H
بسم هللا الرحمن الرحيم
Biografi para ulama ahlul hadits mulai dari zaman sahabat hingga sekarang
yang masyhur :
1. Khalifah ar-Rasyidin :
• Abu Bakr Ash-Shiddiq
• Umar bin Al-Khaththab
• Utsman bin Affan
• Ali bin Abi Thalib
2. Al-Abadillah :
• Ibnu Umar
• Ibnu Abbas
• Ibnu Az-Zubair
• Ibnu Amr
• Ibnu Mas’ud
• Aisyah binti Abubakar
• Ummu Salamah
• Zainab bint Jahsy
• Anas bin Malik
• Zaid bin Tsabit
• Abu Hurairah
• Jabir bin Abdillah
• Abu Sa’id Al-Khudri
• Mu’adz bin Jabal
• Abu Dzarr al-Ghifari
• Sa’ad bin Abi Waqqash
• Abu Darda’
3. Para Tabi’in :
• Sa’id bin Al-Musayyab wafat 90 H
• Urwah bin Zubair wafat 99 H
• Sa’id bin Jubair wafat 95 H
• Ali bin Al-Husain Zainal Abidin wafat 93 H
• Muhammad bin Al-Hanafiyah wafat 80 H
• Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud wafat 94 H
• Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H
• Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash Shiddiq
• Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H
• Muhammad bin Sirin wafat 110 H
• Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H
• Nafi’ bin Hurmuz wafat 117 H
• Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H
• Ikrimah wafat 105 H
• Asy Sya’by wafat 104 H
• Ibrahim an-Nakha’iy wafat 96 H
• Aqamah wafat 62 H
4. Para Tabi’ut tabi’in :
• Malik bin Anas wafat 179 H
• Al-Auza’i wafat 157 H
• Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H
• Sufyan bin Uyainah wafat 193 H• Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H
• Syu’bah ibn A-Hajjaj wafat 160 H
• Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H
5. Atba’ Tabi’it Tabi’in : Setelah para tabi’ut tabi’in:
• Abdullah bin Al-Mubarak wafat 181 H
• Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H
• Abdurrahman bin Mahdy wafat 198 H
• Yahya bin Sa’id Al-Qaththan wafat 198 H
• Imam Syafi’i wafat 204 H
6. Murid-Murid atba’ Tabi’it Tabi’in :
• Ahmad bin Hambal wafat 241 H
• Yahya bin Ma’in wafat 233 H
• Ali bin Al-Madini wafat 234 H
• Abu Bakar bin Abi Syaibah Wafat 235 H
• Ibnu Rahawaih Wafat 238 H
• Ibnu Qutaibah Wafat 236 H
7. Kemudian murid-muridnya seperti:
• Al-Bukhari wafat 256 H
• Muslim wafat 271 H
• Ibnu Majah wafat 273 H
• Abu Hatim wafat 277 H
• Abu Zur’ah wafat 264 H
• Abu Dawud : wafat 275 H
• At-Tirmidzi wafat 279
• An Nasa’i wafat 234 H
8. Generasi berikutnya : orang-orang generasi berikutnya yang berjalan di
jalan mereka adalah:
• Ibnu Jarir ath Thabary wafat 310 H
• Ibnu Khuzaimah wafat 311 H
• Muhammad Ibn Sa’ad wafat 230 H
• Ad-Daruquthni wafat 385 H
• Ath-Thahawi wafat 321 H
• Al-Ajurri wafat 360 H
• Ibnu Hibban wafat 342 H
• Ath Thabarany wafat 360 H
• Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H
• Al-Lalika’i wafat 416 H
• Al-Baihaqi wafat 458 H
• Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H
• Ibnu Qudamah Al Maqdisi wafat 620 H
9. Murid-Murid Mereka :
• Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 H
• Ibnu Taimiyah wafat 728 H
• Al-Mizzi wafat 742 H
• Imam Adz-Dzahabi (wafat 748 H)
• Imam Ibnul-Qoyyim al-Jauziyyah (wafat 751 H)
• Ibnu Katsir wafat 774 H
• Asy-Syathibi wafat 790 H
• Ibnu Rajab wafat 795 H
10. Ulama Generasi Akhir :• Ash-Shan’ani wafat 1182 H
• Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H
• Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H
• Al-Mubarakfuri wafat 1427 H
• Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H
• Ahmad Syakir wafat 1377 H
• Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H
• Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H
• Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H
• Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H
• Hammad Al-Anshari wafat 1418 H
• Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H
• Muhammad Al-Jami wafat 1416 H
• Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H
• Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H
• Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah
• Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah
• Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah
Keluarga Rasulullah
صلى ا هلل عليه وسلم
Istri- istri Nabiزوجاتالنبي
Khadijah binti Khuwailid (wafat 3 SH)
Zainab binti Khuzaimah (wafat 1 SH)
Aisyah binti Abu Bakar (wafat 57 H)
Hafsah binti Umar (wafat 45 H)
Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar (wafat 56 H)
Maimunah binti Harits (wafat 50 H)
Mariah Qibtiah (wafat 16 H)
Saudah binti Zam`ah (wafat 23 H)
Sofiah binti Huyai bin Akhtab (wafat 50 H)
Ummu Habibah binti Abu Sofyan (wafat 44 H)
Ummu Salamah (wafat 57 H)
Zainab binti Jahsy (wafat 20 H)
Putra-Putri Nabi
Al- Qasim bin Muhammad
Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.)
