Anda di halaman 1dari 8

1 Adam 106 Imshon 210 Saalum

2 Tsits 107 Kabiir 211 Asyh

3 Anuwsy 108 Saabath 212 Harooban

4 Qiynaaq 109 Ibaad 213 Jaabuk

5 Mahyaaiyl 110 Basylakh 214 Aabuj

6 Akhnuwkh 111 Rihaan 215 Miynats

7 Idris 112 Imdan 216 Qoonukh

8 Mutawatsilakh 113 Mirqoon 217 Dirbaan

9 Nuh 114 Hanaan 218 Shokhim

10 Hud 115 Lawhaan 219 Haaridh

11 Abhaf 116 Walum 220 Haarodh

12 Murdaaziyman 117 Bayul 221 Harqiil

13 Tsari 118 Bishosh 222 Numan

14 Sholeh 119 Hibaan 223 Azmiil

15 Arfakhtsyad 120 Afliq 224 Murohhim

16 Shofwaan 121 Qoozim 225 Midaas

17 Handholah 122 Ludhoyr 226 Yanuuh

18 Luth 123 Wariisa 227 Yunus

19 Ishoon 124 Midhas 228 SaaSaan

20 Ibrahim 125 Hudzamah 229 Furyum

21 Ismail 126 Syarwahil 230 Farbusy

22 Ishaq 127 Manail 231 Shohib

23 Yaqub 128 Mudrik 232 Ruknu

24 Yusuf 129 Hariim 233 Aamir

25 Tsamail 130 Baarigh 234 Sahnaq


26 Tsuayb 131 Harmiil 235 Zakhun

27 Musa 132 Jaabadz 236 Hiinyam

28 Luthoon 133 Dzarqon 237 Iyaab

29 Yawa 134 Ushfun 238 Shibah

30 Harun 135 Barjaaj 239 Arofun

31 Kaylun 136 Naawi 240 Mikhlad

32 Yusya 137 Hazruyiin 241 Marhum

33 Daaniyaal 138 Isybiil 242 Shonid

34 Bunasy 139 Ithoof 243 Gholib

35 Balyaa 140 Mahiil 244 Abdullah

36 Armiyaa 141 Zanjiil 245 Adruzin

37 Yunus 142 Tsamithon 246 Idasaan

38 Ilyas 143 Alqowm 247 Zahron

39 Sulaiman 144 Hawbalad 248 Bayi

40 Daud 145 Solih 249 Nuzhoyr

41 Ilyasa 146 Saanukh 250 Hawziban

42 Ayub 147 Raamiil 251 Kaayiwuasyim

43 Aus 148 Zaamiil 252 Fatwan

44 Dzanin 149 Qoosim 253 Aabun

45 Alhami 150 Baayil 254 Rabakh

46 Tsabits 151 Yaazil 255 Shoobih

47 Ghobir 152 Kablaan 256 Musalun

48 Hamilan 153 Baatir 257 Hijaan

49 Dzulkifli 154 Haajim 258 Rawbal

50 Uzair 155 Jaawih 259 Rabuun


51 Azkolan 156 Jaamir 260 Muiilan

52 Izan 157 Haajin 261 Saabian

53 Alwun 158 Raasil 262 Arjiil

54 Zayin 159 Waasim 263 Bayaghiin

55 Aazim 160 Raadan 264 Mutadhih

56 Harbad 161 Saadim 265 Rahiin

57 Syadzun 162 Syutsan 266 Mihros

58 Saad 163 Jaazaan 267 Saahin

59 Gholib 164 Shoohid 268 Hirfaan

60 Syamaas 165 Shohban 269 Mahmuun

61 Syamun 166 Kalwan 270 Hawdhoon

62 Fiyaadh 167 Shooid 271 Albauts

63 Qidhon 168 Ghifron 272 Waid

64 Saarom 169 Ghooyir 273 Rahbul

65 Ghinadh 170 Lahuun 274 Biyghon

66 Saanim 171 Baldakh 275 Batiihun

67 Ardhun 172 Haydaan 276 Hathobaan

68 Babuzir 173 Lawii 277 Aamil

69 Kazkol 174 Habroa 278 Zahirom

70 Baasil 175 Naashii 279 Iysaa

71 Baasan 176 Haafik 280 Shobiyh

72 Lakhin 177 Khoofikh 281 Yathbu

73 Ilshots 178 Kaashikh 282 Jaarih

74 Rasugh 179 Laafats 283 Shohiyb

75 Rusyin 180 Naayim 284 Shihats


76 Alamun 181 Haasyim 285 Kalamaan

77 Lawqhun 182 Hajaam 286 Bawumii

78 Barsuwa 183 Miyzad 287 Syumyawun

79 Alazhim 184 Isyamaan 288 Arodhun

80 Ratsaad 185 Rahiilan 289 Hawkhor

81 Syarib 186 Lathif 290 Yaliyq

82 Habil 187 Barthofun 291 Bari

83 Mublan 188 Aban 292 Aaiil

84 Imron 189 Awroidh 293 Kanaan

85 Harib 190 Muhmuthshir 294 Hifdun

86 Jurits 191 Aaniin 295 Hismaan

87 Tsima 192 Namakh 296 Yasma

88 Dhorikh 193 Hunudwal 297 Arifur

89 Sifaan 194 Mibshol 298 Aromin

90 Qubayl 195 Mudhataam 299 Fadhan

91 Dhofdho 196 Thomil 300 Fadhhan

92 Ishoon 197 Thoobikh 301 Shoqhoon

93 Ishof 198 Muhmam 302 Syamun

94 Shodif 199 Hajrom 303 Rishosh

95 Barwa 200 Adawan 304 Aqlibuun

96 Haashiim 201 Munbidz 305 Saakhim

97 Hiyaan 202 Baarun 306 Khooiil

98 Aashim 203 Raawan 307 Ikhyaal

99 Wijaan 204 Mubiin 308 Hiyaaj

100 Mishda 205 Muzaahiim 309 Zakariya


101 Aaris 206 Yaniidz 310 Yahya

102 Syarhabil 207 Lamii 311 Jurhas

103 Harbiil 208 Firdaan 312 Isa ibnu Maryam

