 2008, Formasi Bulukuning dan Komplek Larangan Usulan Formasi Baru
Berdasarkan Penemuan Baru Batuan Eosen di Daerah Karangsambung Utara, Majalah
Geologi Indonesia, Volume 23 No 1 dan 2, April dan Agustus, 2008

Puswanto E., Raharjo P. D., Widiyanto K. 2014. IDENTIFIKASI KERUSAKAN DAS LUK
ULO DAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (STUDI KASUS :
KARANGSAMBUNG, KABUPATEN KEBUMEN). Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Raharjo, P.D., 2010. Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk
Identifikasi Potensi Kekeringan. Makara, Teknologi, Vol 14, No 2, h. 97 105

Satyana, A.H., 2014, New Consideration on The Cretaceous Subduction Zone of CiletuhLuk
Ulo-Bayat-Meratus: Implications for Southeast Sundaland Petroleum Geology,
Proceeding IPA, Thirty-Eighth Annual Convention & Exhibition, p.129.

Suparka, M.E., 1986, Studi Petrologi dan Pola Kimia Komplek Ofiolit Karangsambung
Utara, Luh Ulo, Jawa Tengah, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung, tidak
dipublikasikan, 181 hal.

Widiyanto, K., Puswanto, E., Raharjo, P.D., Winduhutomo, S., 2013, Dampak Aktivitas
Penambangan Pasir di Sungai Luk Ulo Terhadap Air Tanah Dangkal di Pesanggrahan
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian
Puslit Geoteknologi-LIPI, 406, h. 307-336.

Anda mungkin juga menyukai