Ruqayyah binti Muhammad (wafat 2 H)
Ummu Kultsum (wafat 9 H)
Fatimah Az-Zahra (wafat 11 H)
Abdullah bin Muhammad (meninggal ketika kecil)
Ibrahim bin Muhammad (wafat 10 H ketika kecil)
Cucu Nabi
Abdullah bin Usman bin Affan (Putra Ruqayyah)
Ali bin Abul Ash (Putra Zainab.meninggal ketika kecil.)
Hasan bin Ali bin Abu Talib (3-50 H.)
Husain bin Ali bin Abu Talib (4-61 H)
Zainal Abidin (wafat 93H)
Ummi Kultsum binti Ali bin Abu Thalib (wafat.75H)
Paman Nabi
Abbas bin Abdul Mutalib (wafat 32 H)
Abu Thalib bin Abdul Muthalib (wafat 3 SH)
Hamzah bin Abdul Mutalib (wafat 3 H)
1. Tarikh Baghdad , Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 2 hal. 58 – 59, Darul Fikr – Beirut Libanon, tanpa tahun.
2. Hilyatul Awliya’ Wathabaqatul Asfiya’ , Abu Nu’aim Al-Ashfahani, jilid 9 hal 65 – 66. Juga hal. 67, Darul Fikr, Beirut – Libanon, et. 1416 H /
1996 M. Lihat pula Tahdzibul Kamal jilid 24 hal. 358 – 360. Al-Hafidh Al-Mutqin Jamaluddin Abul Hajjaj Yusuf Al-Mizzi, diterbitkan oleh
Mu’assatur Risalah, cet. Pertama th. 1413 H / 1992 M.
6. Siar A’lamin Nubala’ , Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi, jilid 10 hal. 6 – 7, Mu’assasatur Risalah,
cetakan ke 11 th. 1417 H / 1996 M.
7. Tahdzibul Kamal fi Asma’ir Rijal , Al-Hafidh Al-Mutqin Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf Al-Mizzi, jilid 24 hal. 271.
8. Siar A’lamin Nubala’ , Adz-Dzahabi, jilid 10 hal. 18. Juga Abu Nu’aim Al-Asfahani meriwayatkannya dalam Hilyatul Auliya’ juz 9 hal. 95.
11. Hilyatul Auliya’ , Al-Hafidh Abu Nu’aim Al-Asfahani, jilid 9 hal. 170.
12. Demikian diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Manaqib nya dan Ibnu Asakir dalam Tarikh nya dan dinukil oleh Adz-Dzahabi dalam Siar
A’lamin Nubala’ jilid 10 hal. 17.
13. Diriwayatkan dalam Aadaabus Syafi`ie dan Al-Bidayah . Adz-Dzahabi menukilkan riwayat ini dalam Siar A’lamin Nubala’ jilid 10 hal. 35.
Imam Abu Dawud
Beliau lahir sebagai seorang ahli urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur
akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan beliau terlihat ketika mengkritik sejumlah
hadits yang bertalian dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas
sejumlah karyanya, seperti Sunan Abu Dawud.
Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di
Bashrah. Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali makna
hadist dalam berbagai sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda,
sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi
selanjutnya guna memahami as-Sunnah dengan baik dan benar.
Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan
dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan
untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Abu Muhammad bin Qutaibah
(wafat 267 H) dengan kitab beliau Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan
kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan
rasio mereka.
Selanjutnya upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits
palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa
penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Abu
Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.
Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui
mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai
negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Beliau langsung berguru selama bertahun-
tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-
Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu
Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan
lain-lain.