104 Hazqiil 209 Jaabir 313 Muhammad SAW

105 Asymuil

Islam; antara syariat Muhammad dan syariat para nabi


Ketika menjelajah turats Islam, -terutama kitab-kitab fiqih, ushul fiqih dan kitab tauhid-
,[12] kita mendapatkan bahwa pembahasan syariat para nabi ini berkisar pada jawaban dari
dua pertayaan yang mendasar, yaitu:
Pertama : Apakah Muhammad SAW sebelum menjadi rasul beribadah dengan salah satu
syariat dari syariat para nabi?[13]
Kedua : apakah Muhammad SAW setelah menjadi Rasul beribadah dengan salah satu syariat
dari syariat para nabi? atau pertanyaannya : apakah kita beribadah dengan syariat para nabi?
Mengenai persoalan pertama, setidaknya ada tiga pendapat-baca: madzhab-utama yaitu:
Pertama: pendapat sebagaian malikiyah dan jumhur mutakallimin yang menafikan bahwa
Muhammad beribadah.
Kedua : pendapat seperti hanafiyah, hanabilah, ibnu Alhajib dan AlQodhi Albaidhowi yang
berpendapat bahwa Muhammad SAW beribadah.
Ketiga: pendapat seperti imam ghozali, Al-Amidi, Al-Qodhi Abdu Al-Jabbar dan para
peneliti lainnya, mereka tidak menghukumi masalah ini karena tidak ada dalil qothi yang
menerangkan tentang kejadian ini.[14]
Kemudian madzhab yang berpendapat bahwa Muhammad sebelum menjadi rasul beribadah,
berbeda pendapat pula mengenai : Muhammad SAW beribadah berdasarkan syariat siapa?
banyak sekali pendapat dari madzhab ini, ada yang mengatakan bahwa Muhammad
beribadah berdasarkan syariat Adam, syariat Nuh, syariat Ibrahim, syariat Musa, syariat Isa,
ada juga yang berpendapat bahwa Muhammad beribadah berdasarkan salah satu dari syariat
para Nabi, syariat seluruh nabi, bahkan ada pula yang berpendapat Muhammad beribadah
tidak berdasarkan syariat para nabi, berdasarkan akal dan pendapat-pendapat lainnya.[15]
Syariat para nabi sebagai sumber hukum islam
Yang dimaksud dengan syariat para nabi adalah hukum yang diriwayatkan kepada kita, baik
oleh AlQuran atau Hadits yang disyariatkan kepada umat-umat sebelum kita dengan
perantara para nabi-nabi mereka.[16]
Sedangkan peran syariat para nabi ini`sebagai sumber hukum islam tidak independen,
sebagaimana sumber-sumbersyariat lainnya. Apabila kita membuka buku tentang sumber
hokum islam tidak ada yang mengatakan secara langsung bahwa syariat para nabi adalah
sumber hukum islam yang independent.[17]
Hal ini disebabkan karena syariat para nabi yang diriwayatkan kepada kita tidak lebih dari
dua macam.
Pertama : yang diriwayatkan kepada kita melalui kitab mereka-taurat dan injil-ataupun
langsung dari mereka. Hal ini telah disepakati untuk tidak diterima sekalipun setelah mereka
masuk islam.[18]
Kedua : diriwayatkan oleh AlQuran atau Hadits, inilah yang diterima.
Syariat para nabi yang diterima ini dapat dibedakan sebagai berikut:
1) syariat para nabi yang disepakati.
a. Syariat para nabi, akan tetapi tidak ada dalam Al-quran dan Hadits. Syariat ini disepakati
untuk tidak diterimasekalipun ada dalam kitab mereka (taurat dan injil). Hai ini berdasarkan
firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah : ayat 75, Al Maidah ayat 13, Al Baqaroh ayat 79
dan yang lainnya.
padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya setelah
mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS. 2:75)
Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, (QS. 5:13)
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya:Ini dari Allah, (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka,
akibat dari apa yang mereka kerjakan. (QS. 2:79)
b. Syariat para nabi, ada dalam al quran dan Hadits, diwajibkan atau disyariatkan untuk