Sebagai ahli hukum, Abu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu:
Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang
adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah keadaan seorang mukmin itu menjadi
mukmin, hingga ia ridho terhadap saudaranya apa yang ia ridho terhadap dirinya sendiri; yang
halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan diantara keduanya adalah
syubhat.
Beliau menciptakan karya-karya yang bermutu, baik dalam bidang fiqh, ushul,tauhid dan
terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan
salah satu diantara kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya
ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-
sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia
dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum diantara ahli Islam,
maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para
muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya ia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam,
dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik aturan
bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para
perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem-
berikannya pula atas para pelanjutnya.
Abu Hatim (Wafat 277 H)
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Idris bin Mundzir bin Daud bin Mihran Abu Hatim al-
Hardhaly, Ia seorang imam hafidh yang kepercayaan serta mengetahui illat illat hadits jarah dan
ta’dil.
Ia adalah teman Abu Zur’ah, beliau banyak mendengarkan hadits dan melawat ke berbagai kota.
Ia meriwayatkan hadits dari ulama ulama besar. Ia pernah berkata kepada anaknya
Abdurahman :” Hai anakku, aku telah pernah berjalan kaki lebih dari 1.000 farsakh untuk
mencari hadits.”.
Sering ia bercerita dalam majelis kepda para hafidh, ‘barang siapa yang dapat memberikan
kepada saya satu hadits yang belum pernah saya ketahui, maka saya sedekahkan satu dirham’.
Maka tidak seorangpun yang dapat mengemukakan kepadanya suatu hadits yang belum dihapal
oleh beliau. Padahal yang hadir terdapat Abu Zur’ah.
Ulama hadist mengakui ketinggian ilmu beliau dalam ilmu hadits beserta illat illatnya. Al Hakim
menggolongkan dia kedalam golongan fuqaha hadits.
Ia wafat pada tahun 277 H
Kelahirannya
Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa daerah Hauran termasuk wilayah
Damaskus Syiria.
Sifat – sifatnya
Beliau adalah tauladan dalam kezuhudan, wara’, dan memerintah pada yang ma’ruf dan
melarang pada yang mungkar.
Pertumbuhannya
Ayahandanya mendidik, mengajarnya, dan menumbuhkan kecintaan kepada ilmu sejak usia dini.
Beliau mengkhatamkan Al Qur’an sebelum baligh. Ketika Nawa tempat kelahirannya tidak
mencukupi kebutuhannya akan ilmu, maka ayahandanya membawanya ke Damaskus untuk
menuntut ilmu, waktu itu beliau berusia 19 tahun. Dalam waktu empat setengah bulan beliau
hafal Tanbih oleh Syairazi, dan dalam waktu kurang dari setahun hafal Rubu’ Ibadat dari kitab
muhadzdzab.
Setiap hari beliau menelaah 12 pelajaran, yaitu dua pelajaran dalam Al Wasith, satu pelajaran
dalam Muhadzdzab, satu pelajaran dalam Jamu’ baina shahihain, satu pelajaran dalam Shahih
Muslim, satu pelajaran dalam Luma’ oleh Ibnu Jinny, satu pelajaran dalam Ishlahul Manthiq,
satu pelajaran dalam tashrif, satu pelajaran dalam Ushul Fiqh, satu pelajaran dalam Asma’ Rijal,
dan satu pelajaran dalam Ushuluddin.
Guru – guru
Di antara guru – gurunya dalam ilmu fiqh dan ushulnya adalah Ishaq bin Ahmad bin Utsman Al
Maghriby, Abdurrahman bin Nuh bin Muhammad Al Maqdisy, Sallar bin Hasan Al Irbily, Umar
bin Indar At Taflisy, Abdurrahman bin Ibrahim Al Fazary.
Adapun guru – gurunya dalam bidang hadits adalah Abdurrahman bin Salim Al Anbary, Abdul
Aziz bin Muhammad Al Anshory, Khalid bin Yusuf An Nabilisy, Ibrahim bin Isa Al Murady,
Ismail bin Ishaq At Tanukhy, dan Abdurrahman bin Umar Al Maqdisy.
Adapun guru – gurunya dalam bidang Nahwu dan Lughah adalah Ahmad bin Salim Al Mishry
dan Izzuddin Al Maliky.