mengerjakannya seperti shaum ramadhan dan shaum Daud. Ini disepakati sebagai sumber
hukum.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. 2:183)
.
c. Syariat para nabi, ada dalam al quran dan Hadits yang berisikan Aqidah dan Ushuludin, ini
disepakati juga sebagai sumber hokum. Seperti firman Alloh dalam surat An Nahl ayat 36
dan As Syuro ayat 13
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan):Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu, (QS. 16:36)
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (QS. 42:13)
d. Syariat para nabi akan tetapi di mansukh oleh al quran dan hadits, sebagaimana
dihalalkan ghonaim setelah sebelumnya diharamkan oleh syariat para nabi
Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, (QS. 8:69)
2) Syariat para nabi yang diperselisihkan
Syariat para nabi, ada dalam al quran dan Hadits, akan tetapi tidak ada perintah untuk
mengerjakannya dan tidak diketahui syariat tersebut mansukh atau tidak.syariat ini adalah
syariat amaliyah.[19]
Perbedaan pendapat tentang syariah para nabi ini dapat dibedakan menjadi dua pendapat.
Pertama : pendapat bahwa syariat para nabi ini bukan sumber hokum, ini adalah pendapat
sebagian ushuliyyin seperti AlRoji, AlAmadi, AlGhoji, Abu Ishak, AsSyiroji,
sebagian hanafiah dan sebagian shafiiyah.
Pendapat yang kedua: syariat para nabi ini adalah sumber hukum islam. Ini adalah
pendapat Malikiyah, sebagian besarHanafiyah, sebagian besar Syafiiyah dan
jumhur fuqoha.[20]
Sebab perbedaan pendapat ini adalah karena ada dalam nash-nash sumber hukum kita -baca
al quran dan hadits- syariat-syariat para nabi, akan tetapi tidak disertai dengan qorinah atau
keterangan bahwa syariat itu telah mansukh oleh syariat kita[21] atau kita diperintahkan oleh
syariat tersebut.[22]
Maka ada yang berpendapat bahwa syariat tersebut adalah syariat bagi kita karena tidak ada
faidah dan kegunaan disebutkan dalam AlQuran akan tetapi tidak dijadikan sumber hukum
selama tidak ada larangan untuk mengerjakan syariat tersebut.[23] Sebagaimana alasan yang
mereka kemukakan adalah surat AnNahl 123 dan AlMaidah 44.
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad):Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif. (QS. 16:123)
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya
(yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-
nabi yang menyerah diri kepada Allah, (QS. 5:44)
Ada pula yang berpendapat syariat para nabi itu bukan syariat bagi kita dengan dalil Al-
Maidah 48,
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (QS. 5:48)
Kemudian mereka berkata bahwa para sahabat nabi dalam riwayat ketika memutuskan
perkara hanya meruju kepada AlQuran, Sunnah dan Ijtihad dan tidak menyebutkan kitab-
kitab para nabi baca syariat para nabi-.[24]
Akan tetapi kenyataannya adalah, bahwa imam-imam madzhab dalam kitab-kitab mereka,
tidak ada yang menyatakan secara langsung bahwa syariat para nabi ini adalah syariat yang
independen.[25] Hal ini disebabkan karena kita mendapatkan contoh yang sedikit sekali
dalam fikih Malik, Abu yusuf dan Muhammad. Yang menunjukan bahwa mereka mengambil
syariat para nabi ini sebagai sumber dalil yang independent. Apabia mereka menyebutkan
contoh bahwa syariat nabi itu adalah syariat bagi kita, mereka mengetahui madzhab yang lain
tidak ada yang menyalahinya. Sebagaimana perkataan imam AlSarkhosi setelah mengetahui
madzhab imam Abu Hanifah. sebenarnya imam syafiI tidak berbeda pendapat dengan
kita, dengan berdasarkan dalil nabi me-rajam yahudi dengan hukum taurat sebagaimana
dalam nashnya

Atas wajibnya syariat rajam dalam syariat kita[26] yaitu setelah ada hadits.[27]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa syariat para nabi dapat dijadikan sumber hukum
atau dalil apabila ada dalil lain yang menguatkannya. Apabila tidak ada dalil, maka tidak bisa
dijadikan sumber hukum.[28]
Penutup
Ketika allah menciptakana adam AS sebagai khalifah di bumi, kemudian Allah
membekalinya dengan syariat. Tujuan dari syariat ini tidak lain adalah untuk menjaga
kemaslahatan anak manusia dan mencegahnya dari berbuat kerusakan.
Syariat yang Allah SWT turunkan bukan hanya sebagai syariat yang mengatur segala bentuk
kehidupan untuk kemaslahatan anak manusia. Namun juga sebagai wahana untuk mencapai
kepuasan berfikir yang ada dalam fitrah manusia. Maka, islam sebagai sebuah syariat
memiliki keistimewaan dibandingkan dengan syariat lain hasil buah tangan dan fikiran
manusia. Ia tidak hanya berfungsi sebagai undang-undang kehidupan, namun juga sesuai
dengan fitrah manusia sejak awal penciptaan. Bagaimana tidak, syariat ini berasal dari Tuhan
yang menciptakan manusia, maka sudah pasti Dia lebih tahu akan kebutuhan dan
kemaslahatan manusia.
Datangnya para nabi dan rasul sebagai utusan Allah,-baik datang membawa syariat baru atau
tidak-tidak lain dengan membawa tugas menjaga syariat tersebut dan menyuruh kaumnya
untuk menerapkan dan menjalankan syariat itu ke dalam tiap sendi kehidupan.
Sampai datangnya Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir pun tugasnya adalah sama.
Namun, karena Muhammad ini adalah sebagai nabi penutup, maka syariat ini sudah tentu
harus sempurna sehingga bisa dijalankan oleh umatnya dalam setiap waktu dan zaman. Maka,
syariat Muhammad ini datang untuk menyempurnakan syariat para nabisekaligus menghapus
syariat para nabi yang sudah tidak sesuai lagi.
Sekalipun memang ada dalam nash syariat kita-alQuran dan Hadits-yang menceritakan
syariat para nabi. Namun, tidak diiringi oleh perintah atau larangan juga tidak ada keterangan
bahwa syariat tersebut dihapus oleh syariat kita. Namun sekali lagi syariat tersebut sedikit
sekali dan tidak menjadi smber masalah diantara para ushuliyyin dan fuqoha.
waAllahuAlam bi Showab

Anda mungkin juga menyukai