Murid – muridnya
Di antara murid muridnya adalah Sulaiman bin Hilal Al Ja’fary, Ahmad bin Farrah Al Isybily,
Muhammad bin Ibrahim bin Jama’ah, Ali bin Ibrahim Ibnul Aththar, Syamsuddin bin Naqib,
Syamsuddin bin Ja’wan dan yang lainnya.
Aqidahnya
Al Imam An Nawawi terpengaruh dengan pikiran Asy ‘ariyyah sebagaimana nampak dalam
Syarh Shahih Muslim dalam mentakwil hadits – hadits tentang sifat – sifat Allah. Hal ini
memiliki sebab – sebab yang banyak di antaranya ;
1. Terpengaruh dengan pensyarah Shahih Muslim yang sebelumnya seperti Qadhi Iyadh,
Maziry, dan yang lainnya, karena beliau banyak menukil dari mereka ketika mensyarah
Shahih Muslim.
2. Beliau belum sempat secara penuh mengoreksi dan mentahqiq tulisan – tulisannya, tetapi
beliau tidak mengikuti semua pemikiran Asy’ariyyah bahkan menyelisihi mereka dalam
banyak masalah.
3. Beliau tidak banyak mendalami masalah Asma’ wa Sifat, sehingga banyak terpengaruh
dengan pemikiran Aay’ariyyah yang berkembang pesat di zamannya.
Kitab-kitabnya
Di antara tulisan – tulisannya dalam bidang hadits adalah Syarah Shahih Muslim, Al Adzkar,
Arba’in, Syarah Shahih Bukhary, Syarah Sunan Abu Dawud, dan Riyadhus Shalihin.
Diantara tulisan – tulisannya dalam bidang ilmu Al Qur’an adalah At Tibyan fi Adabi Hamalatil
Qur’an.
Wafat
Al Imam An Nawawi wafat di Nawa pada 24 Rajab tahun 676 H dalam usia 45 tahun dan
dikuburkan di Nawa. semoga Allah meridhoinya dan menempatkannya dalam keluasan
jannahNya.
Nama sebenarnya adalah An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha. Ia bekas hamba sahaya Taimullah
bin Tsa’labah al-Kufi. Ia berasal dari Persia.
Abu Hanifah seorang Tabi’in karena pernah melihat beberapa sahabat seperti Anas bin Malik,
Sahl bin Sa’ad as-Sai’di, Abdullah bin Abi Aufa dan Abu Thufail Amir bin Watsilah. Ia
meriwayatkan dari sebagian mereka. Bahkan ada Ulama yang mengatakan bahwa ia
meriwayatkan dari mereka.
Abu Hanifah belajar fiqh dan hadist dari ‘Atha’, Nafi’ ibn Hurmuz, Hammad bin Abi Sulaiman,
Amr bin Dinar, dan lainnya. Yang meriwayatkan darinya adalah para muridnya seperti Abu
Yusuf, Zuhfar, Abu Muthi’ al-Balkhi, Ibnul Mubarak, al-Hasan bin Ziyad, Dawud at-Tha’I dan
Waki’.
Para Ulama memberi kesaksian akan keluasan ilmu fiqh dan kekuatan Hujjah. Imam Syafi’I
berkata:”Dalam hal ilmu Fiqh, ada pada Abu Hanifah”.
Al-Laits bin Sa’ad berkata:” Aku pernah menghadap Imam Malik di Madinah, lalu aku bertanya
kepadanya:’ aku lihat anda mengusap keringat dikening anda.’. Malik menjawab:” Aku
berkeringat bersama Abu Hanifah, Dia benar benar ahli fiqh”.
Ibnul Mubarak berkata:’ Orang yang paling mengerti fiqh, aku belum pernah melihat orang
seperti dia, andakata Allah tidak menolongku melalui Abu Hanifah niscaya aku seperti
kebanyakan orang. Dia adalah seorang dermawan dan ahli menyelami berbagai masalah”.
Muhammad bin Mahmud mengumpulkan 15 hadits Musnadnya. Dalam kitabnya al-Atsar karya
muridnya yang bernama Muhammad bin al-Hasan banyak didapati hadits yang dikutib oleh
Muhammad bersumber darinya.
Abu Hanifah seorang yang sangat takwa, untuk membiayai hidupnya ia bekerja sendiri dan tidak
mau menerima pemberian para ulama. Abu Ja’far pernah memaksanya untuk menjadi Qadli
tetapi Abu Hanifah menolaknya dan Ia meninggal di penjara Baghdad pada tahu 150H.
Disalin dari Biografi Abu Hanifah dalam Tarikh Baghdad: al-Khatib Baghdadi13/323